Museum Dinosaurus Fukui. |
SEBENARNYA, Fukui tidak masuk dalam daftar catatan itinerary perjalanan finalku saat hendak mengunjungi Jepang. Rencana yang tadinya seminggu hanya dihabiskan di Tokyo, Kyoto, dan Osaka, jadinya bertambah mengunjungi Fukui, setelah ajakan seorang teman yang kini menjadi sahabat, Honoka Nojiri. Dia pernah kami jamu sebagai rekan couchsurfing di Batam, kota tempatku tinggal sekarang.
"Chahaya kakak (begitu dia memanggilku hingga kini, red) kamu harus mengunjungi kampung halamanku, Fukui. Saya akan mengajakmu jalan-jalan dan menikmati soba dan minum teh ditemani kue angko yang lezat," ujarnya usai memberitahukan bahwa saya akan mengunjungi Jepang.
Perjalanan ini sebenarnya sudah lama, saat musim gugur beberapa waktu lalu, tapi belum basi lah ya? Tempat wisata yang dikunjungi di Fukui itu belum dipugar kok, apalagi berpindah tempat. :)
Menikmati musim gugur di Fukui. |
"Manusia berencana tapi Tuhan yang menentukan, dan rencana Tuhan adalah baik buat umatnya", sepertinya analogi ini cocok buatku saat hendak menginjak Fukui ini. Bayangkan saja, disaat saya berencana menginjak tiga prefektur saja, eh Tuhan malah kasih kesempatan lebih, bonus mengunjungi Fukui dengan perantaraan seorang Honoka, mahasiswa jurusan Biologi di Universitas Fukui.
Ok, perjalanan ke Fukui pun dimulai. Pagi sekali, sekitar pukul 06.00, saya sudah kelar mandi dan bersiap meninggalkan penginapan di Piece Hostel Kyoto di Minami Ward. Pagi itu, kami mendadak temu janji di Kyoto Station di kawasan Higashishiokoji Kamadonocho, Shimogyo Ward, yang kalau ditempuh berjalan kaki, hanya sekitar 500 meter. Penginapanku di Kyoto memang sengaja saya pilih dekat dengan Kyoto Station, biar dekat kemana-kemana.
Karena meeting point yang mendadak itu, takut ketinggalan bus mengingat sistem transportasi di Jepang sangat on time sekali, maka saya pun memutuskan naik taksi dan membayar 1.700 Yen supaya tak repot membawa barang bawaan (dua backpack, satu travel bag, dan dua bungkusan oleh-oleh milikku dan milik teman, Eric yang menginap di tempat berbeda karena hostel tempatku menginap full).
Bertemu di depan bangunan futuristik Kyoto Station yang ada tulisan raksasanya itu, kami pun melanjutkan kembali naik taksi menuju stasiun bus Fushimi-ku di Fukakusagotandacho. Kami turun di taman besar, lantas naik tangga menuju pintu tembok pembatas. Di balik tembok pembatas itulah kami menunggu bus Keifuku yang akan membawa ke Fukui. Stasiunnya tak lebih dari halte kecil diantara jalan lintas yang sepi. Selain kami, sudah ada penumpang yang antri di halte kecil itu. Tertib sekali.
Mau mendaki dulu ke Kuil Eiheiji di kaki pegunungan Tendo. |
Tak sampai menunggu 10 menit, bus Keifuku pun datang. Sangat tepat waktu sesuai jadwal yang tertera di atas tiket. Kami pun berangkat. Dibutuhkan tiga jam perjalanan dari Kyoto menuju Fukui.
Fukui merupakan salah satu prefecture di Pulau besar Honshu, Jepang. Kota ini, menjadi satu-satunya prefecture di region Chubu yang menghadap langsung ke Laut Jepang. Selain terkenal sebagai kota penghasil beras, Honoka yang seorang warga yang lahir dan besar di Fukui mengatakan, kota ini juga merupakan penghasil ikan laut dengan pedesaan indah (country side) yang masih alami. Belum banyak turis Indonesia yang berwisata khusus ke prefecture ini. Namun ada beberapa kunjungan untuk urusan kerja dan kuliah. Padahal ini kota layak menjadi salah satu destinasi wisata di Jepang yang layak dipertimbangkan juga lho.
Sepanjang perjalanan ke Fukui. Kami melewati pemandangan musim gugur yang indah di perbukitan Jepang saat melewati kawasan Minamizakura, dan Higashiomi. Tak hanya itu, dua jam perjalanan, bus berhenti di rest area di kawasan Taga, di Inukami-gun, di distrik Bimmanji. Pemandangan pedesaan di belakang stasiun sangat kentara sekali. Rumah-rumah tradisional bergerombol dalam satu komplek dikelilingi persawahan yang baru disiangi. Sangat indah dengan pemandangan kontras mommiji yang memerah kala itu.
Musim gugur di Pedesaan Tsuruga. Abaikan modelnya. wkwk |
Saat melewati Tsuruga, Honoka pun mencolekku yang sedang asyik menikmati pemandangan di sebelah kanan dari tempat dudukku. "Chahaya kakak, ini Tsuruga. Lihat di kejauhan sana? itu danau Kitagata," ujarnya sambil menunjuk danau di sebelah kanan yang terlihat dari kejauhan. Bus kami berjalan melewati perbukitan, di kirinya kadang ada perkampungan menyatu dengan ladang dan persawahan, dan di kejauhan di bawah persawahan dan perbukitan itu Danau Kitagata berada. Saya lantas merespon "Waaa.. sugoi, its look like i'm in Lake Toba, one of tectovulcano lake in my home town," ujarku.
Saya yang duduk bersebalahan dengan adek Hono pun lantas berbincang-bincang, sesekali mengabadikan pemandangan indah dan kuil tradisional di Wadanaka, dan tak terasa waktu tiga jam berlalu, kami sudah tiba Teyose, Fukui Station. Di situlah pemberhentian train dan aneka bus dari berbagai kota di Jepang dengan rute Fukui. Termasuk bus Keifuku yang kami naiki.
Makan siang. Sambel ABC dari Indonesia teteup sebagai penambah nafsu makan. haha |
Chicken bento dan mie soba dingin. |
Foto bareng sehabis makan siang di depan restoran. (Ki-ka) Kouhei, saya, Honoka. |
Turun di bus, Honoka mengajak teman kuliahnya, Kouhei Funahasi. Kouheilah yang menjadi supir kami selama di Fukui dengan merental mobil seharga 5.000 yen per hari. Tujuan pertama sesampai di Fukui adalah makan siang. Kouhei membawa kami menuju salah satu restoran di pusat perbelanjaan di Matsumoto. Saya pun langsung memesak chicken bento dan mie soba dingin. Dasar Indonesia yang suka pedas, lantas mengeluarkan saus sambel terasi ABC (bukan iklan), mencampurnya ke nasi bento, lalu makan dengan lahap. Bahkan saus ABC tersebut saya hadiahkan ke Honoka dan rekannya Kouhei. Mereka bilang itu adalah sambel bom karena pedas dan baunya yang tak biasa banget di indra pengecap mereka. :)
Eiheiji di Distrik Yoshida-gun (Desa Yoshida) |
Di dalam altar utama kuil Eiheiji. |
Makan siang sudah dijabanin, lantas kemana lagi? The adventure begin. Kuil Eiheiji di distrik Yoshida-gun pun menjadi pilihan wisata pertama. Kuil ini hanya 15 kilometer ke kawasan timur dari tempat kami makan, dan dibutuhkan berkendara selama kurang lebih 40 menit. Kami pun mulai menjelajah taman depan kuil yang sangat asri dan tenang dengan ribuan pohon menjulang tinggi ke langit. Dirasa sayang cuma menikmati bagian luarnya saja, lantas membayar tiket masuk seharga 500 Yen untuk mengeksplorasi bagian dalam kuilnya. (SUDAH PERNAH DIBAHAS DISINI)
Kuil Eiheiji. |
Eiheiji Temple ini terdiri dari dua kuil besar yang dijadikan sebagai pusat pengembangan para biksu Buddha Zen. Di luar kuil yang berada di bawah pegunungan Tendo ini, selain menyajikan keindahan dan kedamaian yang tenang, para pengunjung bisa menikmati aneka penganan khas Jepang. Di sana, saya sempat menikmati kue angko atau mochi green tea dengan isi saus kacang merah dan kushidango, atau sate dengan kue bulat hijau campur wijen yang dibakar, dan di atasnya dikasih saus kecap yang wangi. Penjualnya seorang kakek tua penjual aneka oleh-oleh di pertokoan kecil di pertigaan simpang Shihi. Enak dimakan panas-panas lho.
Makan es krim di musim gugur. Masuk angin ga sik kak? lol |
Taman kuil Eiheiji |
Sebelum meninggalkan kuil Eiheiji, saya dan rekan Eric sempat mencicipi es krim green tea home made. Bayangkan makan es krim di musim gugur yang dingin dengan angin yang semriwing. Masuk angin? Enggak tuh, malah enak dan dingin-dingin empuk gitu di mulut. hehe
Pantai Tojinbo. |
Wisata sehari itu pun berlanjut. Kini perjalanan dilanjutkan ke Pantai Tōjinbō (Tojimbo). Dari Kuil Eiheiji di pegunungan Tendo, menuju kawasan pantai Mikhunico Anto di Distrik Sakai. Dari kuil ini menuju Tojinbo jaraknya 43,8 kilometer apabila melewati Awara onsen di Distrik Yumonachi. Jangan harap ketemu pantai dengan pasir putih nan menawan di sini. Pantai ini justru menunjukkan kegarangannya dengan tebing batu jurang yang curam sepanjang 1 kilometer. Kontur cliff andesitnya sangat-sangat keren, namun terkesan misterius dan horor. Pantas saja, temanku Santi kaget saat mengetahui saya ke sana. Kata sahabatku yang kini bermukim di Kota Kawasaki itu, Tojinbo adalah tempat wisata namun sering dijadikan sebagai tempat bunuh diri. ( BACA SELENGKAPNYA DISINI).
Toko ikan segar di kawasan Pantai Tojinbo. |
Menikmati semilir angin musim gugur di jam pergantian sore ke malam, sempat juga mencicip cumi bakar yang enak, hasil laut dari Fukui, prefecture penghasil beras, soba, dan ikan laut terbesar di Kepulauan besar Honshu ini.
PARA pengunjung pantai Tojinbo yang sebagian besar orang lokal. |
Oleh-oleh sands in the bottle di Tojinbo. |
Kedinginan, lantas berjalan cepat menuju mobil. Honoka yang warga sana saja tak tahan saking dinginnya, sehingga ia membeli minuman hangat rasa jeruk dari box machine. Apalagi kami yang warga tropis yang menghadapi suhu rata-rata 28-32 derajat celcius sepanjang tahun. Di sini, di Fukui, musim gugur dengan angin kencang bersuhu 8 derajat celcius. Siapa yang tahan dek? Bibir dan telinga kakak ampe kering pecah-pecah, apalagi muka. Mengetat keras, memerah kaya kerak nasi yang dijemur.
Awara onsen. |
Mengalahkan dingin sepulang dari Tojinbo, Honoka pun mengajak kami untuk berendam air panas ke Awara Onsen (hot spring) di Awara Yunomachi. Bagi penggemar komik Conan, pasti tahu Awara Onsen ini. Di onsen itu, saya dan rekan Eric, dan Kouhei melenturkan otot dengan air mineral panas yang merilekskan dan mampu menghalau dingin. Menikmati fasilitas berendam di sana gratis, cukup membayar handuk seharga 300 Yen. Itu pun kalau kita mau rental handuk di sana. Kalau tak mau ya tak masalah.
Berendam dulu adek di onsen ya bang. |
Kelar berendam, lalu menikmati jajanan kecil. Hari saat itu sudah malam, dan parkiran mobil pun agak jauh dari onsen. Ada kali 150 meter jaraknya. Setelah itu, kami pun melanjutkan mengunjungi sekilas Museum Dinosaurus Fukui. Museum ini sangat besar, semua aneka jenis fosil dinosaurus dari berbagai belahan dunia bisa ditemukan di museum ini. Awalnya, museum ini dibuka untuk penelitian mengenai hewan purbakala itu oleh para profesor dan ahli zaman purba Jepang. Bahkan di perempatan depan museum ini ada dua robot dinosaurus yang bisa bergerak dan bersuara dan menjadi hiburan tersendiri saat menyaksikannya. Museum Dinosaurus Fukui ini menjadi museum penelitian hewan purba ke tiga terbesar di dunia. Keren ya.
Tempat beli jajanan di Awara onsen. |
Ah masih banyak tempat-tempat wisata yang belum dikunjungi di prefecture Fukui ini. Semoga kelak, if God will, saya berkesempatan lagi menginjakkan kaki di sana. "Come to visit me again Chahaya kakak, saya akan mengendarai mobil sendiri apabila kamu jalan-jalan ke Fukui lagi. I can't wait to see you soon," demikian isi pesan Honoka mengawali 2017 ini. "If God will adek Honoka.. See ya again someday. I miss Fukui somuch," balasku. ***
PS.Menuju kota Fukui:
- Bisa menggunakan penerbangan dari Tokyo (Haneda/Narita) ke Bandara Komatsu.
- Menggunakan train (kalau dari Tokyo) bisa menggunakan JR Tokaido ke Maibara, lanjut transfer atau interchange ke JR Shirasagi menggunakan train express ke Fukui. Atau kalau mau dari Ueno Station, bisa menggunakan Hokuriku train dengan tujuan Kanazawa station. Kereta Hokuriku ini melewati Fukui kok.
- Nah, kalau mau naik bus, dari Kyoto bisa menggunakan bus Keifuku, atau dari Shinjuku station di Tokyo, bisa naik Willer Bus menuju Fukui Station. Saya sendiri pulang dari Fukui ke Tokyo naik Willber bus kok.Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang ingin ke Jepang ya? Mana tahu bosan ke Tokyo, Kyoto, Osaka, Nara ya kan, Fukui bisa jadi bahan pertimbangan to do list kok.*_________________*
Keren pemandangannya semua
ReplyDeleteIya kak Rina, kece emang,.
Deletefoto yang di daun merah itu cakep banget kak, aku komen karena foto itu.
ReplyDeleteandai fotonya berdua sama cowok *selotip bibir
kak Danan,
DeleteWakakakak.. padahal itu foto di samping belakang rumah orang lho di Komatsu.
Andai fotonya berdua sama cowok? hwaaaaa.. kamu mau jadi cowoku kak? wkwkwkwk *Dilempaar gas dari kantor sebelah
Test Komen di Blog kakak yang femes ah. Mana tau naik DA PA ALEXA kayak yang dibilang kemarin di group :D
ReplyDeleteBocahudik,
DeleteHahaa.. hi bocah udik.. salam kenal yaaa...
wah asiknya bisa melakukan perjalanan di Jepang, doain aku biar bisa nginjakin kaki di Jepang juga ya mbak :D Fukui tak kalah indah ya mbak dari Tokyo. Makasih sharingnya ya mbak :D
ReplyDelete