Morning jogging with friend, Moza in the weekend. Foto hanya pemanis. F Dokumen pribadi |
Ya, malam tadi, karena perbedaan zona waktu, di saat Yudith baru bangun tidur sebelum mengejar penerbangan ke Dubai, atau Jimena yang di lokasinya masih sore hari, sedangkan aku yang sudah bersiap tidur setelah mandi dan wangi di malam hari. Tapi kami akhirnya duduk melakukan panggilan telepon lewat grup, membahas pekerjaan yang menurutku sangat menarik untuk kami yang punya passion di bidang traveling dan nomad worker.
Setelah pembicaraan itu, aku undur diri, menutup panggilan dan izin tidur, sementara mereka berdua masih membicarakan pekerjaan projek yang sebelumnya aku belum terlibat. Pekerjaan dan kegiatan yang menyita tenaga selama tiga hari ini sangat membuat lelah. Terkesan egois, sampai aku tidak sempat menghubungi orang-orang penting dalam hidupku. Seminggu ini, rasanya 24 jam kurang karena pekerjaan. Namun, aku bersyukur. Diberikan waktu berkegiatan dan merasakan lelah, suatu berkat bukan? Bagaimana kalau tidak ada pekerjaan? Tidak ada pemasukan? Jadi ya, aku bersyukur atas kelelahan itu.
Bangun pagi, berencana kembali untuk jogging, tapi kasur seolah mengikat kakiku. Aku malas bergerak. Refleksi diri, lalu membuka ponsel, membalas pesan yang tidak terbaca tadi malam, mengecek email, lalu membuka sosial media. Tak terasa waktu sudah pukul 07.05 WIB. Yaaaah, tak jadi jogging.
Suara ibu-ibu kompleks mulai terdengar. Mereka membahas banyak hal. Itu tandanya, mereka sudah berkumpul di bawah pohon rindang, tempat penjual jamu. Ya, mereka selalu menjadi alarm alamiku tiap pagi. Aku selalu tertawa membayangkan bagaimana aku kalau akhirnya berkumpul dengan mereka? Sebagai introvert, energiku pasti habis. Ha ha
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Saya beranjak. Merapikan tempat tidur, dan pergi cuci muka ke kamar mandi. Sunscreen kupakai asal. Jaket kuambil dari gantungan. Turun ke bawah dan memanaskan motor lantas pergi membeli sarapan ke Kawasan Windsor. Aneka jajanan kampung di Vihara Windsor menjadi menu favoritku. Kue pandan, onde-onde wijen, hingga kue lapis terbeli. Selanjutnya pergi ke pasar, menikmati mie pangsit langganan selama empat tahun terakhir.
Saat menikmati sarapan pagi dengan segelas kopi susu, aku teringat kejadian tadi malam tentang pembicaraanku dengan Yudith dan Jimena. Lantas aku bersyukur. Di tengah pencobaan dan masalah yang ditimpakan kepadaku akhir bulan lalu sampai berpikir ini menjadi waktu yang temat untuk keluar dari situasi menyebalkan ini, justru aku mendapatkan berkat di luar pemikiranku. Dari Tuhan. Ternyata, saat kamu berserah dan cepat-cepat mengampuni, bukan hanya hatimu yang dilegakan, tapi juga Tuhan membuka berkatNya. Menunjukkan karakter asli seseorang yang kamu anggap baik dan mendukung selama ini ternyata justru menjadi musuh yang merendahkanmu. Dibukakan semua. Bukan hanya itu, kejadian itu juga membuatmu semakin mengenal dirimu, memperbaiki dirimu, dan tetap memilih menjadi apa adanya kamu sambil berserah.
Baiklah, ini sudah 12.44 WIB. aku harus keluar dari portal pekerjaanku dan menutup laptop ini. Harus bersiap-siap pergi bertemu anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dan orang tua mereka di gereja. Ya, sudah beberapa tahun ini aku aktif menjadi sukarelawan bagi ABK, bergabung bersama volunteers yang lain, yang memberikan edukasi kepada orangtua terpilih yang hebat, dan kepada ABK pilihan Tuhan. Di saat aku ingin berkontribusi memberi tenaga, seolah mengasihani mereka, justru aku yang banyak belajar dari para ABK ini. Di tengah dunia mereka sendiri, mereka masih megningat dan bersuka cita memuji penciptaNya. Mereka menikmati menjadi diri sendiri. See? Tuhan selalu punya banyak cara untuk menyadarkanku sebagai manusia untuk selalu bersyukur dan menghitung berkat-berkatNya. (*)
_ Do good, be good to other people. Stay humble and put God first_
No comments:
Post a Comment