MASIH ingat film Toba Dreams Sebuah Janji Cinta? Ini merupakan salah satu film yang rilis pada pertengahan 2015 lalu dengan mengambil lokasi syuting di beberapa sudut Danau Toba. _Tadi malam saya baru menontonnya kembali di salah satu channel swasta di negeri ini.. hi hi_
Sebut saja view scene Danau Toba di Tarabunga, Soposurung, Lumban Silintong di Balige. Ada juga dermaga pelabuhan Pulau Sibandang, Muara di Tapanuli Utara, saat scene kembalinya Andini yang diperankan Marsha Timoty dan anaknya ke Jakarta, dengan diantar keluarga besar mertuanya setelah Ronggur Maruhum yang diperankan Vino G Bastian meninggal. Mereka dengan haru berpisah di dermaga tersebut, saat kapal yang membawa Andini dan anaknya menjauh. Saya yakin itu syuting disana, secara diri ini sudah kesana gitu loh. hehe.
Perkampungan Pulau Sibandang dengan rumah tinggal khas Batak, Sopo. |
Dimana Danau Toba? Ah sudah pastilah kau tahu itu kawan. Danau Toba itu berada di Sumatera Utara, ada tujuh kabupaten yang mengelilingi kawasan kaldera geopark tersebut, ditambah satu kabupaten Samosir di tengahnya. Sebut saja Kabupaten Simalungun di Parapat,Karo, Dairi,Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Toba Samosir di Balige, dan Humbang Hasundutan.
Anak-anak Pulau Sibandang, yang bisa ditempuh naik kapal dari Pelabuhan Muara, di Tapanuli Utara. |
Danau ini identik dengan Batak, identik dengan mayoritas warganya yang memiliki garis wajah keras, suara lantang, serta identik juga dengan Pulau Samosir. Semua temanku yang pernah berkunjung kesana pasti menjawab seperti itu kalau ditanya. _ Ada benarnya juga. Hahaha_
Sebagai seorang yang dilahirkan di pinggiran Danau Toba di Balige, tentu excited sekaligus bangga saat film itu dirilis pertama sekali di bioskop. Tentu saja saya tak mau menyia-nyiakan untuk segera menontonnya. Studi 21 di BCS pun menjadi pilihan dengan beberapa rekan. Ah tapi lupakanlah itu, ini bukan review film. Kawan, mari kuceritakan perjalananku menapaki kemegahan hamparan Danau Toba.
Sebagai seorang yang dilahirkan di pinggiran Danau Toba di Balige, tentu excited sekaligus bangga saat film itu dirilis pertama sekali di bioskop. Tentu saja saya tak mau menyia-nyiakan untuk segera menontonnya. Studi 21 di BCS pun menjadi pilihan dengan beberapa rekan. Ah tapi lupakanlah itu, ini bukan review film. Kawan, mari kuceritakan perjalananku menapaki kemegahan hamparan Danau Toba.
Danau Toba view dari Humbang Hasundutan. |
Sekilas mengenai danau ini, saat kecil dulu, di sekolah kami disuguhkan dengan dongeng Asal Mula Terjadinya Danau Toba yang berawal dari gadis cantik jelmaan ikan. Menikah dengan pria bernama Toba. Kehidupan keluarga awalnya bahagia, hingga akhirnya berantem ala sinetron, dan si Toba melanggar janji sehingga membuat si ikan sedih, menangis hingga air matanya menganak sungai, lalu berubah menjadi danau dan ia pun menjelma kembali menjadi ihan atau dekke jurung (ikan khas Batak yang hanya bisa ditemui di Toba yang masuk ke dalam kingdom animalia genus Tor). Sejak saat itu dikenal dengan Danau Toba.. Ah namanya juga legenda, kejadian yang tidak mungkin menjadi mungkin dalam cerita.
Mari kembali ke fakta. Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat letusan vulkanik gunung toba di zaman purba. Channel National Geographic pernah menayangkan ulasannya lewat tema Stone Age Apocalypse: The Toba Eruption. Dalam acara tersebut, saya menyaksikan tayangan visual letusan gunung api super sekitar 75.000 tahun lalu. Oleh penelitian para ahli,letusannya memuntahkan berbagai jenis partikel dan menghamburkan abu vulkanik dengan kecepatan 2.800 km atau menyebar ke setengah wilayah bumi dan bahkan mempengaruhi musim di bumi.
Mari kembali ke fakta. Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat letusan vulkanik gunung toba di zaman purba. Channel National Geographic pernah menayangkan ulasannya lewat tema Stone Age Apocalypse: The Toba Eruption. Dalam acara tersebut, saya menyaksikan tayangan visual letusan gunung api super sekitar 75.000 tahun lalu. Oleh penelitian para ahli,letusannya memuntahkan berbagai jenis partikel dan menghamburkan abu vulkanik dengan kecepatan 2.800 km atau menyebar ke setengah wilayah bumi dan bahkan mempengaruhi musim di bumi.
Di tayangan tersebut, para pakar geolog menyatakan, Danau Toba menjadi bukti kaldera zaman purba yang masih bisa ditemui sekarang dengan pertumbuhan peradaban suku Batak yang kini hidup modern di sekitarnya.
Berdasarkan Wikipedia, danau ini memiliki luas 1.145 km persegi dengan kedalaman 500 meter dan diprediksi masih aktif sehingga menjadikannya sebagai kaldera terbesar di dunia setelah Santorini di Yunani saat ini.
Perbukitan yang disana itu, Pulau Samosir view dari Parapat. |
Perjalananku menapaki hamparan Danau Toba dimulai dari Parapat. Untuk sampai ke tempat ini, dibutuhkan tiga jam menggunakan angkutan umum Paradep Taxi dari Bandara Internasional Kuala Namu di Deli Serdang menuju Pematang Siantar dengan membayar ongkos Rp 40 ribu. Lalu lanjut lagi menggunakan angkutan minivan bus Tao Toba Indah selama dua jam dari Siantar menuju Parapat, atau bagi yang melakukan perjalanan langsung dari Medan bisa ditempuh sekitar 5-6 jam atau bahkan 4,5 jam kalau tidak macet di Tanjung Morawa atau Tebing Tinggi.
Memasuki kawasan Danau Toba di Parapat yang masuk ke pemerintahan administratif Kabupaten Simalungun, pasti akan dibuat kagum atas keindahan alamnya. Hamparan itu bisa dilihat langsung saat berkendara membelah bukit batu yang menjadi dinding pelindung Danau Toba di bawah sana, atau bahkan menyaksikannya sambil duduk manis menikmati penganan kecil khas danau, telur bebek campur mie instant dengan minum teh manis di Panatapan. Disini menjadi sudut terindah menyaksikan danau ini (Lihat Headline Foto).
Selain melihat Pulau Samosir di kejauhan ke arah danau, mari berbalik ke bukit hijau di belakang Panatapan. Di sana, akan tersaji bongkahan-bongkahan batu raksasa yang sudah menghitam atau bahkan tertutupi lumut bersanding dengan aneka jenis pohon pinus dan pohon lainnya. Ini menjadi salah satu bukti sejarah zaman purba di Toba. Indah sekali kawan!!! Salah satu polesan sang pencipta di bumi Indonesia.
Mari melipir ke Balige di Toba Samosir yang membutuhkan satu jam perjalanan dari Parapat. Dari kabupaten ini, kita bisa menyaksikan Danau Toba sekitar 60 persen. Bahkan, kantor bupati Tobasa didesain di atas dataran tinggi di Soposurung dengan view Danau Toba dan Kota Balige di hadapannya, taman wisata dan museum TB Centre serta pusat pendidikan Tobasa di sebelahnya.
Banyak spot menyaksikan hamparan danau dari kota ini. Cuma saya memilih dua tempat, yaitu di desa Tarabunga untuk menyaksikan sunset atau matahari terbenam yang menjadikan warna danau terpantul menjadi keemasan, dan juga mengunjungi Soposurung, dilihat dari TB Centre. Dari sana terpampang jelas Danau Toba dari berbagai sudut dengan peradaban di sekitarnya dengan dilingkupi Bukit Barisan. Maha asyik Tuhan menciptakan kawasan danau seindah ini. _Ya pantasan saja dijadiin lokasi film ye, masuk tayangan NatGeo pula dalam beberapa tema eh masuk salah kitab suci para traveler juga, must visit di The Lonely Planet. Keren dah_
Banyak spot menyaksikan hamparan danau dari kota ini. Cuma saya memilih dua tempat, yaitu di desa Tarabunga untuk menyaksikan sunset atau matahari terbenam yang menjadikan warna danau terpantul menjadi keemasan, dan juga mengunjungi Soposurung, dilihat dari TB Centre. Dari sana terpampang jelas Danau Toba dari berbagai sudut dengan peradaban di sekitarnya dengan dilingkupi Bukit Barisan. Maha asyik Tuhan menciptakan kawasan danau seindah ini. _Ya pantasan saja dijadiin lokasi film ye, masuk tayangan NatGeo pula dalam beberapa tema eh masuk salah kitab suci para traveler juga, must visit di The Lonely Planet. Keren dah_
Kota Balige dari perbukitan Soposurung. |
Keajaiban alamnya telah mengantarkan kawasan sekitar danau ini menjadi objek wisata yang menakjubkan. Polesan Sang Pencipta di tiap sudutnya dengan menyajikan suasana sejuk dan hamparan mutiara hijau yang mengelilingi, ditambah biru jernihnya air danau menjadikan kawasan ini layak dikenal dunia.
Pemandangan menuju Muara.. yeayyyyy.. |
Sudut surga lainnya dari hamparan danau ini bisa juga dilihat dari Muara dan desa Bakkara di Tapanuli Utara. Sejauh mata memandang, sepanjang perjalanan mulai dari Balige hingga Muara, saya disuguhi pemandangan nan keren dan sedikit berpetualang. Akses jalan menuju kawasan ini memang sedikit butuh pengorbanan. Melewati jalan sempit dengan kondisi yang masih sebagian besar rusak dam berlubang, ditambah zona menurun dari pinggir perbukitan pasti membuat sedikit nyali ciut saat berkendara. Namun hamparan yang disajikan? Oh mennn indah sekali. Hamparan sawah menghijau dan rumah-rumah warga di kejauhan ditambah landascape danau yang indah. Ya pantas saja puncak perayaan peringatan HUT ke 71 RI ini dilaksanakan di kawasan ini pada Minggu 21 Agustus besok. Pusat (baca: Jakarta) seolah tersihir dengan pesona Danau Toba.
View saat menuju Pulau Sibandang, naik kapal dari Danau Toba. Yuhuuuu. |
Mengetahui peringatan itu dipusatkan di kawasan Danau Toba, yaitu
Parapat dan Balige. Sebagai warga yang kampung halamannya di Balige,
tentu saja saya bangga. Bangga sekali. Hampir diri ini mengirim
surat pernyataan terimakasih kepada Presiden, Mr Joko 'Jokowi' Widodo
yang melirik dan memilih bahkan memutuskan perayaan semarak kemerdekaan
ke 71 ini di kampung halaman, di kawasan bersejarah dunia, Danau Toba,
tempat peradaban suku Batak yang menjadi bagian kekayaan budaya
Indonesia berasal, tumbuh dan berkembang. _Untung gak jadi kirim suratnya. Eh gimana mau kirim, nulis aja belum.. _ ***
Belum pernah liat rumah adat batak toba yg kayak gini selain di foto, pengen banget :(
ReplyDeleteDear jalanrina.com,
ReplyDeleteMasa sih? Ya udah kapan kita cus ke Toba.. Kita foto2 di rumah adatnya.. Haha
Itu rumh sopo, di Pulau Sibandang masih berpenghuni lho kak.. Kerennn
jalan ke samosir nya kak foto yang patung yang bisa gerak gitu pas pesta. haha saya takut kalau lihat itu
ReplyDeleteDear Roy Vandi Tambunan,
DeleteOh patung Sigale-gale itu. Eh kalau patungnya manortor ama banyak turis, saya ikutan manortor.. seru aja sik. Tapi ga berani mendekat liat patungnya. Aneh saja. Patung sigale-gale bukan cuma di Samosir saja skrg, sudah ada juga di TB Centre di Balige.
wuiiihh turut merasakan senangnya kak chay, daerah nya dijadikan pusat perayaan 71 RI, namun tak salah pilih pak JOKOWI nya ...secara Danau Sumut memang indah...aku aja senang banget kebudayaan disana...
ReplyDeleteDear Sarah Eyie,
DeleteTerimakasih mba Sarah.. iya senang banget, sayang ga bisa ikutan menyaksikan festival disana.. hehe
kapan kita piknik manja kesini kakak chay 😂
ReplyDeleteDear Ahmad,
DeleteAyo kapan Ahmad.. kita piknik kesini, tapi dipastikan ga bakal bisa piknik manja.. dingin banget disini bray.. harus berpetualang hahaa
Kapan saya bisa ke sana ya, Danau Toba.
ReplyDeleteDear Joko Kristiono,
DeleteAyo mas kapan? tinggal niat saja sebenarnya. Sekarang pun bisa. hehe
Terimakasih sudah berkunjung :)
keren banget foto-fotonya, kampung saya tuh di medan
ReplyDeleteDear Ruly Abdillah Ginting,
DeleteTerimakasih sudah berkunjung. Iya, objek fotonya yang keren.. Danau Toba memang tak pernah ngebosenin bagi saya untuk hunting foto...
Tos sesama anak Sumut.. Salam Horas Menjuah-juah
pemandangan di danau toba benar-benar indah sekali..
ReplyDelete