MAMA saat dirawat di rumah sakit St Carolus, akhir Februari lalu. |
Cintai ginjalmu. Jangan sampai terkena batu ginjal. Hargai dan sayangi tubuhmu.BARANGKALI pernyataan ini yang paling pas buat 'menampar' saya saat ini. Kebiasaan begadang ternyata bisa berakibat fatal ke kesehatan. Merusak ginjal, bahkan menimbulkan berbagai penyakit kronis lainnya.
Sebelum saya bahas mengenai cerita gangguan ginjal di keluargaku, mari kita mengenal sekilas mengenai gangguan organ ini.
Faktor Penyebab Ginjal
Ginjal berfungsi menyaring limbah dari darah dan mengubahnya menjadi urin (air kencing) di dalam tubuh. Kalau ginjal kita sehat, organ ini juga berfungsi mengontrol tekanan darah supaya tetap normal.
Lantas apa sih yang bisa membuat ginjal kita rusak? Berdasarkan hasil perbincanganku dengan dokter Spesialis Penyakit Dalam di kota-ku tinggal sekarang, dr Soritua Sarumpaet, ginjal itu disebabkan akumulasi kebiasaan buruk kita sehari-hari. Misalnya, kurang minum, suka menahan air seni, begadang, dan jarang berolahraga. Kalau sudah begini, ginjal bisa rusak. "Ibarat mesin, ya rusak. Cairan limbah yang dikirim darah ke ginjal akan stuck, tak berproduksi, dan menumpuk. Mengkristalisasi, jadinya batu ginjal," ungkap dr Soritua yang akrab kusapa opung dokter ketika berkunjung ke ruang praktiknya.
Namun, selain itu, kerusakan ginjal ini juga bisa dipengaruhi faktor-faktor penyakit lainnya yang diderita seseorang. Yakni:
-Tekanan darah tinggi
- Kardiovaskular
- Diabetes
- Keturunan/riwayat keluarga.
Penyakit ini, apabila tidak segera diatasi, bisa makin parah dan menyebabkan gagal ginjal. "Kalau sudah gagal ginjal ya cara paling sederhana mengatasinya melalui transplantasi. Dialisis," ujar dr Soritua.
Ada pernyataan, kalau salah satu anggota tubuh menderita, maka yang lain juga akan menderita. Turut merasakan. Ini benar. Ketika ginjal kita sudah rusak, maka akan turut juga mempengaruhi kinerja organ tubuh kita yang lain. Penyakit lainnya bisa timbul, diantaranya gagal jantung, hingga serangan stroke. So, mari cintai tubuh kita dengan menjaga kesehatan guys. Listen to your body.
----------------------------------
Sudah sejak 31 Januari lalu, mama saya sakit. Awalnya batuk, demam. Diobati. Sembuh. Namun kembali sakit lagi. Kali ini sakit perut. Mama bilangnya sakitnya melilit. Kalau sudah sakit perut, biasanya diikuti demam dan sakit kepala. Bahkan sampai menggigil.
Kondisinya saat itu tak memungkinkan lagi dirawat di rumah. Maka diputuskanlah opname ke rumah sakit di kampung, di Balige. Di sana, oleh dokter spesialis dalam (internist), diperiksa dan di USG. Hasil diagnosanya, mama mengidap maag/gerd. Penyakit itu juga pernah membuat mama dirawat di RS Vita Insani, di Pematang Siantar 2012 lalu.
Asupan gizi untuk mama pun diperbaharui. Dirawat beberapa hari. Namun, tanda-tanda kesembuhan tak ada. Mama demamnya sudah berkurang, tapi justru malah lemas. Dua kali bolak-balik di bawa ke sana. Hingga akhirnya, ketika kondisinya kembali seperti gejala di awal, kami memutuskan membawanya ke Jakarta. Dirawat di rumah sakit swasta di kawasan Salemba.
Di Jakarta, kondisinya berangsur membaik. Tidak ada tindakan operasi. Cuma observasi oleh internist. Di sana, oleh dokter, mama didiagnosa maag, batu ginjal, dan infeksi darah. Kami tak langsung percaya. Karena selama ini, mama orangnya disiplin soal jadwal makan, dan selalu banyak minum air putih. "Masa iya gangguan ginjal? yang benar saja".
Mama pun pulang dari rumah sakit. Namun hanya berselang lima hari sepulang dari rumah sakit itu, mama kembali sakit lagi. Demam, hingga muntah dan sakit kepala. Mama sampai malas ngomong ketika penyakitnya itu datang. Katanya, kalau dia ngomong, sakit kepalanya makin menjadi. Saya sedih dan menangis. "Tuhan angkatlah semua penyakit dari tubuh mamaku," doaku.
Saat itu, oleh adik, mereka memutuskan membawa mama ke salah satu rumah sakit di kawasan Cihampelas di Bandung. Di sana, mama langsung dibawa ke UGD. Diperiksa, diwawancara untuk menegakkan diagnosa. Difoto juga. Oleh dokter yang memeriksa, menyebutkan mama kemungkinan besar infeksi usus buntu. Hari itu Sabtu. Sabbat.
MAMA di Rumah Sakit Advent, Bandung usai operasi. |
Jadi, mama itu punya riwayat kelenjar tiroid. Oleh kami, sekalian saja diperiksa, mumpung masih dirawat di rumah sakit. Supaya semua jelas. Siapa tahu ada pengaruhnya juga ke demam yang selama ini mamaku alami. Diperiksa oleh internist lainnya, ternyata semua normal. Puji Tuhan. Mama pun diperbolehkan pulang.
Hampir dua minggu berlalu. Kami kira semua baik-baik saja. Pemulihan mama berjalan lancar. Namun, tiga hari yang lalu, di rumah adik di Jakarta, mama kembali demam. "Kambuh lagi seperti yang pertama kurasakan inang. Bekas operasi usus buntu nggak ada lagi kurasakan karena diberi obat pain killer itu. Tapi sekarang perut kiri bagian bawahku sakit sekali, sampai demam mamak dibuatnya. Kalau perutku sudah sakit, pasti demam dan sakit kepala. Menyiksa sekali," ujar mama lewat sambungan telepon kepadaku.
Saya nggak bisa berkata apa-apa selain menangis. Separuh nyawaku hilang tak semangat kala mendengar bapa dan mama saya sakit. Saya tak berani berpikir yang bukan-bukan, meski pikiran selalu mengarahkan ke sana. "Tuhan sembuhkan. Tuhan kuasamu yang bekerja, tunjukkan penyakit mamaku," pintaku. Tak terhitung berapa kali air mata ini keluar dari kemarin.
Mama menceritakan sakitnya, seolah saya ikut merasakan. "I feel you mom". Orang keliling beberapa kota untuk menikmati kuliner, pemandangan alam, hingga atraksi wisata untuk bersenang-senang. Nah ini mama saya keliling kota hanya untuk keperluan berobat dan sakitnya kembali kambuh. "Dear Lord, tunjukkanlah kuasaMu, sembuhkan apa pun itu penyakit mamaku," pintaku sambil melipat tangan dan menundukkan kepala.
Sabtu, 16 Maret 2019. Siangnya, melalui Instagram story adik, saya melihat mama sudah tersenyum di salah satu restoran di Jakarta. Namun senyum di wajahnya belum lepas. Masih tertahan. Akibat rasa sakitnya. Di sana, mereka makan siang sehabis check up dari rumah sakit.
Tapi malam, sekitar pukul 7.25 PM, mama menghubungiku. "Saya udah nggak kuat lagi. Kalau sudah kambuh seperti ini, mau menyerah rasanya. Berdoa selalu ama Tuhan, tapi kayanya Tuhan nggak dengar," ujarnya sambil menangis. Siapa yang tak memangis mendengar pernyataan tersebut? Ingin rasanya saat itu saya terbang, langsung memeluk dan mendekap mama sambil bilang "Optimis ma, semangat. Tuhan pasti sembuhkan. Jangan menyerah".
Namun hanya bisa dengan suara tercekat. Menunda merespon mama sementara. Mengatur nafas dalam-dalam supaya jangan menangis, lantas saya bilang ke mama "Jangan menyerah ma. Semangat. Mari kita periksa lagi. Sepertinya mama itu benar gangguan ginjal," ucapku.
Tak habis pikir, saya pun langsung menghubungi dua teman di dua rumah sakit di Malaysia. Konsultasi dengan mereka. Mengirimkan medical report mama ke mereka. Namun karena sudah malam, dan mereka off, maka saya harus menunggu jawabannya di Hari Senin nanti. "Isnin i kabari segera ya?" ujar salah satu diantara mereka.
Tak sabar, tiba-tiba saya ingat percakapan dengan rekan kerja yang kalau dia sakit, selalu konsultasi online di aplikasi halodoc. Saya dari dulu sudah instal aplikasi kesehatan ini di ponselku, tapi belum pernah sekali pun menggunakannya.
Akhirnya, tadi, saya membuka aplikasi tersebut. Dari tiga pilihannya, yakni Buy Medicines, Talk to a Doctor, dan Get a Lab Checkup, saya langsung memilih Talk to a Doctor. Di sini, kita bebas memilih dokter siapa untuk konsultasi. Saya pun memilih internist. Dokter Satriyo Budhi Susilo, Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD). Saya membaca profilnya, ia lulusan Unsemar Surakarta pada 2013 lalu, dan kini bertugas di RSUD Moewardi, Surakarta.
Satu jam konsultasi online gratis itu saya manfaatkan. Curhat mengenai penyakit mama saya. Dengan cepat tanggap, dokter Satriyo menyebutkan, berdasarkan ciri atau gejala yang saya sebutkan terkait mama saya, kemungkinan besar mama saya ada infeksi. "Kalau maag tidak mengakibatkan demam. Tapi indikasi demam dan gejala seperti itu kemungkinan infeksi batu ginjal. Saya nggak bisa memutuskan karena saya tak periksa langsung," ujarnya.
Beliau pun menyarankan supaya tindakan pertama sebelum dibawa ke dokter, mama diberikan parasetamol 3x500mg untuk 1-2 hari ke depan. "Dengan catatan ibunya tak alergi parasetamol. Kalau 1-2 hari tidak membaik, sebaiknya segera periksa kembali ke dokter. Periksa ulang ke dokter. Cek lab urin," ujarnya.
Setelah dokter tersebut menjelaskan, kok saya yakin mama kena gangguan ginjal ya? Mengingat sehabis operasi ini, mama mengkonsumsi banyak obat. Bukankah mengonsumsi banyak obat penghilang rasa sakit bisa mempengaruhi fungsi ginjal?
Terus, selama ini mama banyak minum air putih kok. Aktivitas pekerjaannya sebagai pedagang membuat mama banyak menghabiskan waktunya duduk sepanjang hari. Kalau dagangan ramai, kerap kali mama menunda buang air kecil.
Selain itu, mama juga rajin konsumsi buah yang tinggi kandungan oksalat. Ternyata itu tak bagus buat ginjal.
Mamaaaaa, setelah Balige, Jakarta, Bandung, kemana lagi kita ma? Sembuhlah ma. Biar kita bisa jalan-jalan menikmati dunia ini. Mama sudah lelah merawat dan menyekolahkan kami anak-anakmu selama ini. Mama dan bapa belum menuai apa yang kalian tanam selama ini kepada kami anak-anakmu. Jangan sakit ma. Sembuhlah. Saya percaya umur panjang di tangan kananmu, di tangan kirimu kekayaan dan kehormatan ma. Sehatlah ma ( Dan hari ini, Senin 18 Maret 2019, pukul 13.05 WIB, mama kembali dilarikan ke RS Carolus karena mengalami demam, sakit kepala, mual, dan menggigil). Saya mohon doa supaya Tuhan melalui tangan dokter yang menangani mama sekarang, menunjukkan apa sebenarnya sakit yang diderita mamaku. _Sad. HOPE_
Lots of love,
Your daughter,
Chahaya
PS. Terimakasih banyak kepada aplikasi Halodoc yang sangat membantu saya malam ini. Tak sia-sia saya menginstal aplikasi ini kapan tahu. Pertolongan pertama banget dah ini. ***
Semoga lekas sembuh gan??
ReplyDeleteSemoga lekas sembuh kak untuk mamanya. Semoga diberikan yang terbaik.
ReplyDeleteTernyata aplikasi itu sangat membantu ya kak walaupun lewat chat? Mungkin sebaiknya saya juga install untuk penanganan pertama.
Semoga segera diangkat sakitnya ya.
ReplyDeleteAamiiin..
Lho kok malah usus buntu ya...oalaaah, untung ga telat, diagnosa kemana-mana, kok usus buntunya lama ketahuan. Semoga cepat sembuh ya mamanya, di diperiksa aja sampai tuntas supaya benar-benar tahu apa yang perlu diobati
ReplyDeleteMama mertua saya juga kena gagal ginjal, dan menjalani hemodialis seminggu 2x. Semoga sama2 diberi kesembuhan
ReplyDeletesemoga mama sehat selalu ya. Aplikasi halo doc ya ternyata praktis banget. Aku mau juga coba install
ReplyDeleteDiagnosa kadang bisa beda2 ya...
ReplyDeleteSemoga lekas sembuh mamanya kakak..... Sedih kalau orang tua kita mengalami ini.
ReplyDeleteTernyata begadang bisa merusak fungsi ginjal juga ya kak. Temenku juga sama nih kasusnya kayak mama kak Chay, awalnya maag lalu pas diperiksa ada batu ginjal, padahal banyak minum. Semoga lekas sembuh dan diangkat penyakitnya ya kak, aamiin.
ReplyDelete