PASAR Tiong Bahru di Singapura. F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler |
Singapura tidak melulu tentang pusat perbelanjaan modern Orchard Road, kawasan downtown Merlion, atau pasar Bugis yang terkenal akan keramaian pengunjung karena barang murahnya. Lebih dari itu. Negara kota yang hanya berjarak 45 menit dari Batam ini juga punya banyak destinasi menarik lainnya yang wajib dikunjungi. Salah satunya Tiong Bahru. Kota tua yang terkenal dengan bangunan lama dan kulinernya.
--------------
CATATAN TRAVELER - Proses imigrasi sudah selesai. Tidak perlu mengantri lama. Pagi itu, Harbour Front tidak terlalu ramai. Kapal jadwal perdana dari Batamcenter menjadi pilihanku. Ditambah kebijakan negara itu, dimana tak perlu chop paspor dan tak perlu bertatap muka dengan petugas imigrasi lagi. Saya cukup mengarahkan paspor elektronikku ke mesin pemindai, pintu otomatis akan langsung terbuka dan langsung meninggalkan pelabuhan.
Dari salah satu pelabuhan tersibuk di Singapura itu, saya turun ke stasiun MRT di bawah tanah. Memilih jalur ungu (North East Line), menaiki transportasi publik modern khas negeri Singa itu, saya menuju Outram Park. Dari sana, saya interchange ke jalur hijau ( East West Line) tujuan Tuas Link. Saya akan berhenti di Tiong Bahru. Jaraknya hanya satu stasiun dari Outram Park. Ya, pagi itu, saya memilih mengunjungi Tiong Bahru.
SALAH satu sudut District Tiong Bahru (Don't focus mama taco di kaki yang terbentuk akibat terkena knalpot panas motor. haha) F DWS/personal doc. |
PEMUKIMAN warga dengan halaman rumput hiaat yang asri. F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler. |
Dari stasiun Tiong Bahru, memilih keluar dari Jalan Membina. Tujuanku ke pasar Tiong Bahru di Seng Poh Road. Jaraknya dari stasiun sekitar satu kilometer. Saya jalan kaki. Sekalian ingin menikmati suasana kota tua yang sebagian besar bentuk bangunannya sama dengan tangga melingkar dan dominan cat putih.
Di perjalanan ke pasar, saya menemukan hal unik yang berbanding terbalik dari citra Singapura sebagai salah satu negara kota modern di dunia. Apa itu? Bangunan kantor pos lama. Yang luasnya hanya sebesar kios atau dapur. Sampai sekarang masih berfungsi. Terselip diantara rumah penduduk dengan halaman rumput hijau dan pagar tanaman. Menarik.
F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler. |
Bagi kalangan turis Indonesia, boleh dibilang pasar ini adalah permata tersembunyi. Mengapa? Ada ratusan kios makanan dan minuman mulai dari jajanan, minuman, hingga menu internasional, peranakan, serta menu khas Singapura dijual di sana. Mulai dari wagyu premium asal Australia hingga carrot cake yang gurih khas kaki lima bisa ditemukan di sini. Makanannya terkenal murah dan lezat. Bagi pengunjung dengan anggaran yang terbatas, bisa mengunjungi pasar ini.
SUASANA food hawker/pujasera di gantai dua Pasar Tiong Bahru. F Chahaya Simanjuntak/Catatan Traveler |
SUDUT pasar Tiong Bahru. Saya duduk naaman di sini arena tidak terlalu crowded. F Chahaya Simanjuntak/Catatan Traveler |
Bangunan pasar ini terletak di jantung Distrik Tiong Bahru. Bangunan depannya berbentuk melingkar. Dari pintu utama, akan disuguhkan seorang pengemis tua yang bermain alat musik dengan hewan piaraan anjing dan ayam di sekitarnya. Paman tua itu eksentrik. Duduk di kursi roda, di dekatnya ada payung warna-warni. Pengunjung yang baru pertama kali ke sana, akan berhenti sementara memperhatikan aksinya, lalu berlalu menuju eskalator ke lantai dua. Di sanalah pusat kuliner berada.
Di lantai dua pasar ini, pusat kuliner ala pujasera berada. Ratusan stal makanan dan minuman dengan ribuan kursi dipadati pengunjung pagi itu. Rumus yang saya pakai ketika kulineran ke tempat baru adalah: kalau ada stand makanan yang pengunjungnya ramai, antri sampai mengular, berarti dipastikan makanan itu enak. Namun, ada banyak stand makanan yang pengunjungnya antri. Mulai dari nasi ayam Hainam, mie bebek, hingga carrot cake. Saya berkeliling dulu.
Ramainya pasar itu sedikit mengganggu konsetrasiku. Saya memilih masuk ke bagian dalam pasar. Namun ternyata, di sana juga ramai. Hampir tidak ada meja yang kosong. Beruntung ada pengunjung yang meninggalkan mejanya usai makan. Saya langsung bergegas ke sana. Meletakkan tas dan duduk. Di sebelahku, puluhan orang antri untuk mendapatkan mie bebek. Yang antri itu hampir semua kalangan. Dari mulai anak remaja, bibi yang sudah tua, paman yang sudah bungkuk hingga perempuan yang datang dengan pakaian fashionable dengan tas bermerek seharga puluhan juta rupiah. Semuanya antri. Tertib.
Singapura negara yang aman. Meski pun ramai, barang yang kamu tinggal di mejamu tidak akan hilang. Saya meninggalkan tas di bawah meja. Lalu berjalan ke stand minuman yang tidak terlalu antri. Saya membeli susu soya seharga tiga dolar. Dari sana, saya memperhatikan carrot cake yang antriannya sudah mulai longgar. Stand itu dimiliki pasangan suami istri yang sudah tua.
DAFTAR menu. F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler. |
CARROT cake (6,5/10). I liked it but not as much as in Indonesia. F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler. |
TAMAN Pasar Tiong Bahru. F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler. |
MURAL. F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler. |
MURAL. F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler. |
F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler |
F Personal Doc. |
KAWASAN pertigaan. F Personal doc. |
NASI kari (100/10). I loved it. F Chahaya Oktiberto Simanjuntak/Catatan Traveler. |
Sesekali, kunjungilah tempat tak biasa. Selami kawasannya. Ada serpihan hidupmu di sana.
Post a Comment