Ramen tonkotsu versi halal di Ramen Ten Japanese Restaurant.
CATATAN TRAVELER - PERJALANANKU dari Disneyland, Tokyo berhenti di Arakawa. Dari stasiun Maihama, memilih turun di stasiun Minami Senju. Alasannya, uang tunaiku tinggal 10 ribu Yen saja, jadi saya harus mencari ATM. Berdasarkan keterangan, ATM terdekat, ada di stasiun itu. Setelah mengambil uang senilai 30 ribu Yen, saya pun keluar dari stasiun itu.
Dari pintu utama stasiun itu, di seberangnya, ada warung ramen tradisional. Saya tertarik. Menyeberang, saya ke sana. di depan pintu warung, ada daftar menu besar. Semuanya berhuruf Jepang. Saya hanya menunjuk gambar menu saja dan menyerahkannya ke karyawan di sana. Saya memesan paket ramen dan ayam teriyaki seharga 750 yen.
BACA JUGA INI:
Ramen Jepang versus Ramen Jepang di Indonesia
Berbicara mengenai ramen. Ini merupakan makanan dengan mie berkuah yang telah menjadi simbol kuliner Jepang yang mendunia. Namun, tahukah kamu, sebenarnya, awalnya ramen bukan lahir di Jepang? Makanan ini berasal dari Tiongkok. Mari menelusuri perjalanan ramen dari Tiongkok ke Jepang hingga menyebar ke seluruh dunia.
Mengutip The Untold History of Ramen: How Political Crisis in Japan Spawned a Global Food Craze tulisan George Solt dari University of California Press, 2014, sejarah ramen dapat ditelusuri hingga abad ke-17 ketika mie dari Tiongkok mulai masuk ke Jepang. Awalnya disebut shina soba atau mie Tiongkok. Ramen diperkenalkan oleh para imigran Tiongkok yang tinggal di pelabuhan-pelabuhan Jepang seperti Yokohama dan Kobe. Mie ini memiliki tekstur kenyal dan disajikan dengan kuah gurih berbasis daging atau seafood, berbeda dengan soba tradisional Jepang yang lebih ringan.
Ramen mulai mendapatkan tempat di hati masyarakat Jepang pada awal abad ke-20, terutama setelah Perang Dunia II. Ketersediaan tepung terigu dari Amerika Serikat dan meningkatnya kebutuhan makanan murah membuat ramen semakin populer.
Ramen bukan hanya soal rasa, tetapi juga identitas. Kota-kota di Jepang mulai mengembangkan varian ramen khas daerah mereka, seperti:
- Shoyu Ramen (Tokyo): kuah berbasis kecap asin, ringan dan bening.
- Miso Ramen (Hokkaido): kuah berbasis miso, kental dan gurih.
- Shio Ramen (Hakodate): kuah berbasis garam, ringan dan sedikit asin.
- Tonkotsu Ramen (Fukuoka): kuah berbasis tulang babi, kental dan creamy.
Tonkotsu ramen, menjadi favorit penulisan selama mengunjungi beberapa prefektur di Jepang.
Memasuki era 1980, ramen mulai menembus pasar internasional. Restoran ramen otentik bermunculan di kota-kota besar dunia seperti New York, Paris, dan Jakarta di Indonesia. Bahkan, ramen instan yang ditemukan oleh Momofuku Ando pada 1958 menjadi penyelamat mahasiswa dan pekerja di seluruh dunia. Terkini, ramen otentik asli Jepang juga sudah mudah ditemui di Batam, Kepri.
Ramen juga menjadi bagian dari budaya populer Jepang, muncul dalam manga, anime, hingga festival kuliner. Kehadirannya bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga simbol gaya hidup dan kreativitas kuliner Jepang.
Ramen menjadi bukti nyata bagaimana makanan bisa menjadi jembatan lintas budaya. Berawal dari mie Tiongkok, berevolusi di Jepang, lalu menyebar ke seluruh dunia, ramen kini telah menjelma menjadi warisan kuliner global. (*)
Dari semangkuk ramen, kita bisa merasakan sejarah, inovasi, dan cinta terhadap makanan.
Post a Comment