Wednesday, April 13, 2016

Wow, Ada Laksamana Mengamuk di Pulau Penyengat


Kue Putri Mandi atau disebut juga kue Putri Berendam dalam satu bilik. photo by COS
TRAVELING ke suatu kawasan di luar lingkungan kita tinggal, tak lengkap rasanya kalau tidak mencicip menu kulinernya. Hal inilah yang saya rasakan saat mengunjungi Pulau Penyengat untuk kesekian kalinya.

Sebagai mahluk yang doyan jalan-jalan sambil makan-makan, kala itu ada Lomba Memasak yang menjadi salah satu bagian dari pelaksanaan Festival Pulau Penyengat 2016 di akhir Februari lalu. Yes, pas banget ini momentnya, mendapat kesempatan mencicip penganan tradisional khas Melayu yang sudah jarang dijumpai.

Es Laksamana Mengamuk. photo by COS 

"Silakan dik dicoba. Ini yang di gelas belum ada yang jamah kok. Enak ini, namanya es Laksamana Mengamuk. Enak, coba saja," ujar salah seorang ibu PKK dari Tanjungpinang Timur saat saya dan rekan mendekati meja mereka usai penilaian juri.

Tak menyia-nyiakan kesempatan. Minuman putih dengan garnish daun pandan tersebut langsung saya minum. Rasa gurih manis keasin-asinan langsung memuaskan dahaga di mulut. Waduh, ada isinya ternyata. Mangga kueni, nata de coco, dan biji selasih menyatu dalam air putih perasan santan yang dimasak tersebut.

"Nyentrik banget yak namanya? Laksamana Mengamuk.Mengapa disebut Laksamana Mengamuk bu?," tanyaku.

Si ibu dari PKK tersebut pun tersenyum. "Susah nak jelaskan. Konon katanya seorang laksamana Melayu pernah mengamuk sambil menebas pokok kueni hingga buahnya berjatuhan. Lalu warga sekitar mengambil buah kueni itu lalu dibuat minuman dicampur santan. Entah benar entah tidak, tak tahu pulak," jawabnya.

Baiklah bu, saya pun mengamuk minum es ini. Enaknya kebangetan. Aroma kueni dan pandan, berpadu wangi kueni dan gurihnya santan membuatku kala mencicipnya, ingin tambah dan tambah lagi. slurrrpp.. Akhirnya ketemu juga laksamana mengamuk di pulau bersejarah kelahiran Pujangga Gurindam 12 ini. _Untung mengamuknya di dalam mulut, sempat mengamuk di luar? ape iye kita nak... ah sudahlah._


Kk Rina (pemilik www.jalanrina.com ) mencicip Laksamana Mengamuk, teh Lina (pemilik www.linasasmita.com) mencicip sotong masak hitam. 



Sotong masak hitam. photo by COS 

Selain menyuguhkan es fenomenal tersebut, sempat juga mencicip kuliner khas Melayu lainnya. seperti Sotong masak Hitam. Menu ini dimasak dengan kuah kental yang berasal dari tinta sotong itu sendiri. Pedas, wangi daun serai berpadu daun jeruk. Hanya saja, lihat warnanya kok aneh yak hitam begitu, tapi setelah dicicip, wow rasanya enak.

Nah, ada juga sejenis dessert atau penganan kecil. Yakni kuih Putri Berendam (Ada juga yang menyebutnya kue dua putri mandi atau dua putri dalam satu bilik). Ah lihat sendirilah foto utama di atas.

Untuk jajanan, di pulau ini juga, bersama rekan Asad, Chairuddin, dan kak Rina, kami sempat mencicip Kepal-kepal. Sejenis sweetest yang terbuat dari kelapa, beras dan gula merah yang dikepal-kepal lalu dibentuk bulat. Nyummi.


Kepal-kepal. photo by COS


Kue deram-deram. photo by COS


Dodol khas Pulau Penyengat. photo by COS 

Ada juga cemilan kue deram-deram yang terbuat dari tepung beras dan gula merah, diadon lalu digoreng. Saya menyebutnya kue cincin karena bentuknya memang seperti cincin. Rasanya enak banget kalau baru digoreng langsung dimakan. Kalau sudah beberapa hari gituh, jadinya ga oke, bau apek dan melempem.

Kasidah, sering disajikan dalam pesta pernikahan khas Melayu Pulau Penyengat zaman dulu. photo by COS 

Dalam pengembaraan kuliner di pulau ini. Saya juga dipertemukan dengan penganan yang menurutku unik. Namanya penganan Kasidah. Bentuknya seperti kerucut yang dimotif menyerupai mahkota buah nenas dengan cara digunting-gunting gitu deh. Satu berukuran besar di tengah, sementara beberapa yang berukuran kecil-kecil dibuat di tiap pinggirnya. Penganan ini ditemukan saat ada pesta kawinan zaman dahulu. Di masa sekarang, pesta pernikahan Melayu sudah jarang menghadirkan makanan ini untuk disuap ke pasangan pengantin. _Zaman ternyata sudah berubah ya_

Kasidah ini terbuat dari tepung terigu, dimasak lembek dengan rasa manis, namun ditaburi bawang goreng sebagai toppingnya. Lha kok? lha iya, manis bersatu dengan bawang goreng gimana rasanya?...Coba sendiri saja deh, tapi yang jelas, pertemuanku dengan beberapa jenis kuliner tradisional Melayu di Pulau Penyengat ini menambah pengetahuanku, bahwa cita rasa khas daerah yang menjadi bagian dari kuliner di nusantara ini, mengandung unsur filosofi, makna, cerita dan bahkan nilai. Tergantung kita meretas arti dari rasa makanan itu sendiri, dan yang jelas, saya makin cinta keaneka-ragaman budaya dan cita rasa di negeri ini, negeriku Indonesia. ***

10 comments:

  1. wa...namanya unik2 ya,kasidah,laksamanan mengamuk^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear mba Zwan,
      Iya, nama-nama penganan khas Melayu unik-unik. Kental dengan adat istiadat dan pengaruh Islam.

      Terimakasih sudah berkunjung. :)

      Delete
  2. Wow tulisannya keren 😊 suka banget 😉

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Queen,
      Terimakasih.. Jangan bosen berkunjung ke blog ini yak..:)

      Delete
  3. Ini yg bikin sedih gk bs ke festival pulau penyengat kemarin.. Gk bs nyicipin kuliner2 melayunya.. :(

    ReplyDelete
  4. Dear mas Iqbal,
    hehe.. ga usah sedih mas, lihat aja foto2 di blog ini untuk menghibur rasa sedihnya.. haha

    Semangat mas Iqbal, semoga kita semua diberkahi panjang umur, tahun depan kesana lagi mencicip. :)

    ReplyDelete
  5. Bengkulu juga punya kue Deram2 mba, beda nama aja bentuknya mirip

    salam kenal ya

    blognya udah kufolow

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear mba Milda,
      OH ya? waah jadi pengen ke Bengkulu neh saya mbak. haha.

      terimakasih sudah BW dan follow ya mba. Sudah saya follow balik.

      Delete
  6. kepal-kepal bentuknya seperti gula merah ya.. hhe

    ReplyDelete
  7. unik banget nama esnya ya, es laksamana mengamuk.. hhe

    ReplyDelete