Pernahkah kamu bepergian, melakukan perjalanan dengan hati yang hancur? Di luar ketawa bahagia dengan teman seperjalanan, tapi di dalam, kamu berjibaku, berkompromi dengan hati sampai dadamu sesak?
Krabi, 2 tahun yang lalu...
Sementara itu, di sisi kiri bangunan kuil, terdapat tangga turun ke bawah. Di bawahnya ada pintu kaca. Pintu itu terkunci. Kemungkinan besar, pintu ini jarang dipakai. Mengapa? karena lantainya banyak sampah dan sepertinya sudah lama tak dibersihkan.
Puas berkeliling, saya bersama Zikria pun memilih meninggalkan kuil. Kali ini tidak dari pintu masuk sebelumnya. Melainkan kami memilih dari pintu utama. Menuruni tangga besar yang kedua sisinya diapit patung ular naga bercat emas. Oh ya,pemandangan patung ular naga ini sudah sangat umum ditemui di berbagai kuil di Thailand.
Tiba di teras kuil paling bawah, memandang ke atas kuil menjadi keindahan tersendiri. Wat Kaew Korawaram ini menjadi satu kesatuan pemandangan terbaik di puncak tertinggi di pusat Kota Krabi. Dari luar arsitekturnya luar biasa, pun di dalam tak kalah megahnya. Lokasinya pun sangat strategis.Sangat dekat dengan pasar tradisional Krabi, Pelabuhan Chao Fah, bahkan dari patung Kepiting hitam raksasa, yang menjadi lambang Kota Krabi. Keseluruhan tempat wisata ini bisa ditempuh dengan jalan kaki dari kuil putih ini.
Dari sini, saya dan Zikria pun melanjutkan perjalanan ke pasar rakyat Krabi yang juga mirip seperti pasar tradisional di Indonesia. Kami menikmati makan siang di sana. Sepiring nasi dengan lauk cincang dan seabreg namprig (lalapan sayur mentah khas Thailand) dan sambal tomat super pedas jadi pilihan menuku siang itu. Kami makan di warung milik seorang muslim. Kami tahu dari tulisan warungnya “Moslem’s friendly”. Selama perjalanan itu, saya menghindari makanan yang mengandung unsur babi. Saya menghargai dan mengormati Zikria, teman seperjalanan saya.
Oh ya, Krabi, selain memeluk Buddha, sebagian besar warganya juga memeluk Islam. Jadi untuk para rekan traveler yang muslim, ini bisa menjadi alternatif tempat wajib kunjung di Thailand. Sangat gampang cari makanan halal di sini. (***)
Krabi, 2 tahun yang lalu...
WAT Kaew Korawaram itu posisinya lebih tinggi dibanding bangunan lainnya di pusat Kota Krabi di Paknam. Bangunannya megah sekaligus unik. Catnya sebagian besar berwarna putih mutiara, atapnya dari genteng berwarna biru. Wat dalam Bahasa Muang artinya kuil. Jadi, ini Kuil Kaew Korawaram (baca: wat keow), kuil Buddha di puncak Kota Krabi.
Jarak kuil Wat Kaew Korawaram ini hanya sekitar 500 meter dari penginapanku di kawasan Chao Fah Pier. Tak perlu transportasi, cukup jalan kaki menuju arah pasar rakyat Krabi dekat Vogue Shopping Centre. Menyeberang, lalu jalan lurus, mendaki sekitar lima menit, maka tibalah di kuil ini. Saya beserta teman seperjalanan, Zikria masuk melalui pintu samping, asrama para biksu berada.
Seorang biksu dengan rambut plontos dan jubah coklat tersampir tengah duduk di kursi semen di bawah pohon besar ketika kami memasuki kawasan kuil. Melihat ada pengunjung yang datang, biksu itu langsung bergegas pergi. Pagi itu, belum terlalu ramai pengunjung di kawasan luarnya. Hanya beberapa biksu yang hilir mudik antara kuil dan rumah tinggalnya.
Ada yang tengah menyapu halaman, sementara burung burung tengah makan biji-bijian di bawah pohon, juga empat ekor ayam jago yang tampak berlarian di kebun di antara pohon dan tanaman- tanaman di sebelah dinding pembatas kuil dan jalan raya.
Dari kawasan tempat duduk biksu itu tadi, saya melihat dengan takjub kuil Wat Kaew ini. Desain eksteriornya sangat dramatis dengan atap biru dibarengi dengan ukiran khas Thailand. Makin megah dengan puluhan tiang-tiang bulat bercat putih bertahtahkan bulatan seperti mutiara di tengah. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama, sekaligus terharu. Dimana, di masa saya tengah menghadapi persoalan pelik dengan hati, ternyata masih mampu melihat keindahan lewat mata. Saya bersyukur untuk itu. Kala itu.
Tak menunggu waktu ramai, saya mengajak Zikria menuju bangunan utamanya. Berjalan ke sebelah kanan, melewati satu panggung yang terpisah dari bangunan utama, berjalan ke bagian tengah, dan menaiki anak tangga. Pintu bangunan utama itu terbuka. Mataku langsung tertuju pada altar dimana di sana, patung Sang Buddha berlapis emas tengah duduk bersila dihiasi aneka bunga-bunga.
Patung besar itu tak sendiri. Ada juga tiga patung kecil lainnya. Berlapis emas juga. Bersanding dengan patung Buddha, foto sang Raja Bhumibol Adulyadej dikelilingi kain putih dengan ukuran besar dipajang. Di bawahnya ada dupa dan juga aneka bunga. Kala itu, Thailand memang lagi berkabung. Sang raja baru saja mangkat.
Lantai seluruh altar ini berlapis karpet merah. Di sebelah kirinya terdapat panggung yang terbuat dari kayu. Juga berlapis karpet merah. Melepaskan alas kaki di tangga, saat saya masuk, di sana ada dua pengunjung yang tengah berdua. Satu, pria bule yang tengah khusyuk meditasi dengan cara duduk bersila. Dia duduk di sebelah kanan pintu masuk. Satunya lagi, wanita paruh baya memakai kaus putih duduk bersimpuh sambil melantunkan lagu puja dengan suara sangat kecil. Dia memiringkan kepalanya ke kanan. Sesekali dia diam, lalu dalam posisi kedua tangan bertumpu di depan dada, menunduk ke arah Buddha, lalu menyanyi kecil lagi, begitu berulang hingga beberapa kali.
Jarak kuil Wat Kaew Korawaram ini hanya sekitar 500 meter dari penginapanku di kawasan Chao Fah Pier. Tak perlu transportasi, cukup jalan kaki menuju arah pasar rakyat Krabi dekat Vogue Shopping Centre. Menyeberang, lalu jalan lurus, mendaki sekitar lima menit, maka tibalah di kuil ini. Saya beserta teman seperjalanan, Zikria masuk melalui pintu samping, asrama para biksu berada.
Pintu Masuk Korawaram |
Tempat bakar dupa. |
Ada yang tengah menyapu halaman, sementara burung burung tengah makan biji-bijian di bawah pohon, juga empat ekor ayam jago yang tampak berlarian di kebun di antara pohon dan tanaman- tanaman di sebelah dinding pembatas kuil dan jalan raya.
Bangunan keseluruhan kuil Korawaram. |
Tak menunggu waktu ramai, saya mengajak Zikria menuju bangunan utamanya. Berjalan ke sebelah kanan, melewati satu panggung yang terpisah dari bangunan utama, berjalan ke bagian tengah, dan menaiki anak tangga. Pintu bangunan utama itu terbuka. Mataku langsung tertuju pada altar dimana di sana, patung Sang Buddha berlapis emas tengah duduk bersila dihiasi aneka bunga-bunga.
Altar utama. |
Swafoto di ruang altar. |
Saya pun lantas duduk bersila. Melihat ke altar, bergantian melihat ke foto sang raja. Duduk tenang sambil merefleksikan diri, melihat ke dalam hati. Tiba-tiba sekelebat pertanyaan dari dalam pikiranku muncul ”Siapa Tuhanmu?”.
Dalam posisi diam, saya melirik ke arah si bule tadi yang masih tetap khusyuk berdoa. Ranselnya ada di sebelah kanannya, ia letakkan begitu saja. Saya lirik lagi si ibu yang kini sudah diam, tapi tetap menunduk. Lantas saya merefleksikan diri:
Saya berdiri, lalu berjalan mundur untuk keluar dari altar tersebut. Hatiku lega. Suasana khidmat yang sebentar saja itu sangat mampu mengubah suasana hati. Hatiku disembuhkan. Saya menitikkan air mata sambil bersyukur. Cepat-cepat kulap air mata itu, jangan sampai pengunjung lainnya melihatku menangis. Ya meskipun itu tangis bahagia bahwa hatiku, jiwaku kini lega. Berbeda dari dari saat saya berangkat ke sini. Saya tertawa di luar, bahagia, tapi dada sesak. Tapi saat itu langsung bebas, lepas.
Pengunjung sudah mulai ramai. Satu keluarga bule dengan anak-anaknya yang masih kecil masuk, lantas mengagumi dinding altar tersebut. “Kecil tapi artistik sekali,” ujar sang ayah lamat-lamat setengah berbisik kepada istrinya.
Dari luar sambil memakai sepatu dengan duduk di tangga, saya sempat memandang kembali altar itu. Menyapukan pandangan ke sekelilingnya. Altar bangunan utama ini tidak terlalu besar, tapi desain interiornya sangat indah sekali. Langit-langit altarnya berlapis kain sutra dengan motif khas Muang. Demikian juga dengan dindingnya yang colorful sekali dengan lukisan terperinci ala mural, yang menggambarkan bagian-bagian kehidupan dan ajaran Buddha di Thailand. Cukup menakjubkan dan membuat kagum.
Usai dari bangunan utama itu, saya kembali mengelilingi bagian luar kuil hingga ke bagian belakang. Di bagian belakang, ada banyak foto-foto reruntuhan dan proses pembangunan kuil. Namun sayang sekali, keterangannya tertulis hanya dalam Bahasa Thailand. Jadi saya tak mengerti apa isinya.
Dalam posisi diam, saya melirik ke arah si bule tadi yang masih tetap khusyuk berdoa. Ranselnya ada di sebelah kanannya, ia letakkan begitu saja. Saya lirik lagi si ibu yang kini sudah diam, tapi tetap menunduk. Lantas saya merefleksikan diri:
Kembali saya melihat sekeliling altar itu lantas bersyukur atas pengalaman baru ini. Berada di sana, itu karena kehendakNya. "Jadikan hatiku damai, seperti dua orang di sebelahku ini yang tengah khusyuk berdoa kepadaMu," pintaku mengakhiri.Kelak saat di pintu penghakiman, malaikat penjaga pintu surga dan pintu maut tidak akan bertanya “Apa agamamu”; ”Siapa Tuhanmu?”; Atau ”siapa yang kamu sembah selama kamu hidup?” Jadi mengapa di kehidupan ini banyak pihak yang mengkotak-kotakkan Tuhan dengan memuji yang diyakini lantas menghujat Tuhan yang diyakini orang lain? Mengapa??? Keyakinan bertujuan untuk menopang, memberi rasa damai, memberi harapan dan optimisme untuk kuat menghadapi berbagai situasi. Namun, mengapa sekarang malah dijadikan sebagai senjata untuk saling menjatuhkan sesama? Tuhan menciptakan manusia, lebih tinggi derajatnya dibandingkan ciptaan mahluk yang lain karena diberi akal dan pikiran. Masa manusia sama nalurinya dengan hewan yang juga mahluk ciptaan Tuhan itu, hanya berpikiran menguasai dan dikuasai? Jadi, siapa Tuhanmu selama kamu hidup? Ego dalam dirimu sendirikah atau Dia yang bersemayam dalam hatimu?
Kalau Dia yang bersemayam dalam hatimu, tidaklah kau akan anti ketika memasuki rumah ibadah orang lain. Tidaklah kau akan anti akan agama orang lain. Tidaklah kau melabeli mereka dengan pernyataan seolah derajatmu yang paling layak masuk surga.
Kalau Dia yang bersemayam di hatimu, pasti kamu tahu bagaimana seharusnya kamu memanusiakan manusia yang lainnya.
Saya berdiri, lalu berjalan mundur untuk keluar dari altar tersebut. Hatiku lega. Suasana khidmat yang sebentar saja itu sangat mampu mengubah suasana hati. Hatiku disembuhkan. Saya menitikkan air mata sambil bersyukur. Cepat-cepat kulap air mata itu, jangan sampai pengunjung lainnya melihatku menangis. Ya meskipun itu tangis bahagia bahwa hatiku, jiwaku kini lega. Berbeda dari dari saat saya berangkat ke sini. Saya tertawa di luar, bahagia, tapi dada sesak. Tapi saat itu langsung bebas, lepas.
Pengunjung sudah mulai ramai. Satu keluarga bule dengan anak-anaknya yang masih kecil masuk, lantas mengagumi dinding altar tersebut. “Kecil tapi artistik sekali,” ujar sang ayah lamat-lamat setengah berbisik kepada istrinya.
Dari luar sambil memakai sepatu dengan duduk di tangga, saya sempat memandang kembali altar itu. Menyapukan pandangan ke sekelilingnya. Altar bangunan utama ini tidak terlalu besar, tapi desain interiornya sangat indah sekali. Langit-langit altarnya berlapis kain sutra dengan motif khas Muang. Demikian juga dengan dindingnya yang colorful sekali dengan lukisan terperinci ala mural, yang menggambarkan bagian-bagian kehidupan dan ajaran Buddha di Thailand. Cukup menakjubkan dan membuat kagum.
Dinding altar. |
Sementara itu, di sisi kiri bangunan kuil, terdapat tangga turun ke bawah. Di bawahnya ada pintu kaca. Pintu itu terkunci. Kemungkinan besar, pintu ini jarang dipakai. Mengapa? karena lantainya banyak sampah dan sepertinya sudah lama tak dibersihkan.
Puas berkeliling, saya bersama Zikria pun memilih meninggalkan kuil. Kali ini tidak dari pintu masuk sebelumnya. Melainkan kami memilih dari pintu utama. Menuruni tangga besar yang kedua sisinya diapit patung ular naga bercat emas. Oh ya,pemandangan patung ular naga ini sudah sangat umum ditemui di berbagai kuil di Thailand.
Tiba di teras kuil paling bawah, memandang ke atas kuil menjadi keindahan tersendiri. Wat Kaew Korawaram ini menjadi satu kesatuan pemandangan terbaik di puncak tertinggi di pusat Kota Krabi. Dari luar arsitekturnya luar biasa, pun di dalam tak kalah megahnya. Lokasinya pun sangat strategis.Sangat dekat dengan pasar tradisional Krabi, Pelabuhan Chao Fah, bahkan dari patung Kepiting hitam raksasa, yang menjadi lambang Kota Krabi. Keseluruhan tempat wisata ini bisa ditempuh dengan jalan kaki dari kuil putih ini.
Pemandangan Kota Krabi dari tangga kuil Korawaram. |
Dari sini, saya dan Zikria pun melanjutkan perjalanan ke pasar rakyat Krabi yang juga mirip seperti pasar tradisional di Indonesia. Kami menikmati makan siang di sana. Sepiring nasi dengan lauk cincang dan seabreg namprig (lalapan sayur mentah khas Thailand) dan sambal tomat super pedas jadi pilihan menuku siang itu. Kami makan di warung milik seorang muslim. Kami tahu dari tulisan warungnya “Moslem’s friendly”. Selama perjalanan itu, saya menghindari makanan yang mengandung unsur babi. Saya menghargai dan mengormati Zikria, teman seperjalanan saya.
Oh ya, Krabi, selain memeluk Buddha, sebagian besar warganya juga memeluk Islam. Jadi untuk para rekan traveler yang muslim, ini bisa menjadi alternatif tempat wajib kunjung di Thailand. Sangat gampang cari makanan halal di sini. (***)
Salah satu daya tarik Thailand ya kuil2 seperti ini yah. Unik dan khas.
ReplyDeleteWah traveler muslim terbantu kalo ke sini yah ut soal makanan
Benar. Kuil-kuil dan makanannya juga yang bersahabat banget dengan lidah orang Indonesia.
DeletePas awak baca "krabi" awak langsung teringat zikria pernah cerita pergi ke krabi sama kak chay.
ReplyDeleteWah gak nyangka cerita 2 tahun lalu, masih rapi dalam ingatan kakak beserta dengan poto yang cantik.
Wakakakak.. Iya aku jalannya ama si Zikri. Dia udah cerita belum kami ditelantarkan supir gila di Suratthani? hahah
DeleteHehe, ini sudah teronggok di draft lama. Baru sempat publish sekarang.
Merasa terberkati. Thank infonya 😊
ReplyDeleteSama2
DeleteWaktu baca bait2 kalimat diawal, saya langsung bergumam, "wah saya suka gaya tulisannya". Alurnya enak banget kak, ngalir gt aja, buat yg baca betah.
ReplyDeleteBtw, itu kayak kota kecil di Thailand gt ya? Kayaknya tenang banget d sana. Nggk cuma jalan2, tp sekaligus bisa merefleksikan diri
Terimakasih sudah singgah membaca ya.
DeleteIya benar. Krabi kota kecil di Selatan Thailand.
Sawadika. Wuah, keren kali tempatnya. Biasanya saya hanya sering melihat drama Thailand saja. Wuah, keren saya bisa ke sana ya kan. Iya, nih. Kadang dilemanya saya kalau mau traveller ke luar daerah. Bisa dimakan nggak ya kuliner di sana. Terima kasih Mbak infonya.
ReplyDeleteSawadikaaa...
DeletePhuket, Krabi, dan Phiphi di Thailand nggak susah kok cari makanan halal. Karena di sana warganya, mostly muslim.
Kuil Krabi ini kuil Budha Wat krawe korawam di Thailand ya Kak. Now I know about that. Banyak berjalan, banyak melihat semestinya kita semakin bijaksana. Tfs yaa
ReplyDeleteIya. Di Krabi lebih tepatnya. Benar, semakin banyak kita tahu, semakin rendah kita di hadapan Sang Maha, dan semakin kita sadar bahwa menghargai sesama manusia adalah yang penting.
Deletecakep ya kk kuil-kuilnya. Jadi happy ya di sana, sebagai muslim masih bisa menikmati makanan halal. ^^
ReplyDeleteIyah, kuilnya cakep banget.
DeleteSerasa traveling rohani ya kak? Aih, foto-fotonya keren kakak
ReplyDeleteHehe.. Iya yah, serasa traveling rohani.
DeleteAda wak Dika juga ya kak... Hahaha
ReplyDeleteApakah ini perjalanan yang pernah kecopetan bersama si Zikria kak? Semoga bisa ke Thailand tahun depan ya kak... Mau lihat kuil seperti ini juga. Ke Krabi.
wkaaka bukan kecopetan lagi ditelantarkan kami wkakaka
DeleteIya ada wak Dika di blog ini Alfie. Hahaa.
DeleteBukan kecoptean tapi ditelantarkan dan ditipu di Suratthani pas malam2 juga. Horor banget sik kala itu, tapi lucu kalau diingat.
Keren ya kak.. Asik bacanya..
ReplyDeleteTerimakasih
DeletePerjalanan yang menyenangkan bisa hadir di Thailand, saya juga rencana tahun depan jalan bareng Mama kak.
ReplyDeleteSemoga traveling ama mamanya taun depan lancar jaya dan penuh berkat yak. Blessings
DeleteAih pengen nya kesana,, next time InsyaAllah
ReplyDeleteCusss ke sana
Deletetapi ada juga makan hotdog pork wkakaka.. yang malam2 tu.. klo dibolehkan dah terbelik juga hahahahah.. kan jadi rindu hahahh i miss u kakakku
ReplyDeleteEh ada yak? yang mana sik? Bukannya malam-malam kita pas ujan-ujan beli salad seafood yak Zik di Krabi Night Market? wkwkwkwk
DeleteGaya aristeknya waw banget!!! Tapi aku lebih terpana dengan gaya penulisanannya. Mirip sastra gimana gtu, bait hingga bait,cakepppp
ReplyDeleteIya, arsitektur kuil di Thailand keren. Rada mirip2.
DeleteWaah terimakasih atas pujiannya. Sampai sekarang saya masih belajar menulis lebih baik lagi mbak. hehe
Wah Krabi, jarang ada yg mau ke Krabi padahal banyak spot wisata asik dan harganya entah kenapa apa pun lebih murah dari wilayah lain di Thailand.
ReplyDeleteIya kak. Eh tapi sudah banyak kok yang traveling ke Krabi.
DeleteEh ini komennya kapan, balasnya kapan? hahaha maaf kak.
Wahhhh.. Dari dulu kami sudah terpikat dengan desain unik khas Thailand ini mbak. Ditambah lagi dengan adanya kuil yang satu ini, kayaknya keinginan kami untuk berkunjung kesana semakin besar.
ReplyDeleteSemoga segera berkunjung ke Krabi yaaa...
DeleteKuil di Thailand unik-unik bagus bgt, kapan ya bisa traveling ke sana. Apalagi disana gampang cari makanan halal jd double pengen ke sana.
ReplyDeleteIya ibu.. Bagus. Benar, di Krabi tak susah cari makanan halal.
DeleteSalam kenal, dan terimakasih sudah berkunjung ke blog saya bu.
Saya belum pernah ke Krabi. Wat Kaew cantik ya. Jadi pengin ke sana. Saya termasuk penggemar kuil dan candi, jadi paling suka jalan-jalan ke tempat-tempat yang ada kuilnya seperti ini.
ReplyDeleteAyo mba ke Krabi. Kita wisata kuil dan candi.. haha
DeleteWah, megah banget ya kuilnya. Sengaja ya kamu meletakkan gambar utuh dari area kuil di bagian akhir.
ReplyDeleteAku juga suka merenung kok. Merenung TUhan itu satu, tapi kenapa aku dan dia harus dipisahkan oleh sesuatu yang tak berbentuk bernama AGAMA *curhat dikit*
Kalau lagi ingat TUhan gitu, saya suka banget dengerin lagu "Selidiki aku"
:)
Bener kak. Kuilnya megah meski tak semegah kuil di Bangkok.
Deletehahaha tak apa curhat. i hear you.
Waah, sudah lama tak dengar lagu ini. Mumpung lagi buka Youtube, dengerin ah. Stop dulu Hillsong hehe
Wah, ternyata di Krabi ada wisata kuil yang menarik juga ya, kak. Aku akan suka menikmati dan mengabadikan foto Krabi dari tangga kuil.
ReplyDeleteIya Nugi... cuss ke Krabi ajak Arako.hahaa
DeleteArsitektur kuilnya yang menarik dan megah. Cuma penasaran apakah memang di semua kuil selalu ada ornamen naga di setiap pintu masuk atau tangga?
ReplyDeleteHampir semua ada naga. Bukan hanya di kuil di Thailand, di Kamboja juga ada ornamen ular di kuil, di jembatan2, dan di pagar2 perkantoran dan rumah megah.
DeleteWaktu ke Thai dulu, belum sempet mampir ke kuil2an nih. Arsitekturnya memang unik dan punya warna tersendiri ya mbakk.
ReplyDeleteSemoga nanti ke Thailand lagi, ada waktu singgah ke kuil2 ya mbak Prita..
DeleteKuilnya kelihatan megah dan besar ya Mbak. Di Thailand ini sepertinya banyak kuil ya. Belum pernah ke Thailand sih . Pengen tapi belum kesampaian terus.
ReplyDeleteIya mbak Nunung. Banyak kuil. Semoga nanti bisa kesampaian ke Thailand ya.
DeleteSalam kenal dan terimakasih sudah berkunjung ke blog saya.
Sewaktu ke Krabi 4 tahun lalu, aku terlewat tidak mengunjungi kuil ini. Mungkin karena tidak melewati kawasan ini. Aku ke kuil yang di atas bukit batu itu sih Chay. Yang ada harimau dan naganya. Lupa apa nama kuilnya.
ReplyDeleteOh itu Wat Tham Sua kak Lin. Saya juga ke sana, sehari sebelum balik ke Indonesia.
DeleteSuka adem kalau melihat orang bisa berdoa dengan khusyu. Buat saya, kadang-kadang suka sulit berdoa dengan khusyu.
ReplyDeleteKarena memang didukung suasana altar yang adem banget mbak.
DeleteNah ini suka info wisata yg juga ada info kuliner. Menohok banget yah pas kontemplasi gitu. Kita serasa kecil banget di hadapan sang Pencipta, bukan apa², bukan siapa²...
ReplyDeleteBagus foto² kuilnya...
Apalah kenikmatan traveling kalau tak ada kulinernya tante Hani? Itu sepaket kan? hahah
DeleteBenar tan, kita manusia butuh kontemplasi untuk lebih baik lagi menjadi manusia.
Kuilnya cantik sekali swmua serba Putih. Ular naga emasnya juga bagus banget. Di Thailand dimana-mana naga itu banyaknya
ReplyDeleteIya bener kang. Di Thailand banyak si naga. haha
DeletePelesiran ke Thailand memang sangat menarik mengunjungi berbagai kuilnya yang unik dan berarsitektur menarik. Dan umumnya memiliki ciri dan khas warna tertentu. Jadi kepingin berkunjung ke negeri gajah putih ini
ReplyDeleteIya benar. Sudah berkunjung ke Thailand mba? Cuss ke sana yuk
Delete