PARA turis lokal dan mancanegara di pasar wisata di Pedesaan Fukui. Picture taken by me/catatan traveler. |
"Ternyata jadi travel agent itu lumayan juga resikonya. Baru dengar ada peserta tur ke Korea terus tak mau pulang ke Indonesia. Pria asal Balikpapan itu melarikan diri, mau tinggal di Korea ," ujar mas Fadli, salah satu rekan di WA memulai pembicaraan.
Ya, tak bisa dipungkiri. Negara-negara di Asia Timur kini menjadi destinasi wajib kunjung para traveler, backpacker, turis, flashpacker dari berbagai kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Itu karena apa? Kemudahan yang diberikan masing-masing negara tersebut? tidak juga. Cina daratan, dari dulu pengurusan visanya itu-itu saja. Hongkong-Makau emang sudah seperti itu kok. Lantas Korea? Oh dulu waktu virus MERS merebak, sempat mempermudah kunjungan bahkan membebaskan visa sementara, tapi sekarang? Tak lagi juga. Mengurus visa ke sana toh harus melewati prosedur. Terus gimana dengan Jepang? Yap, sejak 2014 hubungan diplomasi Indonesia-Jepang memang berjalan dengan baik dalam hal kunjungan dua negara. Karenanya, atas permintaan Indonesia untuk membebaskan visa apabila warganya berkunjung ke Jepang dibalas dengan jawaban Visa Waiver, form kunjungan yang sekali urus gratis ke Kedutaan Jepang, langsung keluar dan berlaku selama tiga tahun atau selama paspor masih aktif. Visa jenis ini hanya diberlakukan bagi warga Indonesia pemegang ePaspor. Kalau paspor reguler, ya mengurus visanya pun harus reguler tiap kali masa perjalanan dengan biaya pengurusan Rp300 ribu (langsung) dan Rp 600 ribu (via travel agent).
Nah, mari kembali ke topik. Korea Selatan menjadi destinasi pilihan wisata sejak 2000-an karena mereka sukses menanamkan "propaganda" keindahan alam dibalut modernitasnya lewat tayangan K-drama. Saya menjadi salah satu hallyu-fever (salah satu pecinta K-drama garis keras) dari Indonesia karena selain menyajikan drama, tiap film itu menyajikan keindahan alam, kelezatan kuliner Korea sampai-sampai si koko pemilik toko No.1 Korea di Harbour Front, Singapura mengenalku karena menjadi pelanggan setianya. Tiap tugas atau jalan ke sana, selalu singgah dan borong aneka cemilan Korea, bahkan beli kimchi dan sam yang juga di sana. Bahkan , saya menjadikan negara ini sebagai top list country to visit before i die.
Dalam setiap perjalanan, saya melihat ada dua tipe traveler. Yakni, traveler mandiri dan traveler yang gak mau repot dan tinggal mau berangkatnya saja. Kalau traveler mandiri kan, biasanya segala sesuatu diurus sendiri mulai pencarian tiket, mengurus visa, mencari penginapan selama di sana, hingga menyusun itinerary perjalanan. Ini kerap saya lakukan tiap perjalanan baik dalam negeri maupun ke luar negeri. Sedangkan traveler yang gak mau repot, adalah traveler ala Syahrini (eh tapi Syahrini aja selalu repot bawa travel bag, nenteng hermesnya dan ngerapiin kacamatanya kak? *hallah*) yang semua rencana perjalanannya diserahkan ke travel agent. Tentu ini bagi mereka yang mempunyai budget berlebih.
Bagi traveler yang gak mau repot ini, sesudah tiba di negara tujuan, misalkan Korea, maka harusnya mereka wajib mengikuti jadwal sesuai dengan yang telah ditentukan si travel agent. Pokoknya wajib manut ama guide yang ditunjuk travel agent selama di sana deh. Lantas gimana dong kalau ada anggota trip yang NAKAL lalu tiba-tiba melarikan diri berharap bisa tinggal lebih lama di Korea seperti cerita mas Fadly tadi? Dia akan tetap dianggap pendatang sampai pada waktu yang tertera di visa. Lewat dari situ, maka statusnya akan menjadi PENGHUNI ILEGAL yang suatu saat bisa kena razia, ditangkap polisi setempat atau bahkan dihukum.
Ini kerap menjadi salah satu the biggest problem buat para agen perjalanan in this whole country.
" Kalau sudah begini gimana tuh kak? apa agennya main tinggal saja pesertanya ? atau harus buat laporan di kepolisian Korea bahwa pesertanya hilang?" Timpal mbak Sarah bertanya.
" Kalau sudah begini gimana tuh kak? apa agennya main tinggal saja pesertanya ? atau harus buat laporan di kepolisian Korea bahwa pesertanya hilang?" Timpal mbak Sarah bertanya.
Menjawabnya,mas Dimas sebagai salah satu penggiat perjalanan resmi dan owner salah satu travel agent terpercaya mengemukakan: "Dicari dulu sih SOP-nya, soalnya jika ada yang hilang di grup kan awalnya kita gak tahu sebabnya apa, masa iya dibilang gak mau pulang trus cabut? Ada kemungkinan hilang, tabrakan, sakit, tenggelam, diculik,"ujarnya.
"Kalau trip private biasa peserta lain pasti nunggu. Kalau open trip, yang lain ikut jadwal, sebagian nyari," ungkap mas Dimas lagi.
Saya pun mencoba menambahkan dua opsi atas kasus ini. Yakni:
- 1. Lapor polisi. Karena kalau dia travel agent resmi, tiap dia memasuki kawasan negara, jumlah tamu tercatat. Demikian saat keluar, jumlah tamu harus sesuai dengan jumlah tamu yang dibawa saat memasuki negara tersebut. Kasus seperti ini di Jepang ketat banget utk menghindari illegal job seeker
- Sebelum si anggota melarikan diri, dia bisa curhat dulu sama guide/travel agent, bahwa kunjungan ke Korea itu didasari cita-citanya bertemu dengan pujaan hatinya oppa Lee Min Ho atau noona Bae Suzy. Trus dia gak mau pulangsebelum berhasil dinikahin Lee Min Ho atau menikahi Bae Suzy, lalu buat surat pernyataan di hadapan travel agent. Kelar kan? _ini jelas2 ngawur_
Sebenarnya, kalau dia travel agent resmi yang sudah mahir dan malang melintang bawa rombongan dalam dunia kunjungan/trip/ whateverlah namanya, maka untuk mengatasi hal itu, apalagi kasus hilang karena MELARIKAN DIRI, ya harus buat laporan ke kepolisian dan koordinasi dengan pihak imigrasi negara setempat, dalam kasus ini Korea.
Sebagai contoh neh, di Jepang berdasarkan cerita dari mas Oka Mukti, kalau dia membawa rombongan ke Jepang, maka ia akan melaporkan jumlah rombongan itu di imigrasi. Berapa jumlah rombongan yang masuk ke Jepang, maka segitu jugalah rombongan yang akan keluar saat kepulangan nanti. _Namun kalau koper bisa nambah melebihi jumlah rombongan sik. Namanya jalan-jalan, ga sah kan kalau gak beli oleh-oleh buat diri sendiri ama keluarga dan orang lain? Ya wajarlah koper bisa beranak-pinak kan???_ Kalau tidak sesuai, ya travel agent yang bersangkutan wajib tanggung resiko. Pasti kena WARNING hingga larangan berkunjung kembali. Itu syukur, kalau jadinya harus berhadapan dengan hukum di sana? Bukan hanya travel agentnya, si yang melarikan diri juga bakal diburu, trus member yang lain? Luntang-lantung deh jadinya. Kelar idup semua hanya gegara satu orang!!!!
Tak bisa dipungkiri memang. Baik Jepang mau pun Korea sangat menghargai para pekerjanya dengan gaji yang manusiawi. Untuk sales produk kecantikan saja di mall digaji Rp 8 juta hingga Rp10 juta per bulan. Jangankan itu, bagi brosur di pusat keramaian saja, bisa dapat Rp400 hingga Rp800 ribu per jam. Pengalaman ini pernah saya baca dalam threat salah satu member komunitas di salah satu laman sosial. Ya jelas saja banyak yang tergiur menjadi pekerja di negeri itu. Dia melarikan diri dari anggota trip karena tergiur dengan gaji tinggi meski ia menjadi ilegal di sana.
Dear fellow travelers, jangan kabur di negara orang please. Kalau jalan-jalan untuk maksud dan tujuan kabur-kaburan setelah di luar negeri, please jangan jadi bajingan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Jadilah traveler yang sebenarnya. Jangan ada niat di balik itu. Pun kalau mau niat begituan, mohon jaga attitude ah, gak usah via travel agent. Urus sendiri saja, tanggung resiko sendiri. Daripada lo ngerepotin dan nyusahin si travel agent. Si Travel agent kelar bisnisnya tak jalan lagi, nama bangsa juga jadi buruk hanya gegara lo!!!!
Kalau bisa jadi TKI lewat jalur resmi kenapa harus menipu dengan melarikan diri? Itu lebih bermartabat, lebih sehat karena halal. Cemen lo!!! Eh marah kak? Ga marah. Kesal dan gereget iya. ***
Kalau bisa jadi TKI lewat jalur resmi kenapa harus menipu dengan melarikan diri? Itu lebih bermartabat, lebih sehat karena halal. Cemen lo!!! Eh marah kak? Ga marah. Kesal dan gereget iya. ***
Nice sharing kak... Bisa jadi catatan penting baik bagi traveller dan travel agent.
ReplyDeleteTerimakasih mba Sri Murni.
Deletealasan yang ke dua itu tuh yang ewh kali. Hahaha
ReplyDeleteSilviana Noerita,
DeleteAlasan yang kedua mana? hahaa
pnah trpikir dulu kayak no 2 kak... pgin nya ntap dikorea hahaha tp bkn cr oppa. suka aja sama liat kotanya kalo didrama drama tu
ReplyDeleteIrrasandae,
DeleteHahaha.. ayo kapan ke Korea bareng yuk
aneh2 aja kelakuan orang jaman sekarang ya...mungkin memang dia pengen jadi warga korea..wkwkkw
ReplyDeleteDear May Sarah,
DeleteIya suka ambil jalan pintas. Ya kalau diterima jadi Warga Korea.. hehe
Jgn2 kabur trus pengen jdi TKI😂😂
ReplyDeleteWahyu Subuh,
DeleteLha emang itu niatnya mas. Makanya saya buat tulisan ini.. TKI ILEGAL.. giliran suse di negeri orang, nangis2 minta pulang, menyalahkan pemerintah..
Ya ampyuun, baru tahu ada yang beginian.
ReplyDeleteSetuju. Kalau bisa urus saja semua sendirian.
Etapi gimana endingnya si travel agen dan si travelernya, eda?
repot juga ia jadi agen jalan" kayak gini, ....
ReplyDeletesalah-salah malah harus bertanggungjawab dan berurusan sama polisi ..
Mohon Bersabar ini Ujian .....
Temen gue berangkat tggl 26 ke Korea dan dia mau ilegal di Korea karna ada suaminya kerja jadi TKI di Korea.
ReplyDeleteSebelumnya dia pernah ketipu sama travel agent abal abal. Sekarang dia ikut lagi travel agent dan bayar 100jt dan di janjikan bisa melarikan diri di Korea. Ya mudah mudahan bisa bertemu dg suaminya
hah trs kabarnya gmn kak
Delete