Thursday, March 14, 2019

Balerong: Pasar Tradisional Bersejarah Wajib Dikunjungi di Balige

Merantaulah, biar kamu tahu beratnya beli tiket pesawat pulang kampung
Itu benar. Namun, lebih benar lagi pernyataan:
Merantaulah, biar kamu tahu arti dari rasa cinta dan rindu yang sebenarnya.
Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Suasana Balerong, pasar tradisional bersejarah di Ibukota Toba Samosir, Balige di malam hari. Source: Richard Silaen by Pemkab Tobasa.
SAYA dilahirkan di Balige. Ibukota Toba Samosir, salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Jangan tanya cintaku pada kampung halamanku ini. Besarlah pokoknya. Tapi, rasa cinta itu, baru kusadari setelah merantau dan bekerja. Tepatnya sejak 2008 lalu. Memang benar kata orang, kita baru sadar mencintai, setelah kita jauh. Kita baru tahu ukuran rindu itu seperti apa, setelah kita tak saling bertatap muka lagi.

Setiap waktu yang saya habiskan di perantauan, rasa rindu, cinta akan kampung halaman makin menggebu. Yang tadinya setiap hari kita di sana, kini hari-hari itu lenyap. Menguap banyak. Jadi terbatas. Bisa pulang kampung tapi dengan waktu yang terbatas. Sebagai karyawan di bawah tekanan, ya hanya dengan memanfaatkan cuti atau libur hari besar seperti Natal dan Tahun Baru-lah, saya baru bisa pulang kampung. Pintar-pintarnya saja membagi waktu. Pulang kampung di masa kini itu, nggak ada bedanya seperti melakukan perjalanan. Traveling.

Maka jadilah, kegiatan rutin pulang kampung dengan cuti yang tidak lewat dari 12 hari itu saya lakukan minimal setahun sekali. Waktu pulang kampung, saya manfaatkan maksimal. Mulai dari kumpul keluarga, nostalgia masa kecil dengan tetangga, ziarah, beres-beres rumah sebagai pekerjaan rutin masa lalu, hingga mengunjungi tempat-tempat wisata di tanah kelahiran.

Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
VIEW dari depan rumah Balige.
Rumah masa kecilku itu,  memiliki view alam berpagar Bukit Barisan yang indah. Berada persis di pinggir jalan. Bebas akses ke berbagai objek wisata. Angkutan umum juga tersedia dengan pilihan becak atau motor sewa. Di Balige, angkutan umum kami sebut motor sewa. Ongkosnya bervariasi, mulai dari Rp 4.000 hingga Rp 10.000 per sekali jalan, tergantung jauhnya rute. _Kawan, kukatakan padamu, di Sumatera Utara, khususnya Balige, mobil itu kami sebut motor dan sepeda motor kami sebut kereta. Jadi kalau kamu dengar orang Medan ngomong 'Tunggu di sana ya, aku pake kereta. Lari 100 pun aku' Itu artinya dia itu bukan naik kereta ( api ), melainkan mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 100 km/jam (cepat). haha_

Seperti yang saya katakan di atas, rumahku itu bebas akses kemana-mana. Jaraknya hanya 3 Km ke pasar tradisional Balerong, 8,4 km ke Air Terjun Siboruon, dan hanya 9 menit ke objek wisata Danau Toba di Pantai Pasir Putih di Desa Lumban Bul-bul, dan ke pusat kuliner dan tempat santai di Lumban Silintong, serta ke pusat pendidikan Soposurung. Oh ya, di Soposurung ini juga terdapat objek wisata budaya dan sejarah, Museum TB Center.

Balige itu, bisa ditempuh 6-8 jam perjalanan darat dari Medan melewati objek wisata Danau Toba yang tersohor di Parapat, dengan rutenya jalan aspal di tengah tebing batu.

Selain jalan darat, akses ke Balige ini juga bisa ditempuh menggunakan penerbangan, dengan pilihan pendaratan di Bandara Internasional Silangit di Siborong-borong, Tapanuli Utara. Lalu lanjut jalan darat lagi sekitar 20 menit menuju pusat kota Balige.

Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Berbicara mengenai Balige, maka tidak bisa dipisahkan dari Balerong. Beberapa tahun belakangan, oleh Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir, Balerong ini ditetapkan menjadi salah satu objek wisata. Balerong itu, dalam Bahasa Indonesia adalah Balairung. Pusat perkumpulan warga.

Lantas apa istimewanya? kok bisa jadi objek wisata? Balerong ini oleh kami warga sekitar dikenal dengan nama Onan Balerong Balige. Dalam Bahasa Batak, Onan itu artinya Pasar, Balerong artinya Balairung. Sehingga artinya: Pasar tradisional di Balairung Balige.

Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
KONDISI Pasar Balerong Balige yang saya foto di 2012 lalu.
Yang membuatnya terkenal menjadi objek wisata hingga sekarang adalah bentuk bangunannya yang unik. Setiap wisatawan yang berkunjung ke sini, akan selalu takjub, lalu penasaran melihat arsitektur pasar yang atapnya terdiri dari enam sopo, rumah adat khas Batak. Atapnya ini juga dihiasi gorga, seni ukiran Batak Toba yang artistik dengan tiga warna khas: hitam, merah, dan putih.

Aerial bangunan pasar ini berbentuk persegi panjang. Di kiri, kanan, dan belakang bangunannya adalah ruko milik warga yang desain eksterior atapnya juga berbentuk sopo, cuma ukurannya lebih kecil. Umumnya, warga yang tinggal di sini memiliki usaha dan dagang. Sementara untuk bangunan depan pasar, dibiarkan hanya berpagar dinding dengan ukiran gorga juga.

Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Aktivitas bagian pasar basah setelah direnovasi ulang. Atap jadi terlihat pendek dan ditopang dengan besi. Kalau dulu ditopang kayu.  Atap berbentuk sopo ini juga dilengkapi dengan gorga khas Batak Toba di bagian depannya.
Pasar ini unik. Meski pun setiap harinya aktif, tapi  ada satu hari khusus untuk melihat langsung geliat kehidupan warga dari berbagai penjuru desa turun ke pasar, dan para pedagang dari luar kota datang ke sini untuk melakukan transaksi jual-beli. Diadakan sekali dalam seminggu. Hari Jumat. Aktivitas ini telah berlangsung sejak kolonial Belanda tiba di Sumatera.

Mengenai pembagian hari pekan di Toba ini, tak lepas dari sejarah. Adalah misionaris asal Jerman, Ingwer Ludwig Nommensen yang menyebarkan Agama Kristen di Tanah Batak. Dialah yang menetapkan jadwal-jadwal hari pekan untuk warga menjalankan aktivitas bisnisnya. Ia membaginya: Senin hari pekan di Laguboti (kecamatan di Balige), Selasa di Siborong-borong (kecamatan di Tapanuli Utara kini. Dulu Kabupaten Toba Samosir yang beribukota di Balige masih satu regency dengan Tapanuli Utara), Rabu di Porsea (Kecamatan di Balige), Jumat di Balige, dan Sabtu di Tarutung (Ibukota Tapanuli Utara). Tatanan jadwal bisnis ini berlaku hingga sekarang. 

Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Catatan Traveler di depan pasar Balerong Balige, Januari lalu.
Terimakasih buat Oppu i, IL Nommensen. Namanya sangat terkenal di Toba hingga kini. Penghargaan atasnya, namanya diabadikan dalam nama gereja, jalan, bahkan universitas. Selain menetapkan tatanan bisnis, beliau jugalah orang pertama yang menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Batak Toba. Warga Sumatera Utara, khususnya Toba, menyebutnya sebagai Apostel di Tanah Batak. Ia meninggal pada 23 Mei 1918, dan dimakamkan di Desa Sigumpar, Balige. Bersebelahan dengan istri keduanya, Anna Magdalene Christine Harder. Makam Nommensen ini, kini menjadi salah satu objek wisata religi di Toba Samosir yang selalu dikunjungi para wisatawan, khususnya dari Daratan Eropa dan juga lokal.

Sepeninggal Nommensen, pusat bisnis di Balige setiap Jumat masih tetap berjalan. Hingga pada 1936, pusat perdagangan masyarakat yang zaman dulu masih dilakukan dengan sistem barter tersebut dibangun. Sumber dananya berasal dari sistem penarikan pajak dari para pedagang yang ada di sana.

Balerong ini menjadi simbol perdagangan warga Toba. Satu-satunya situs sejarah yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda yang masih bisa dilihat hingga kini. Yang membuat pasar ini unik, sebelum dirombak beberapa tahun lalu,  adalah ukiran gorga yang tiga warna catnya dibuat dari bahan-bahan alami sebagai bagian dari budaya Toba yang kaya. Dikerjakan manual. Cat yang kamu lihat kini, itu bukan cat asli lagi. Merahnya pun sudah berbeda _too sad_. Namun, meski sudah berbeda, tapi bagaimana pun, Balerong ini adalah pusat bisnis, pasar tradisional bersejarah yang kini menjadi objek wisata wajib dikunjungi di Balige.

Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
UD Tampubolon. Pedagang sembako dari zaman aku kecil hingga kini masih bertahan di Balerong ini.
Di dalam pasar ini, para pengunjung bisa menemukan barang apa saja yang dicari. Mulai dari kebutuhan sembako, sayur-mayur yang segar, kuliner, aneka pakaian keluaran terbaru, hingga pusat oleh-oleh untuk membeli kain tenun tradisional ulos. Di pasar ini, kamu bisa melihat berbagai jenis ulos mulai dari sadum, tuntuman, ragihotang, sadum Tarutung, Pucca, Pinuccaan dengan harga bervariasi. Mulai dari harga Rp 35 ribu hingga Rp 15 juta per pcs, bisa ditemui di pasar ini.
Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Nyokap, salah satu pedagang kain di Pasar Balige. (Mae, numpang jadi model di blogku dulu ya. I love you mom, get well soon)

Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Pedagang Ulos di Balerong Balige saat melayani pembeli. Oh ya, sistem jualan di pasar ini masih menggunakan gala. Kios bongkar pasang. Source: cnn Indonesia
Bagi rekan-rekan traveler yang hobi mengoleksi kain tenun dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya ulos dari Toba ini, bisa mendapatkannya di Balerong Onan Balige ini.  Nah bagi yang hobi kuliner, mulai dari ikan mas arsik hingga mie gomak khas Balige, bisa juga ditemui di sini.
Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Mie Gomak Ma' Renni (mie gomak yang tersohor di Balige. Bagi warga Balige yang perantau, mie dengan kuah pedas sambel Andaliman ini adalah hal yang paling dirindukan dan wajib kunjung kala pulang kampung)

Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Makan mie gomak, minumnya es campur = sempurna.
Demikianlah salah satu pengalamaku saat pulang kampung di Januari 2019 lalu. Tibalah saatnya kembali ke tanah rantau untuk mengais rezeki.

Tahukah kamu hal terberat saat pulang kampung? (Menurutku) Ketika tiba saatnya kembali ke tanah rantau. Mengecek harga tiket pesawat di ponsel sambil memikirkan, besok sudah pulang. Itu hal terberat bagiku. Bisa membuatku galau, dan menjadi bahan ejekan nyokap dan saudaraku. "Ah ga jelas ini Chaya klo sudah begini. Katanya pulang besok, palingan tunda, perpanjang dua hari lagi." begitu ejek mereka. Asli, di masa kini, waktu yang dihabiskan di kampung itu terasa kurang. hahahaha.


Oh ya, bukan cuma saya yang merasa tiket penerbangan domestik harganya sangat mahal kan ya di Januari lalu? Nggak di maskapai, nggak di aplikasi, semuanya mahal. Hal ini sudah berlangsung sejak peak season di Desember 2018 hingga kini juga sik. Sekarang, sangat dibutuhkan kecermatan dan ketelitian dalam membandingkan harga kala membeli tiket pesawat ya kan.
Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Boarding Pass Airasia.
Mengatasi harga tiket yang melambung tinggi, atas pertimbangan yang matang dan jauh lebih hemat, Jadinya, minggu pertama Januari lalu itu, akhirnya saya memilih kembali ke tanah rantau dengan membeli tiket Airasia dengan rute penerbangan Silangit (DTB) - Kuala Lumpur (KUL) dong. Harganya sangat terjangkau. Hanya Rp 680 ribu sudah termasuk bagasi 25 kg plus makanan di pesawat.
Nasi goreng Yangzhou, menu makanan di pesawat Airasia yang membawaku terbang dari Silangit ke Kuala Lumpur.

Terbang di atas langit Toba.
Tiket ini saya beli di aplikasi Pegi-pegi. Melalui pilihan tiket pesawat Pegipegi ini, saya sangat dimudahkan. Bayangkan saat booking lewat aplikasi ini, ketika kita merasa ada hal yang perlu ditanyakan, customer service-nya di 0804 1400 777 sangat cepat tanggap dalam menjawab seputar tiket pesawat yang akan saya beli.
Balige, Balerong, Toba, Catatan Traveler, Pegipegi
Tak hanya itu, selain melayani penjualan tiket airasia, Pegipegi ini ternyata bekerjasama dengan berbagai maskapai lainnya dengan memberikan harga yang lebih murah dari harga resmi.

Saat pembayarannya itu lho, mau sistem apa saja yang kita lakukan bisa. Berbagai pilihan pembayaran untuk setiap kebutuhan, semuanya tersedia. Dan saya, jelas saja, untuk transaksi selalu tertarik untuk menggunakan visa._Modus ngumpulin poin_

Selain melayani penjualan tiket pesawat, Pegi-pegi ini juga melayani berbagai kebutuhan kita dalam satu tempat deh. Mulai dari pemesanan hotel, kereta api, hingga informasi dan tips perjalanan. Tak jarang juga mengadakan promo.

Nah, untuk rekan-rekan traveler yang tertarik mengunjungi kampung halamanku di Balige, selalu pantengin Pegipegi ya. Siapa tahu ada promo, kamu bisa terbang deh, berwisata ke Balige. Mengunjungi Balerong, melihat langsung situs budaya itu sambil menikmati kuliner dan juga keramahan warga lokal. Dari sana, bisa berlanjut jalan kaki menuju Taman Tugu DI Panjaitan, atau naik becak menuju Pantai Pasir Putih di Lumban Bul-bul. Horas!!! ***

67 comments:

  1. dah lama ga bw blog nya kak kece ini…
    makin cantiq kak blog nya…
    balige gede kali ya kak, rame pasarnya…
    salfok ama duit mae…
    tapi alangkah lama nya kak, perjalanan daraaat...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi mba Tambayu Rizqi.. Apa kabar? Sudah lama juga kita tak ketemu ya..
      Terimakasih ya sudah berkunjung. Iya Balige lumayan gede. Tapi paslah sebagai sebuah kabupaten. hehe

      Wkwk, saya juga salfok ama duit mamaku. Kenapa nggak kuminta kemarin itu ya..

      Klo lama jalan darat, by plane saja sudah ada kok. hehe

      Delete
  2. jadi pengen maen ke kampungmu kak, kayaknya enak buat weekend an, pesen tiket ahhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kampungku seru tauuu.. hhahaha
      Ayo berkunjung, tapi penginapanku belum jadi lho.

      Delete
  3. Asyik, setelah melihat berbagai keindahan dunia di tempat lain, ternyata kampung sendiri tidak kalah hijau dengan kampung orang lain

    ReplyDelete
  4. Wisata budaya nih, thanks infonya kak utk org seperti saya yg blm pernah nginjek tanah batak.. Sgt bermanfaat sekali 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama.. Semoga ada waktu dan kesempatan berkunjung ke Tanah Batak ya :)

      Delete
  5. bhak baliknya lewat Malaysia. wkwkk. segitunya ya kak.
    Juni mau ke Sumut ini ada kawan kawinan. disempet2in deh kemana begitu hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lha iya. miris kan? menyedihkan sebenarnya. Terbang ke kota lain di negeri sendiri, ongkosnya lebih mahal tak masuk akal dengan pelayanan maskapai. Mafia kartel pesawat terbang.

      Delete
  6. Asik ya, pasarnya unik banget bentuknya. Kalau barang yg dijualnya lengkap kaya gini, jadi pengen main kesana deh..

    ReplyDelete
  7. Dulu travelingnya baru sampai Prapat doang. Nanggung ya padahal. Sayang dulu belum tahu Balige, tahunya Danau Toba doang.

    ReplyDelete
  8. Wah luar biasa sekali ya pasar di Sumatera.... Aku aja belum pernah menginjakan kaki ke spot2 pasar tradisional, patut dicoba deh next time

    ReplyDelete
  9. Jadi pengen ke sana mbak, biar sekalian bsa beli ulos cuantiq gitu..:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo berkunjung mbak. Ulos di Balige banyak ragam dan motifnya. Mulai dari yang termurah hingga yang termahal.

      Delete
  10. Kalo udah jauh, ia beneran baru terasa rindunya sama kampung halaman, apalagi kampung kak Chay indah banget, makin menggebu rasa ingin pulangnya.

    Bangunan pasarnya itu kelihatan megah memang, atapnya tinggi menjulang. Lalu aku ngiler dong lihat makanannya, pengen banget ngerasain mi gomak langsung di tanah yg mempopulerkan masakan tsb.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Eka. Ayo makan mie gomak ke kampungku Eka. haha

      Delete
  11. wisata yang menarik sekali, terlihat dari keunikan bangunan nya
    pasar balerong ya nama nya

    bisa nih jadi rekomendasi untuk travel ke daerah sana

    terima kasih rekomendasi nya kak

    ReplyDelete
  12. Betul yaaa sebagai anak perantauan rasanya wajib seringbberkunjungbke kampung halaman... akupun begitu, apalagi orangtuaku tinggal satu ibuku aja, bqpakku sudah gak ada. Jadi selau menjadwal pulkam sesering mungkin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba. Kampung halaman itu selalu ngangenin ya. Waah i'm sorry to hear that mbak. Sampaikan salamku buat ibunya mbak ya.

      Delete
  13. ahh, paling suka kalimat ini; "Kita baru tahu ukuran rindu itu seperti apa, setelah kita tak saling bertatap muka lagi."
    Sampai sekarang belum sempat tapakkan kaki di Sumatera bagian utara, Insya Allah dibantu pegipegi bisa kesampaian yaa ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe.. kalimat itu terbentuk atas rasa rinduku ke kampung tercinta mbak.

      Semoga segera bisa berkunjung ke Sumut ya mbak.

      Delete
  14. Khas banget ya atapnya, bener-bener menciptakan suasana berbeda. Keren pokoknya. Jadi berandai-andai bisa ke sana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan berandai-andai atuh mbak. Langsung ke sana saja. Kan sudah ada pegipegi.hehe

      Delete
  15. Mertuaku juga asal sumatera mbak, di Sipirok. Hampir mirip pasarnya, tapi dingiiin banget tempatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh ya? Horas ama mertuanya mbak. Iya Balige juga dingin.. Tapi dinginan Sipirok kali ya?

      Delete
  16. Halo mbak, mau tanya harga ulos2 asli buatan tangan original gitu harganya mulai berapaan sih? AKu punya yang kain Sumbawa dari mama mertuaku. Kepengen lihat langsung proses pembuatannya deh. Ulos Toba keren bingits ah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ulos buatan tangan original maksudnya yang masih ditenun manual gitu ya? Harganya bervariasi mbak. Tergantung jenis ulosnya juga. Mulai Rp 300 ribu sampai puluhan juta mbak. Iya ulos motifnya beda untuk tiap fungsinya. Ada nilai yang tergantung di tiap kainnya. keren.

      Delete
  17. Indah sekali alamnya, pantas dirindukan selalu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener. bukan cuma kampung halamanku yang indah, tapi alam Indonesia ini semuanya indah deh.

      Delete
  18. Mantap kalipun Kampung nya. Ulosnya cantik2 .semoga mamak lekas sembuh ya Kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang mantap kalinya kak. hahaha
      Amin, terimakasih doanya buat kesembuhan mama ya

      Delete
  19. Di kampungku (Padang) juga ada satu pojokan namanya Balerong Bunta, aku ga paham itu maknanya apa. Eh ternyata di samosir juga ada yaaa

    ReplyDelete
  20. Pasarnya bagus bangetttt.

    Sedih ya,, pulang kampung di negeri sendiri, tapi perlu paspor. Tiket transit di KL lebih murah.

    ReplyDelete
  21. Ini salah satu kesukaanku, kalau berkunjung ke suatu daerah blusukan ke pasar tradisionalnya. Tapi belum pernah ke Balige. Post ini bikin kepengen. Apa lagi melihat kain tenun yang disampir itu hahaha

    ReplyDelete
  22. Kayaknya kalau saya bisa ke sana bakal lama berdiri di deretan kain ulos. Bagus-bagus banget itu kainnya

    ReplyDelete
  23. Cantiknya Balige..semoga suatu saat aku berkesempatan jalan2 ke sana. Aamiin ..

    ReplyDelete
  24. Membaca ini, kumakin sekali ingin berkunjung ke Medan. Saat traveling, blusukan ke pasar tradisional dan mengenal budaya daerah adalah sebuah kenikmatan. Kayak di Pasar Balerong ini, model bangunannya mengesankan!

    Jadi kalau dari Medan ke Balega jalan darat, naiknya apa, Kak?

    ReplyDelete
  25. Waduh Kakak...naksir sarung dan selendang dari pasar Balerong di Balige. Aku pun senang kalau ke suatu tempat wisata, jalan-jalan ke pasar tradisional. Suka nemu yang unik, apalagi jajanan setempat. Mur-mur lagi...Bangunan pasarnya keren...

    ReplyDelete
  26. Selalu ya kak, yang tradisional pasti selalu diburu. Senengnya kalo bisa kesana juga

    ReplyDelete
  27. Kak, doakan aku bisa ke Balige kampung halamanmu, ya.. :) View dari rumah baguuus banget... Bahagianya kalo tiap bangun pagi pemandanganannya itu... Pasarnya unik bangunannya. Gak heran menarik minat wisatawan... Kain tenun ulosnya juga bagus-bagus, ya... Penasaran sama mie kuah sambal andaliman itu. Bikin keringetan pasti... :D

    ReplyDelete
  28. Betul, aku pernah merantau, kurang lebih 4 tahun dan jarang pulang karena tiket mahal. :((( Rindu keluarga dan teman.

    Aku pengen banget bisa eksplor ke Sumatera, belum dapat kesempatan :)

    ReplyDelete
  29. Wah, harus masuk wishlist saya ini. Sudah pernah main ke Balige, tapi belum pernah ke pasarnya ini. Pasti kalau ambil gambar pasar ini dari udara bakal bagus hasilnya.


    Soal tradisi pembagian hari, itu benar dari jaman Nomensen? Salut sih saya warga di sana bisa mempertahankan tradisi itu.


    Dan saya setuju pasar ini dijadikan tujuan wisata. Kenapa? Karena dari pasar tradisional lah kamu bisa melihat wajah sesungguhnya dari suatu daerah.


    ReplyDelete
  30. Halo Namboru, lekas membaik yaa.
    Tulisan anakmu keren-keren sekali.

    ReplyDelete
  31. Pengen banget bs eksplor Sumatera kayaknya asyik juga nih..mdh2an ada takdirnya bs ke sana... ;)

    ReplyDelete
  32. Wah...seru nih ke pasar tradisional kayak gini...Ada kain-kain tradisional juga ya...Harganya bisa lebih bersahabat juga dengan kantong traveler nih ...

    ReplyDelete
  33. Bangunan pasarnya bagus sekali ya.saya juga kalau pesan tiket untuk liburan melalu Pegipegi karen suka lebih murah.

    ReplyDelete
  34. Btw, mie gomak nya mengandung babi kah?

    ReplyDelete
  35. Tanah kelahiran yang selalu dirindukan dan baru kita sangat cinta krn jauh ya mbak :D
    Btw nanya, maaf kalau salah, Toba Samosir ini apa ada di tengah Danau Toba, jd kita nyebrang dulu gtu kalau menjangkaunya?
    Wah pasarnya apik ya, bangunan atap2nya itu lho, khas sekali :D

    ReplyDelete
  36. Sungguh takjub akan pemandangan di depan rumahmu kak. Bisa sehat terus aku kalau viewnya tiap hari kayak gitu.

    Salah satu impianku yang belum terlaksana adalah berkunjung ke tanah toba. Ternyata betul- betul indahnya yaa.

    Ajaklah aku kesana kak

    ReplyDelete
  37. Memang benar kak, merantaulah biar tau harga tiket yang mahal dan disitulah kepuasannya.

    Alfie belum pernah ke Balige. Mungkin bisa check tiket dan pantengi pegi pegi juga ya biar dapat promo. Doain bisa ke Balige ya kak.

    Liat Ulosnya juga keren... Nyidam untuk beli deh. Hehehe

    ReplyDelete
  38. tapi memang Balige ini cantik lah. Belum pernah sama sekali saya ke Sumatra. Baru bulan Juni nantilah kami kesana. Mudah2an bisa mampir, kalau nggak kejauhan dari tempat kondangan wakaka

    ReplyDelete
  39. Wah, strategis sekali tempat tinggalnya..dekat dengan semua objek wisata. jadi ingin berkunjung ke sana...tfs mb...

    ReplyDelete
  40. Pernah beberapa kali kesini, makan mi gomak. Bagus ya bentuknya mengambil bentuk rumah adat batak, kalau lewat naik bis orang lewat pasti melirik. Btw mak nyak ikut ditenarkan ya :D :D

    ReplyDelete
  41. penasaran banget ke sumut apalagi ke danau toba dan sekitarnya
    membaca tulisan ini jadi makin penasaran
    ternyata banyak hal unik dan menarik lainnya di sumut ya
    memang sih kadang kita baru menyadari cinta ke kampung halaman saat sudah di rantau
    bahkan sering rindu makanan dan hal khas lainnya saat di rantau
    btw itu mamak jualan kain tenun atau tradisional ya ?

    ReplyDelete
  42. Impian aku banget tuk bisa menjejakkan kaki di tanah toba..pemandangan alam dan budayanya yg sering aku lihat dan baca makin bikin ku mupeng ka..

    ReplyDelete
  43. Bayangkan mau pulkam saja kita harus ke luar negeri dulu ya Chay. Miris sih. Tapi ya mau bagaimana lagi toh kita maunya memang hemat. Aku juga nih rencanannya lebaran puasa atau lebaran haji, mana yang bisa aja nanti mau via Singapura. Tiket AA lebih rasional dan lebih murah dibanding tiket domestik lainnya.

    ReplyDelete
  44. Kalau di Yogya pasar yang khas namanya Beringharjo
    Untuk Sumatera Utara Belige ini ya
    Sayang waktu ke sana tak sempat menyambangi pasar tradisional hanya toko2 disekitaran tempat wisata aja

    ReplyDelete
  45. halo kak, boleh tau sumber referensi tertulis dari informasi yang dimuat dalam ditulisan ini kak ?

    ReplyDelete