Banner undangan Karnival Citrarasa Homestay Malaysia 2016 by Gaya Travel Magazine. |
HONESTLY, mengetahui Melaka (Melake) atau kita orang Indonesia menyebutnya Malaka, saat saya berusia sembilan tahun. Zaman masih kecil, ada sejumlah penyanyi beken Indonesia yang mencekoki anak-anak seusiaku dengan lagu-lagu dewasa. Sebut saja almarhum Nike Ardila dan juga almarhum Poppy Mercuri. Nah, dari salah satu lirik lagu penyanyi inilah saya mengetahui Melaka. Kira-kira liriknya begini:
"Hati siapa tak luka, dan takkan kecewa,
Bila cintanya berakhir duka.
... Reff: Kau putra bangsawan di tanah Malaka,
Aku hanya wanita biasa.
Mana mungkin cinta kita kan bersatu,
Bila ayah ibumu tak restu uuuuuu uuu
Di Selat Malaka,
Di Ujung Sumatera,
Dua hati ini, satu dalam luka...
_ eh buset!!!
Masih ingat aja ini lagu.. hahaha (jangan tanya apa judul lagunya, saya lupa boi)_ By the way busway jangan ada kisah seperti ini deh ya.. amit-amit deh, cukup Manohara *eh #GossipModeON . lol
Jalan raya menuju Kampung Alai. Foto ini kuabadikan dari persimpangan masuk Kampung Alai. |
Typical house in Kampung Alai. |
Menjadi salah satu dari 30 peserta blogger atau pun social influencer dari lima negara seperti Indonesia, Malaysia, Belanda, Jerman, dan Perancis, atas undangan dari Ministry of Tourism and Culture (MoTaC) Kerajaan Malaysia bekerjasama dengan media panduan perjalanan Malaysia Gaya Travel Magazine. Saya menjadi salah satu dari empat (termasuk Bang Yudi Randa dari Aceh, mas Fadli dari Karimun, dan kak Lina W Sasmita yang bareng denganku berangkat dari Batam) blogger Indonesia yang diundang mengunjungi dan merasakan langsung wisata dan kuliner di Melaka mulai 3-5 November lalu. So, here i am guys, give you some things to do when in Melaka:
Nasi lemak di sebelah hotel The Settlement hotel, Melaka. |
Pukul 11.00 (GMT +08) atau pukul 10.00 WIB, usai sarapan pagi bersama rekan blogger mas Fadli dan kak Lina, kami dijemput Shamsul Bahrin Zainuzzaman (Sham) dari Gaya Travel Magazine. Itulah pertemuan perdanaku dengannya. He is so humble and kind as usual when we were chatting about this event by email or WhatsApp before we meet.
Dari hotel, kami menuju Kampung Alai dengan menumpang mobil kakak Nurul Shafee. Dia seorang pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia di Melaka. Butuh 20 menit dari hotel tempatku menginap menuju kampung ini.
Oh ya, di Kampung Alai ini, bapak Amirthalingam yang seorang pemandu pelancong berlesen menjadi travel guide kami.
Dia menyebutkan, Kampung Alai ini adalah kampung dimana para traveler
bisa memilih dua cara homestay. "Bisa cuma tinggal di rumah sewa, atau
bisa tinggal di rumah bersama warga, so you can experience life in the village," ujarnya.
BTW guys, Catat ya, nama disini bukan 'alay' kaya kelakuan anak-anak lebay di Indonesia yang berlebihan with something cheesy or over acting, but Alai in here is one of kampoong in Melaka. hehe. Alai ini merupakan salah satu perkampungan yang menyediakan homestay bagi para pelancong yang berkunjung ke Melaka. Ada 13 rumah di kampung ini yang disediakan sebagai rumah homestay bagi pendatang untuk merasakan kehidupan sehari-hari warga sekitar dengan cita rasa perkampungan Melayu yang sarat dengan rerumputan hijau, pohon kelapa, dan rumah panggung dengan kekerabatan yang kental.
Tiba di Alai, mataku pun langsung tertuju pada rumah panggung. Masuk ke dalamnya harus melewati tangga yang terbuat dari semen dengan bentuk tangan terbuka yang mempunyai makna welcoming to the new people who came to our village . Di teras rumah panggung itu, satu grup penyanyi yang sudah usia lanjut menyambut kami dengan aneka lagu-lagu Melayu .
Mereka adalah grup Dondang Sayang Sri Warisan Baru Alai yang dipimpin
Tuan Haji Muhamad Isa. Merekag sudah 25 tahun berkarya menjadi penghibur
dengan mempertahankan musik tradisional Melayu dalam setiap event-nya.
Usai disambut dendang musik Melayu, dan malu-malu menari mengikuti irama, kami pun diberi pertunjukan membuat penganan (traditional dessert), kue melaka. Melihatnya, saya pun teralay lantas teriak 'Wow onde-onde,". hahaha. Oleh ibu-ibu warga setempat pun mengiyakan. "Iya, kat sini namanya kue Melaka atau disebut juga onde-onde," ujar mereka. Ya iyalah ya bu, secara kita jiran, jadi apa-apaun kulinernya tidak jauh berbeda. Dan ini onde-onde termasuk makanan favoritku. Bedanya, kalau di Indonesia, gula aren di dalam onde-onde itu mencair dan harus dimakan sekali hap, nah kalau di Melaka, ini onde-onde gulanya yang di tengah itu tak mencair. Tapi tetap, sama-sama enak.
Disini, kami pun diajari membuat onde-onde. Bahannya dari tepung ketan atau pulut campur dengan tepung terigu, air perasan daun pandan, garam, gula melaka (gula aren), dan kelapa parut. Setelah semua bahan tercampur sempurna, lalu bentuk bulatan kecil, masukkan potongan gula aren, dan rebus di air mendidih. Udah melayang tuh onde-onde di air panas, itu tandanya sudah matang dan siap di angkat. Tiriskan, lalu baurkan ke kelapa parut tadi, dan kue onde-onde pun siap dimakan.
Usai makan onde-onde, terbitlah makan siang. Benar-benar memang ini rangkaian acara Karnival Citrarasa & Homestay 2016.dimana kami dimanjakan dengan pertunjukan, kunjungan wisata dan kuliner. Perut dimanjakan terus menerus tanpa henti. Ibu-ibu warga setempat pun menawari kami makan siang di dapur rumah panggung desa itu. Aneka hidangan khas Melayu disajikan. Nasi, telur dadar, ikan asam pedas, sayur capcay tumis, ikan asing goreng, kerupuk, hingga sambal. Menggugah selera sekali. Namun apalah daya, my tummy space terbatas. Mau taruh dimana kakak, saya sudah kenyang? sebagai Indonesia yang menghargai jamuan makan, jadilah saya cuma makan seuprit, makan pakai tangan bersama para rekan blogger dan panitia.
Tak berhenti disitu saja, berjalan sedikit ke ujung kampung Alai di Batu Empat Tiga Suku, kegiatan hari itu kami lanjutkan dengan product visit, bertemu dengan warga setempat, pasangan Mohamad Basya bin Husain dan istrinya Zahara Daud. Mereka adalah wirausahawan makanan lokal yang membuat cemilan inang-inang (rengginang) warna-warni yang terbuat dari beras dan tepung sagu. Di pekarangan rumahnya-lah mereka mengembangkan bisnis rengginang-nya ini dan sempat mengajari kami cara membuat kerupuk crispy ini.
Ibu Zahara menyebutkan,bisnis ini sudah mereka jalani sejak 21 tahun lalu, dan sudah sering dijadikan buah tangan oleh warga Malaysia yang berkunjung ke Melaka. "Penganan ini sudah tersebar di Malaysia. bahkan Sabah -Sarawak pun sudah sampai," ujarnya.
Apa kegiatan hari ini berhenti disitu saja? NO!!! pokoknya full activity 'till drop. Kembali ke hotel, briefing bersama manajemen The Settlement Hotel, istirahat sebentar dengan me-recharge daya ponsel, lalu sore harinya kembali melanjutkan jelajah. Kali ini bersiap menikmati pemandangan sunset romanti dengan menyusuri Sungai Melaka. _Ah selalu menyukai kegiatan berbau sunset. Mungkin karena namaku Cahaya kali yak? tiap melihat sunset itu rasanya damaiiiiii dan bahagiaaaaa banget_
Malam pun tiba, aktifitas hari pertama ini ditutup dengan dinner bareng di salah satu restoran fenomenal di Melaka, Nyonya Suan. Menuju kesana, dari tepian sungai Melaka harus berjalan kaki sekitar 400 meter melewati bandar Melaka bersejarah dan menara Taming Sari. Tiba di sini, kembali disuguhkan jamuan menu khas perpaduan oriental-melayu seperti ikan masak lemak nanas, ayam rendang, sambal udang sotong, kangkung belacan, telur dadar cincaluk, sayur bendi sambel belacan, dan siganature cuisine ini restoran, tahoo nyonya _Nanti dibahas khusus kuliner restorannya di post selanjutnya yak? ingatkan saya supaya tak malas. *krik_
Makan, makan, dan makan. Oh my God.. batallah i punya rencana diet. Tapi bodo amatlah,penyajian makanannya kelihatan enak, ya udah, cusss itadakimasu... Mari makan semuaaaaa.... Jadi ya, makan malam hari pertama ini, saya duduk semeja dengan travel blogger Malaysia kenamaan, Muhamad Shahril Fawzy yang saya panggil Poji, ada juga Sham, mas Fadli, bang Yudi Randa dari Aceh, kak Lina, Aven, dan juga kak Putri and others. Meja kami menjadi meja paling kocak saat menikmati makan malam. Apa pasal? karena kak Putri suka banget bercanda meniru logat khas Jekardah (baca: Jakarta) pakai nyebut lo, gue, tanpa menghilangkan cengkok Melayunya. hahahaha.. I think she's so funny and hilarious...... (To be continued..)
BIG THANKS to:
#MoTaC Kerajaan Malaysia
#GayaTravelMagazine
#TourismMalaysia
#HomestayMalaysia
#Sham, Zuan, Zarul, Aven, akak Shad, akak Putri, kak Nurul, bang Yudi Randa, Poji, Nuar, Violette, Maria, mas Fadli, kak Lina, and to all the famtrip people who i meet when in Melaka. I'm so thankful and always nice and loving meet you all. *bighug :)
Amirthalingam, Malaysian Travel Guide berlisensi. |
BTW guys, Catat ya, nama disini bukan 'alay' kaya kelakuan anak-anak lebay di Indonesia yang berlebihan with something cheesy or over acting, but Alai in here is one of kampoong in Melaka. hehe. Alai ini merupakan salah satu perkampungan yang menyediakan homestay bagi para pelancong yang berkunjung ke Melaka. Ada 13 rumah di kampung ini yang disediakan sebagai rumah homestay bagi pendatang untuk merasakan kehidupan sehari-hari warga sekitar dengan cita rasa perkampungan Melayu yang sarat dengan rerumputan hijau, pohon kelapa, dan rumah panggung dengan kekerabatan yang kental.
Grup musik Melayu, Dondang Sayang Sri Warisan. |
Usai disambut dendang musik Melayu, dan malu-malu menari mengikuti irama, kami pun diberi pertunjukan membuat penganan (traditional dessert), kue melaka. Melihatnya, saya pun teralay lantas teriak 'Wow onde-onde,". hahaha. Oleh ibu-ibu warga setempat pun mengiyakan. "Iya, kat sini namanya kue Melaka atau disebut juga onde-onde," ujar mereka. Ya iyalah ya bu, secara kita jiran, jadi apa-apaun kulinernya tidak jauh berbeda. Dan ini onde-onde termasuk makanan favoritku. Bedanya, kalau di Indonesia, gula aren di dalam onde-onde itu mencair dan harus dimakan sekali hap, nah kalau di Melaka, ini onde-onde gulanya yang di tengah itu tak mencair. Tapi tetap, sama-sama enak.
Onde-onde. |
Makan siang di rumah panggung Kampung Alai. |
Rengginang, bisnis rumahan milik Pak Basya and ibu Zahara. |
Pak Basya dan istrinya Zahara, the people behind Inang-inang (rengginang). hehe |
Sunset view perkampungan Melaka. |
Sungai Melaka. |
Kamu bisa temukan mural etnik ini dengan mengikuti sunset cruising trip di Melaka. |
Bersiap melewati salah satu jembatan modern di Melaka. |
A little Venezia in Melaka. |
Let's take a selfie with mural in the wall di belakang sana. hehe |
Aneka menu makan malam di Restoran Nyonya Suan. |
Kak Putri yang fenomenal with Aven dari Gaya Travel, Malaysia. haha |
Para peserta famtrip foto bersama di rumah panggung, Kampung Alai. |
BIG THANKS to:
#MoTaC Kerajaan Malaysia
#GayaTravelMagazine
#TourismMalaysia
#HomestayMalaysia
#Sham, Zuan, Zarul, Aven, akak Shad, akak Putri, kak Nurul, bang Yudi Randa, Poji, Nuar, Violette, Maria, mas Fadli, kak Lina, and to all the famtrip people who i meet when in Melaka. I'm so thankful and always nice and loving meet you all. *bighug :)
seronok baca pengalamn bersama gaya travel dan motac ke melaka.
ReplyDeleteseronok juga berkelanan dan berjumpa untuk kali pertama.
ishaAllah, ada rezeki, kita ketemu lagi :)
Deat Uncle Zuan,
DeleteYa, pengalaman tak terlupakan famtrip bersama dengan Gaya Travel dan Motac ke Melaka.
Saya senang juga berkenalan dengan Zuan dan menjadi teman antara-bangsa.
Amin, sampai jumpa kembali :)
Ini macam kampung saye je..
ReplyDeleteDari jalanan, rumah-rumah sampe makanannya..
Hihihi
Beda di culture pastinya..
Dan satu lagi, landmark-nya cakep-cakep!
Dear mas Akut,
DeleteYep, similar typical banget kawasannya dengan Indonesia, khususnya di daerah-daerah seperti Siak, Pekanbaru, dan juga beberapa pulau di Kepri. Secara serumpun boiiii...
Yang membedakan, Melaka sangat bersih dan bangunan2 lamanya dilindungi dan dirawat. Lha kita? Ah sudahlah
Popy mercury...wah ingat jaman2 ABG nihhh...
ReplyDeleteTop dah kunjungan wisatanya, makan makan terusss...!
Dear Mohamad,
DeleteOh Poppy Mercuri penyanyi zaman aku masih SD kelas berapa gitu.. hehe
Iyaaa makan terus, jalan terus. seru
Makanannya Indonesia banget juga
ReplyDeleteDear kak Rina,
DeleteYoi, secara serumpun kak..
Yaolooo Chay masih aja ingat lagu itu haha. Aku juga suka banget nyanyiin lagu ini dan ngebayangin seseorang disebrang sana (Melaka) berdiri termenung di tepi selat Melaka haha.
ReplyDeleteDear kak Lina,
DeleteHahaha.. ingat dong, secara itu lagu paling hitz zaman SD setelah lagu Nike Ardilla..
duh perjalanannya seru banget kak, malaka begitu indah ya budayanya
ReplyDeleteDear Asad,
Deleteiya seruuuuu :))
Kangen Malaka! Paling suka eksplor Jonker Street nya. Banyak toko-toko yang kental suasana jadulnya. Perpaduan modern dan heritage yang manis, mirip Penang, ya mba :).
ReplyDeleteDear mba Molly,
DeleteAyo mba kunjungan ke Melaka lagi..
Iya, kawasan Jonker st paling touristy untuk dikunjungi, apalagi kalau senja menjelang malam. Trus kuliner jajanan kampungnya disana juga enak-enak ya kalau malam. Cuma karena rame, saya lebih suka menyendiri ke gang-gang sempitnya, eksplorasi kota tua.. hehe
Asik tuh kak nikmatin sore di sepanjang sungai Melaka ^-^
ReplyDeleteDear Eka,
DeleteIyaaaa.. asyik banget.apalagi kalau cuaca cerah pasti sunsetnya lebih cetar.
wah, ada ondeh2 juga ya mba..serasa di rumah sendiri ya. Seru dan senang liat perjalanan Mba, semoga sehat terus ya
ReplyDeleteDear mba Milda,
DeleteBener.. onde2 juga salah satu penganan lokal disana. Iyala secara kita jiran dengan Malaysia ya mbak. hahaha..Terimakasih sudah berkunjung mba Milda. Amin. Doa yang sama juga buat mba Milda yaa
Seru ya mbak, budayanya mirip2 sama Org Melayu di Indonesia. Moga2 kapan2 saya bisa ke sana juga hehe
ReplyDeleteDear April Hamsa,
DeleteIya.. Melaka masih bagian dari Melayu nusantara. Semoga kelak kamu bisa berkunjung kesana ya.. :)
mantap ih melaka
ReplyDeletejadi pengen kesana
thank you mbak tulisan nya
Dear mas Arreza,
DeleteGa usah jadi pengen.. laksanakan segera pergi kesana mas. haha
baru mau komplain.. udah baca panjang2 gini nggak ada poto saya!.. eeeh nongol di akhir cerita.. :D
ReplyDeletebtw bus way.. kamu jamannya poppy mercuri ya? :D
dear bang Yudi Randa,
DeleteWakakakaka... ada kok fotonya nampang di blogku yang terheitz se Indonesia raya ini bang.. jangan komplain ih.
Yep, Poppy Mercury hits, ketika aku masih anak-anak usia 5-6 tahunan gitu deh.. haha