Monday, March 23, 2020

Anenderat, Pesona Wisata Tersembunyi di Papua

Tanah Papua tanah yg kaya,
Surga kecil jatuh ke bumi.
Hitam kulit,
Keriting rambut,
Aku Papua....
LEMBAH Baliem di Papua. Picture by Danan Wahyu
INI lagu Edo Kondologit. Lagu khas Papua yang menjadi kesukaanku. Seluas tanah sebanyak madu,
adalah harta harapan. Papua tanah yang kaya. Lirik ini menggambarkan betapa kota di Timur Matahari Indonesia ini sangat indah akan keindahan alamnya, ke-khas-an budaya dan adat istiadatnya. Warganya, kulit hitam, rambut keriting. Suatu perpaduan sempurna antara alam dan warganya, sehingga tak salah disebut si Mutiara Hitam dari Indonesia.

Dua minggu lalu, dari daerah, saya mendapat penugasan mengikuti pelatihan ke kantor pusat di Surabaya. Di pelatihan itu, ada 20 peserta termasuk saya. Semuanya perwakilan grup perusahaan dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya, Robert Yewen. Dia orang Papua Asli. Kedatangannya yang terlambat, dengan perkenalan grup pusat yang membuat namanya salah ketik dari Robert ke Ribert membuat kami tertawa. Selama pelatihan, baik peserta dan para mentor, setuju menjadikannya ketua kelas.

Saya dan Robert (kanan)
Robert berasal dari Tambrauw, di Papua Barat. Dia sangat bangga akan kampung kelahirannya. Ketika saya minta mengisahkan bagaimana alam kampungnya setelah pelatihan usai, dengan semanfat, ia mengungkapkan, di kampungnya, terdapat dua objek wisata yang indah, yakni air terjun tujuh tingkat Anenderat dan Pasir Panjang, tempat para spesies penyu belimbing bertelur.

" Papua surga kecil jatuh ke bumi itu bukan cuma slogan saja. Papua memang sangat indah dan unik," ujar Robert padaku.

Lihat saja, kekayaan alam dan pesona wisata di berbagai daerah di Papua yang luar biasa merupakan harta yang tak bisa dibohongi. Potensi wisatanya menjadi daya tarik tersendiri. Tak heran, banyak para wisatawan macanegara maupun nusantara rela menyisihkan uang jajan untuk bisa berkunjung ke pulau yang menyerupai burung cenderawasih ini.

Potensi wisata Papua, sebut saja, Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, Salju Abadi di Puncak Kartenz Kabupaten Jayawijaya, Lembah Baliem di Wamena, Danau Paniai, wisata pesisir pantai di Biak, dan potensi wisata Raja Ampat yang kini dikenal oleh dunia. Itu saja? "Tidak. Masih banyak lagi," ujar Robert.

Ia pun mengungkapkan tentang satu nama. Anenderat. Air terjun tujuh tingkat di Kampung Siakwa, Distrik Miyah, Kabupaten Tambrauw. Kampung halamannya. "Anenderat itu pesona wisata tersembunyi di Papua," ungkapnya.

Air terjun itu berlambang penyu belimbing. Posisinya tersembunyi, berada di balik pepohonan, hutan lebat. Setiap tingkatnya menyajikan keindahan. Batu-batu besar nan curam seolah terpasang tirai putih menutupi akibat derasnya air terjun.
Air terjun Anenderat. f Today Online.
Menuju air terjun ini, kita akan disuguhkan dengan nuansa alam hijau serta suara air terjun di kejauhan. Rasa lelah tak akan terasa karena kita akan dihibur dengan suara alami  dari burung surga, burung Cenderawasih khas Papua itu.

"Air terjun ini masih sangat alami, sehingga tak heran jika kamu sudah berada dan merasakan dinginnya air terjun Anenderat, maka dipastikan kamu akan enggan beranjak dari sana. Kamu akan terpersona," jelas pace yang kini kupanggil Yaku Yewen ini.

Burung cenderawasih bisa dijumpai di air terjun Anenderat ini. Sehingga tak sia-sia jika berkunjung dan menikmati keindahan alam di Tambrauw yang lokasinya berada di tengah-tengah antara Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari, Papua Barat ini.

" Menuju ke sini, bisa menggunakan mobil dan motor dari Sorong maupun dari Manokwari. Namun, saran saya, lebih baik menggunakan jalur darat dari Manokwari, karena jarak tempuhnya dari sini lebih dekat. Sekitar 4-5 jam sudah sampai," jelas Robert.

Menggunakan mobil, Yaku Yewen mengisahkan, ada nuansa tersendiri yang bisa dirasakan. Terutama melewati ilalang panjang yang berada di Lembah Kebar. "Di Lembah kebar kamu bisa menikmati keindahan alamnya, tetapi bisa juga berhenti sejenak menikmati air panas alami sebelum melanjutkan perjalanan ke Anenderat di Distrik Miyah," ujarnya bersemangat.
Kamu yang akan berkunjung ke air terjun Anenderat jangan berpikir tentang uang saku habis, kelelahan dalam perjalanan. Namun yakinlah, semua itu akan terbayarkan oleh panorama keindahan alam yang tersaji.-Robert Yewen-



Berbicara mengenai air terjun tujuh tingkat ini, bisa juga ditemui di beberapa kawasan lainnya di Indonesia. Sebut saja,  air terjun Tapsa di Kalimantan Barat, air terjun Sarasah Gadut di Padang, Temburun Tarempa, Anambas, Kepri, serta Sampuran di tanah kelahiranku, Balige di Toba Samosir, Sumatera Utara (Lain waktu saya kisahkan di post baru).


Saya cukup takjub dengan cerita Yewen. Ditambah lagi, destinasi wisata tersebut masih alami dang sangat cocok menjadi destinasi wisata hijau.

Dari ceritanya itu, keinginan saya untuk segera berkunjung ke Papua tak terbendung lagi.
SUKU Dani di Lembah Baliem, Papua usai menampilkan tari perang. Picture taken by Danan Wahyu.
Papua menjadi destinasi wajib kunjung sebelum waktu saya di dunia ini selesai.

Pertama kali saya tahu Papua dari majalah Bobo saat masih kecil. Kala itu melihat lembah, dengan satu kelompok pria dengan topi berbahan bulu di kepala. Di tangan mereka terhunus tombak. Ada juga yang memegang anak panah dan busurnya. Mereka memakai koteka, pakaian khas pria Papua yang terbuat dari kulit labu air. Di majalah itu, tertulis mereka adalah para pria kilise suku Dani yang sedang menarikan tari perang di Lembah Baliem.
Jalur trekking Kurima di Lembah Baliem. Picture by Danan Wahyu
Menarik saja melihat foto itu dulu. Bayangkan lembah Baliem yang hijau, dialiri beberapa sungai dengan warganya yang hidup dengan adat istiadat yang unik membuatku bangga menjadi seorang Indonesia yang kaya akan budaya dan adat istiadat yang beragam, serta keindahan alam yang selalu punya ciri khas di masing-masing daerahnya sendiri.

Selain itu, Papua terkenal dengan rimbanya yang tidak pernah berhenti melayani. Dilansir dari Hutan Papua, EcoNusa, pada 2005-2009, luas hutan papua 42 juta hektare. Hanya dalam selang tiga tahun di 2011, berkurang menjadi 30,07 hektare. Informasi dari Pemda Papua, setiap tahun, deforestasi di Papua rata-rata 143.680 hektare. Untuk Papua Barat, deforestasi rata-rata sekitar 293 ribu hektare.
Pemandangan dari Puncak Kurima. Picture taken by Danan Wahyu

Dalam perjumpaan dewasa ini, saya jadi lebih mengetahui bahwa Papua cukup mengagungkan Lembah Baliem, rumah bagi segala flora dan fauna yang berdampingan dengan warga sekitar. Terletak di wilayah Pegunungan Tengah. Di tengahnya ada Kota Wamena, salah satu distrik di Kabupaten Jaya Wijaya. Kondisi geografis Wamena dilihat dari Lembah Baliem ini cukup menantang. Sebuah lembah yang dikelilingi perbukitan hijau di atas 1600 meter mdpl. Rimba yang masih asri dan kaya akan flora dan fauna.

Kalau berkunjung ke sini, para turis dan pengunjung harus siap dengan olahraga yang cukup menantang adrenalin. Selalu siapkan tongkat untuk mendaki. Sesekali berhentilah menikmati suasana perbukitan. Jelilah melihat aneka jenis tanamannya, maka kamu akan takjub. Betapa tidak, kamu akan akan menemui aneka jenis tumbuh-tumbuhan unik yang belum pernah kamu temui sebelumnya di daerahmu.


ANEKA jenis tumbuhan unik di hutan Perbukitan Lembah Baliem. Picture taken by Danan Wahyu

Wamena, dalam Bahasa Papua berarti babi jinak. Pesonanya luar biasa. Bagi wisatawan, menjadi destinasi wajib kunjung karena memiliki kelebihan seperti objek wisata, tradisi, kesenian,kuliner, dan alam yang bisa dinikmati dalam waktu yang bersamaan.

Berbicara mengenai keindahan alam Wamena, seolah kita menikmati menu khusus lezat yang belum pernah kita cicip di restoran lainnya. Hanya ada satu-satunya di sana. Hutan hijau, pemandangan keren sejauh mata memandang.


All Picture taken by Danan Wahyu.
Menurutku, supaya destinasi wisata di Wamena ini semakin baik, maka pemerintahan Papua tidak boleh lari dari konsep kealamian Tanah Papua. Konsep ramah lingkungan menjadi destinasi ekowisata terbaik di dunia bisa terealisasi bila alam Papua dijaga dan dipelihara dengan baik, para warganya diberi edukasi sadar wisata sehingga ke depan mereka makin berkembang, melahirkan wirausaha baru di bidang pariwisata.

Wamena khususnya, dan Papua umumnya memliki potensi besar untuk ini. Cuma untuk merealisasikannya secara cepat, selain investasi, yang utama dan terutama adalah diperlukan komitmen dan sinergitas antara pemangku kebijakan, pengusaha, dan masyarakat. Ini berjalan, maka makin banggalah Indonesia sebagai negeri yang membawahi, bahwa mutiara hitam Indonesia itu, ada di Papua.  (***)


Waniyam yaku Yewen atas ceritanya. Doakan saya bisa berkunjung ke Papua, ke kampung halamanmu. See ya next time in another story. Regards, maku Chaya. Hormat!!!

10 comments:

  1. Beautiful Papua, kaya akan kekayaan alam dan budaya, amazing

    ReplyDelete
  2. Papua ini sungguh luar biasa, ya. Semoga suatu hari nanti bisa mampir ke sini :D

    ReplyDelete
  3. Oh wow!!!!!!! What a beautiful place to visit. Will add this place to my bucket list. Thank you for taking me on this virtual tour. Take care.

    ReplyDelete
  4. Selalu baca orang share, belum pernah lagi sampai, memang cantik tempatnya yaaaa..

    ReplyDelete
  5. Sungguh cantik pemandangan di Papua. Moga suatu hari nanti saya direzekikan untuk ke sana bersama keluarga :)

    ReplyDelete
  6. I wish 1 day nanti boleh ke papua untuk nikmati keindahan alam

    ReplyDelete
  7. Indahnya pemandangan alami di Papua ya. Teringin juga berkunjung ke sana untuk merehatkan minda ditemani alam yang indah dan nyaman

    ReplyDelete
  8. Cantik. Papua banyak pemandangan yang menarik, yang unik dan kaya dengan alam semulajadi. Bestnya

    ReplyDelete
  9. cantiknya pemandangan.. terutama air terjun ini.. terasa kedamaiannya.. best ni kalau dapat ke sini satu hr nanti

    ReplyDelete
  10. This is one of the place that i wish to explore, its so unique and not commercial.

    ReplyDelete