Grafis by Dhimas Aditya. |
Dengung Revolusi Industri 4.0 dalam perkembangan dunia saat ini menuntut berbagai bidang usaha dan teknologi wajib mengikuti perkembangannya. Koperasi sebagai basis pendukung sektor ekonomi kerakyatan di Indonesia pun demikian. Dituntut bertransformasi, melakukan reposisi lewat penggunaan teknologi digital. Era disrupsi dari offline ke online ini tak boleh disepelekan kalau koperasi tak mau tergilas zaman, atau meminjam istilah anak-anak milenial, harus terbarukan, koperasi zaman now.
------
VITRIANI duduk di teras rumahnya dengan barang dagangan berupa pakaian bekas impor mengelilinginya di kawasan Perumahan Cikitsu, Batam Kota, Sabtu (14/9) lalu. Jarum jam menunjukkan pukul 14.15 WIB. Sudah menjelang sore. Ia mengaktifkan ponsel pintarnya, membuka media sosial Facebook miliknya, menghubungkannya ke salah satu forum jual-beli di Batam, lalu membuka mode video. Ia pun terhubung kepada lebih 895 ribu anggota di forum tersebut.
Ia pun mulai menjajakan dagangannya. "Saya live dulu ya. Lumayan satu jam. Semoga jaringan bersahabat," ungkapnya.
Satu per satu pelanggan di forum muncul di live video Vitriani. "Silakan bantu testnya ya, supaya saya bisa tahu siapa saja yang online dan hadir di live video jualan ini," ungkapnya.
Ia pun menjajakan aneka produk jualannya. Menunjukkan produk, mengemukakan deskripsi singkat lalu menyebutkan harga. "Bagi yang berminat produk ini, tulis di kolom komen "Fix- nama produk" lalu tinggalkan nomor WhatsApp ya. Nanti saya hubungi satu per satu kalau live sudah berakhir," ujarnya.
Iustrasi bisnis online. Berjualan dari mana saja. |
Begitulah Vitriani menjalani hari-hari senggangnya. "Lumayan tambah-tambah pendapatan. Di Batam ini semua mahal. Daun singkong saja seikat kudu dikilo," ujar salah satu karyawan produksi perusahaan softlense di kawasan Muka Kuning ini.
Selama satu jam berjualan secara online, live video, Vitriani mendapat hasil penjualan sebesar Rp 2,4 juta.
Perempuan 30 tahun ini mengemukakan, untuk barang dagangannya tersebut, ia membelinya langsung dari Singapura. Sekali sebulan, kala off dari tempat kerja, ia berangkat ke Singapura, menuju kawasan Sim Lim Square di Rochor Canal Road. Di sana, ia membeli aneka jenis pakaian bermerek dengan harga sangat murah, lalu ia jual kembali di Batam secara online. "Memanfaatkan teknologi digital-lah. Kalau buka toko preloved di mall atau buka lapak di pasar, mahal harganya. Mending jualan online. Bekerja cerdas saja. Cukup manfaatkan kuota internet di ponsel, masuk ke forum jual-beli, live video, pasti ada saja pelanggan yang membeli. Berbisnis sekarang tak boleh kaku. Harus inovatif," ungkapnya.
Dalam mengembangkan bakat bisnisnya ini, perempuan lulusan sarjana kehutanan ini bergabung dengan koperasi. "Awal bisnis ini, saya meminjam Rp 2 juta dari Koperasi Kesetiakawanan Sosial," ungkapnya.
Pinjaman tersebut berupa pinjaman konsumtif dengan maksimal pengembalian 15 bulan. "Bunga yang saya bayarkan 1,75 persen dan sifatnya menurun. Sangat dimudahkan bagi anggota yang mulai menjalani bisnis kecil-kecilan seperti saya," ungkapnya.
Selama satu jam berjualan secara online, live video, Vitriani mendapat hasil penjualan sebesar Rp 2,4 juta.
Perempuan 30 tahun ini mengemukakan, untuk barang dagangannya tersebut, ia membelinya langsung dari Singapura. Sekali sebulan, kala off dari tempat kerja, ia berangkat ke Singapura, menuju kawasan Sim Lim Square di Rochor Canal Road. Di sana, ia membeli aneka jenis pakaian bermerek dengan harga sangat murah, lalu ia jual kembali di Batam secara online. "Memanfaatkan teknologi digital-lah. Kalau buka toko preloved di mall atau buka lapak di pasar, mahal harganya. Mending jualan online. Bekerja cerdas saja. Cukup manfaatkan kuota internet di ponsel, masuk ke forum jual-beli, live video, pasti ada saja pelanggan yang membeli. Berbisnis sekarang tak boleh kaku. Harus inovatif," ungkapnya.
Dalam mengembangkan bakat bisnisnya ini, perempuan lulusan sarjana kehutanan ini bergabung dengan koperasi. "Awal bisnis ini, saya meminjam Rp 2 juta dari Koperasi Kesetiakawanan Sosial," ungkapnya.
Pinjaman tersebut berupa pinjaman konsumtif dengan maksimal pengembalian 15 bulan. "Bunga yang saya bayarkan 1,75 persen dan sifatnya menurun. Sangat dimudahkan bagi anggota yang mulai menjalani bisnis kecil-kecilan seperti saya," ungkapnya.
Rico, Manajer Operasional Koperasi Kesetiakawanan Sosial (KKS) saat melayani anggota, Claudika saat berkunjung ke kantor KKS di Tiban, Jumat (13/9) lalu. F-Chahaya Simanjuntak. |
Koperasi Kesetiakawasan Sosial (KKS) merupakan koperasi simpan pinjam yang sudah lama hadir di Batam. Koperasi yang berkantor Ruko Tiban City Square, Jalan Gajah Mada, Tiban Baru, Sekupang, ini telah berkiprah membantu masyarakat ekonomi menengah ke bawah selama 16 tahun. Berawal dari keprihatinan tokoh-tokoh gereja Kerahiman Illahi Tiban terhadap kondisi ekonomi umat, embrio KKS lahir pada 2002.
Dalam perkembangannya, bagi warga yang ingin menjadi anggota KKS, wajib menyerahkan pas foto ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar, foto copy KTP dan Kartu Keluarga masing-masing satu lembar, serta wajib membayar biaya sebesar Rp 325 ribu. Biaya tersebut terbagi dari uang pangkal sebesar Rp 50 ribu, simpanan pokok sebesar Rp 100 ribu, simpanan wajib Rp 50 ribu, iuran solidaritas rawat inap Rp 50 ribu per tahun, dan Daperma Rp 25 ribu per tahun, uang gedung Rp 35 ribu, dan Sisuka minimal Rp 15 ribu.
"Dengan menjadi anggota, warga bisa mengajukan pinjaman. Namun, kami selalu tekankan kepada para anggota bahwa koperasi kredit akan berhasil jika anggotanya memiliki rasa bangga terhadap koperasi miliknya. Menyimpan secara teratur, meminjam secara bijaksana, dan mengangsur pinjaman secara tertib," ujar Manajer Operasional KKS, Fransisko Telaumbanua atau yang akrab disapa Rico ketika ditemui di kantornya di Tiban City Square, Jumat (13/9) pagi lalu.
Dalam perkembangannya, bagi warga yang ingin menjadi anggota KKS, wajib menyerahkan pas foto ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar, foto copy KTP dan Kartu Keluarga masing-masing satu lembar, serta wajib membayar biaya sebesar Rp 325 ribu. Biaya tersebut terbagi dari uang pangkal sebesar Rp 50 ribu, simpanan pokok sebesar Rp 100 ribu, simpanan wajib Rp 50 ribu, iuran solidaritas rawat inap Rp 50 ribu per tahun, dan Daperma Rp 25 ribu per tahun, uang gedung Rp 35 ribu, dan Sisuka minimal Rp 15 ribu.
"Dengan menjadi anggota, warga bisa mengajukan pinjaman. Namun, kami selalu tekankan kepada para anggota bahwa koperasi kredit akan berhasil jika anggotanya memiliki rasa bangga terhadap koperasi miliknya. Menyimpan secara teratur, meminjam secara bijaksana, dan mengangsur pinjaman secara tertib," ujar Manajer Operasional KKS, Fransisko Telaumbanua atau yang akrab disapa Rico ketika ditemui di kantornya di Tiban City Square, Jumat (13/9) pagi lalu.
Fransisko Telaumbanua (Rico) F. Chahaya Simanjuntak |
Sejak awal berdiri, KKS ini hanya beranggotakan tiga orang sekaligus pendiri yakni Paulus Suprihantoro, Rufus Priyonggo, dan Simon Sugiarto. Merekalah yang berperan besar atas pembentukan koperasi ini. Kala itu simpanan pokoknya Rp 100 ribu yang bisa dicicil empat kali, sedangkan simpanan wajibnya Rp 40 ribu. Empat bulan berjalan, anggota bertambah menjadi 40 orang.
Koperasi ini terus berkembang dari tahun ke tahun. Anggotanya pun semakin banyak. Bukan hanya dari kalangan gereja saja, tapi juga merambah kawasan Tiban hingga Sekupang. "Anggota dari luar banyak bergabung. Ini sudah menjadi koperasi simpan pinjam umum. Anggota dari berbagai kalangan, tanpa melihat suku, agama, dan ras. Terbuka bagi siapa saja," ujar Rico.
Pada 2007, saat anggota sudah mulai banyak, dan lalu lintas simpan-pinjam berjalan lancar, maka pengurus melegalkan koperasi ini menjadi koperasi berbadan hukum, dan terdaftar di Dinas Koperasi Batam dengan nomor keanggotaan 207208005000. "Resmi sebagai koperasi berbadan hukum sejak 30 Mei 2007 lalu," ungkap Rico.
Pada 2014, koperasi ini mampu memiliki bangunan sendiri, yakni satu unit ruko di Tiban City Square Blok A5 Nomor 5, Tiban. Di ruko ini, seluruh pelayanan koperasi dilakukan. Berbagai produk simpanan pun diluncurkan. Sebut saja, Simpanan Saham (Modal) yang terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan kapitalisasi.
Ada juga SISUKA atau simpanan sukarela. Untuk simpanan ini, saldo minimal Rp 20 ribu, bunga tabungan 3,75 persen per tahun tapi fluktuatif. Untuk tabungan berikutnya, minimal Rp 15 ribu. Selain itu, SIDIK (simpanan pendidikan). Di sini, tabungan perdana minimal Rp 50 ribu, setoran berikutnya minimal Rp 5 ribu, dan bunga enam persen per tahun. Untuk simpanan ini, minimal dana mengendap empat bulan, dan penarikan dana hanya boleh dilakukan untuk keperluan pendidikan pada Januari hingga Juni. Bagi anggota yang memilih simpanan ini, dikenai biaya administrasi sebesar Rp 20 ribu.
"Ada juga SITABKA atau simpanan tabungan berjangka dengan saldo minimal Rp 20 juta dan saldo maksimal Rp 50 juta. Untuk jangka waktu, ada pilihan 3 bulan bunga 3,5 persen, 6 bulan bunga 5 persen, dan 12 bulan dengan bunga 7 persen," jelas Rico.
Selain itu, ada juga dua simpanan favorit anggota yang sebagian besar masih anak-anak muda milenial dan generasi Z. Yakni SIHARA atau simpanan hari raya dan SIWA atau simpanan wisata. Mengenai Sihara, simpanan ini berlaku untuk kebutuhan hari raya atau juga pernikahan. Saldo minimal yang wajib disetorkan anggota sebesar Rp 250 ribu, bunga 4 persen per tahun. Ditarik menjelang hari raya atau waktu pernikahan. "Sedangkan Siwa, saldo minimalnya Rp 50 ribu, bunga 4 persen per tahun. Ditarik menjelang melakukan perjalanan," ungkap Riko.
Lebih lanjut Rico mengatakan, selain simpanan, KKS juga memiliki produk pinjaman. Diantaranya:
- Pinjaman kapitalisasi dengan minimal pinjaman Rp 1 juta, maksimal pengembalian 12 bulan dengan bunga 1 persen menurun.
- Pinjaman produkif dan umum. Ada dua pilihan dalam proses pinjaman ini. Pinjaman Rp 100 juta, bunga 2 persen menurun dan pinjaman Rp 150 juta, bunga 1,75 persen menurun dengan maksimal pengembalian 5 tahun.
- Pinjaman konsumtif, maksimal pinjaman Rp 20 juta dengan maksimal pengembalian 15 bulan, dan bunga 1,75 persen menurun.
- Pinjaman khusus (pinjaman harian. Untuk pinjaman ini, minimal Rp 1 juta, maksimal Rp 2 juta. Lamanya pengembalian mulai 30 hingga 42 hari.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, demi melayani anggota lebih luas karena modal sudah berkembang menjadi Rp 300 juta, maka pada 2015 lalu, KKS mulai memperkenalkan aplikasi kepada para anggotanya. Aplikasi tersebut bernama Sicundo. Sistem pemanfaatan teknologi informasi kredit union Indonesia khusus untuk pengembangan koperasi simpan pinjam. "Ini perdana kami memanfaatkan teknologi digital, kolaborasi koperasi zaman now ala KKS Batam-lah," ujar Rico.
Dari 1.500 anggota KKS, sampai saat ini, sebanyak 800 anggotanya sudah menggunakan aplikasi Sicundo dengan menggunakan password masing-masing. Sebagian besar adalah anggota usia produktif mulai usia 20-40 tahun. Lewat aplikasi Sicundo ini, para anggota bisa memeriksa saldo simpanan, saldo pinjaman, tanpa perlu mendatangi kantor koperasi lagi. "Lewat aplikasi ini, anggota bisa melihat simulasi aneka jenis produk simpan pinjam juga," tambah Rico.
Aplikasi Sicundo yang memudahkan anggota KKS di era transformasi ini. F Chahaya Simanjuntak. |
Demikian juga dalam penerimaan anggota baru, KKS saat ini juga tidak mengeluarkan kartu anggota lagi secara manual. Melainkan langsung mendaftarkannya secara online. Sistem ini selalu diupdate real time. Anggota bisa melihat langsung keanggotaannya lewat aplikasi KKS-Sicundo. "Tak perlu bertatap muka lagi. Waktu lebih fleksibel, bisa dilakukan mobile dimana saja yang tentu akan semakin mempercepat pekerjaan. Cukup buka aplikasi lewat ponsel, misalkan mau bayar pinjaman, cukup buka aplikasi pinjaman, pilih menu transfer, sudah deh selesai," ujar Claudika, salah satu anggota KKS yang lainnya.
Claudika mengaku, sudah menjadi anggota KKS selama tiga tahun. Selama menjadi anggota, sama halnya dengan Vitriani, ia juga merasakan manfaat menjadi anggota koperasi. "Kalau meminjam, lebih mudah dan cepat. Toleransinya juga lebih banyak, misalkan bunga yang menurun. Itu sangat memudahkan anggota. Selain itu, aplikasi KKS yang selalu update membuat kita anggota bisa memeriksa kebutuhan koperasi secara real time lewat ponsel," jelasnya.
KKS hingga per Agustus 2019 telah memiliki aset sebesar Rp 5,5 miliar, termasuk kantor cabang baru di Ruko Presna Center, Kecamatan Batuaji yang baru diresmikan 5 Mei 2019 lalu. Jangkauan koperasi ini kini lebih luas, sehingga mereka optimis menargetkan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar Rp 400 juta tahun ini. "Kami optimis tercapai. Karena di 2018 lalu kami juga berhasil dengan SHU Rp 335 juta," ungkap Rico.
Berhenti di situ saja? Tidak. Di era transformasi ekonomi ini, KKS juga saat ini tengah berproses mengembangkan unit usaha baru di bidang sembako dengan mengedepankan kolaborasi aplikasi. "Masih proses awal. Nanti kami akan salurkan dan kembangkan lewat kolaborasi distribusi digital. Model bisnis seperti ini menjadi cara kami secara perlahan mereposisi diri dari koperasi tradisional menjadi koperasi zaman now. Siap bertransformasi," ungkap Rico.
Jawab Tuntutan Perkembangan Zaman
Sementara itu, Kabid Pemberdayaan dan Perlindungan Koperasi Dinas Koperasi dan UKM Batam, Efryadi mengatakan, koperasi harus mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman.
"Benar. Ini era transisi. Segala lini berubah sangat cepat. Ya koperasi juga harus mampu menangkap peluang, menjawab tuntutan perkembangan zaman. Kalau tidak, ya tergerus. Tergilas zaman," jelas Efryadi saat ditemui di ruangannya di Kantor Dinas Koperasi dan UKM Batam, di Sekupang awal Oktober lalu.
Claudika mengaku, sudah menjadi anggota KKS selama tiga tahun. Selama menjadi anggota, sama halnya dengan Vitriani, ia juga merasakan manfaat menjadi anggota koperasi. "Kalau meminjam, lebih mudah dan cepat. Toleransinya juga lebih banyak, misalkan bunga yang menurun. Itu sangat memudahkan anggota. Selain itu, aplikasi KKS yang selalu update membuat kita anggota bisa memeriksa kebutuhan koperasi secara real time lewat ponsel," jelasnya.
KKS hingga per Agustus 2019 telah memiliki aset sebesar Rp 5,5 miliar, termasuk kantor cabang baru di Ruko Presna Center, Kecamatan Batuaji yang baru diresmikan 5 Mei 2019 lalu. Jangkauan koperasi ini kini lebih luas, sehingga mereka optimis menargetkan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar Rp 400 juta tahun ini. "Kami optimis tercapai. Karena di 2018 lalu kami juga berhasil dengan SHU Rp 335 juta," ungkap Rico.
Berhenti di situ saja? Tidak. Di era transformasi ekonomi ini, KKS juga saat ini tengah berproses mengembangkan unit usaha baru di bidang sembako dengan mengedepankan kolaborasi aplikasi. "Masih proses awal. Nanti kami akan salurkan dan kembangkan lewat kolaborasi distribusi digital. Model bisnis seperti ini menjadi cara kami secara perlahan mereposisi diri dari koperasi tradisional menjadi koperasi zaman now. Siap bertransformasi," ungkap Rico.
Jawab Tuntutan Perkembangan Zaman
Sementara itu, Kabid Pemberdayaan dan Perlindungan Koperasi Dinas Koperasi dan UKM Batam, Efryadi mengatakan, koperasi harus mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman.
"Benar. Ini era transisi. Segala lini berubah sangat cepat. Ya koperasi juga harus mampu menangkap peluang, menjawab tuntutan perkembangan zaman. Kalau tidak, ya tergerus. Tergilas zaman," jelas Efryadi saat ditemui di ruangannya di Kantor Dinas Koperasi dan UKM Batam, di Sekupang awal Oktober lalu.
Efryadi. F Chahaya Simanjuntak. |
Ia mencontohkan, kalau dulu koperasi sistem pembukuannya dilaksanakan secara offline. Tertulis dalam kertas atau tersimpan di data komputer. Namun kini, semuanya harus sudah bisa diakses secara online. Kalau sebelumnya segala transaksi dilakukan manual, anggota menyetor langsung ke koperasi, atau transfer antar bank ke nomor rekening koperasi, tapi kini bisa dilakukan hanya lewat satu kali klik aplikasi. " Ibarat belanja. Dulu kita harus bayar uang tunai. Sekarang cukup scan ponsel di kasir, sudah bisa bayar transaksi. Mau nggak mau, seluruh koperasi aktif di Batam saat ini harus mampu bertransformasi. Dari layanan tradisional ke digital," ungkapnya.
Reposisi ini, kata Efryadi harus dilakukan menyeluruh. Seperti misalnya, kalau dulu Rapat Anggota Tahunan (RAT) undangannya dilakukan secara tertulis atau lewat media cetak, kini bisa dilakukan lewat website atau media sosial resmi. "Masih banyak hal lainnya yang bisa dilakukan oleh tawaran era transformasi ini," jelasnya.
Dinas Koperasi dan UKM Batam mendata, ada sebanyak 1.025 koperasi terdaftar di Batam. Sebagian besar adalah koperasi karyawan. Dari jumlah itu, sebanyak 131 koperasi proses pembubaran dan 699 koperasi sedang dalam proses pencabutan badan hukum sebelum dibubarkan. "Untuk data koperasi yang sudah bertranformasi menjadi koperasi digital, sesuai dengan acuannya kita di Online Data System, baru sekitar 10 koperasi. Itu pun belum koperasi yang sudah sempurna secara digital. Salah satunya ya KKS ini dan juga Koperasi Fujitech," tutup Efryadi. (***)
Reposisi ini, kata Efryadi harus dilakukan menyeluruh. Seperti misalnya, kalau dulu Rapat Anggota Tahunan (RAT) undangannya dilakukan secara tertulis atau lewat media cetak, kini bisa dilakukan lewat website atau media sosial resmi. "Masih banyak hal lainnya yang bisa dilakukan oleh tawaran era transformasi ini," jelasnya.
Dinas Koperasi dan UKM Batam mendata, ada sebanyak 1.025 koperasi terdaftar di Batam. Sebagian besar adalah koperasi karyawan. Dari jumlah itu, sebanyak 131 koperasi proses pembubaran dan 699 koperasi sedang dalam proses pencabutan badan hukum sebelum dibubarkan. "Untuk data koperasi yang sudah bertranformasi menjadi koperasi digital, sesuai dengan acuannya kita di Online Data System, baru sekitar 10 koperasi. Itu pun belum koperasi yang sudah sempurna secara digital. Salah satunya ya KKS ini dan juga Koperasi Fujitech," tutup Efryadi. (***)
TULISAN ini diikutkan dalam Kompetisi karya tulis PRAJA 2019.
Koperasi kayak hidden sejak merebaknya peminjaman online, namun koperasi lebh jelas, dan mmbantu menyediakan pendanaan utk usaha masy
ReplyDeleteBenar sekali Meri.
Delete