Berdiri menghadap tebing karang yang membingkai laut lepas di Pantai Pintu Kota, Ambon. |
Potong kuku rasa di daging,
Ale rasa beta rasa.
Sagu salempeng dibagi dua,
Katong samua basudara.
INDONESIA negara yang terkenal dengan keanekaragaman budayanya. Nah, pantun diatas adalah salah satu pantun yang saya pelajari dan hafal luar kepala saat mengunjungi kota di timur Indonesia, Provinsi Maluku yang beribukota di Ambon.
Arti pantunnya kira-kira begini -klo kuku lo udah panjang, potong, tapi jangan terlalu kependekan, kena daging lo sakit ntar. Klo lo punya kue sagu sebiji, bagi gue setengah. Jangan pelit-pelit lo, saudara aja pun- atau dalam bahasa sopannya, "Kita senasib sepenanggungan, karena kita semua bersaudara" Dalem yak!!!
Ambon manise di Lapangan Merdeka. |
Perjalanan ke Ambon merupakan bagian dari tugas jurnalistik untuk meliput Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) 2015, sebuah event besar berskala nasional yang diadakan sekali dalam tiga tahun. Otomatis, ini menjadi perjalanan perdanaku ke Bumi Raja-raja tersebut. Ini juga pertama kalinya saya menginjak tanah leluhurku tersebut.
Flashback sekilas di tahun 1999-2003, saat saya masih duduk di kelas 2 SMP, Ambon mengalami kerusuhan SARA terbesar di awal milenium. Namun kini, Saat berinteraksi pertama sekali, saya melihat masyarakatnya berdampingan menjalankan kearifan lokal. Bahkan Ambon menjadi laboratorium perdamaian dunia dengan dibangunnya monumen World Peace Gong di perempatan Lapangan Merdeka. Lucky me.
Nah, berkunjung ke Ambon tak lengkap rasanya kalau hanya mengelilingi pusat kotanya saja. Mengingat kawasan ini menjadi salah satu provinsi dengan karakteristik pesisir pantai dengan ribuan pohon nyiur melambai di setiap sudutnya. Kalau di Batam butuh island hopping untuk melihat pantai yang bagus. Nah kalau di Ambon, tak perlu, hampir setiap sudut pantainya menawarkan pesona keindahan pesisir pantai dengan lautnya yang biru dan airnya yang bening jernih. Hal inilah yang saya nikmati disela menjalankan tugas di gedung Islamic Centre di kawasan Waihaong. Gedungnya bersanding langsung dengan pantai Waihaong yang indah ini. Dari pinggir pantai ini, sejauh mata memandang, perbukitan Ambon turut membingkai, dan 200 meter di sebelahnya terdapat pelabuhan besar Yos Sudarso.
Perjalanan di hari ke-7, tidak ada tugas berarti dengan ancaman deadline. Batal mengunjungi Ora Beach, saya pun memutuskan berjalan ke ujung kota ini, tepatnya ke kawasan Pintu Kota. Dari Ambon kota, butuh 1 jam 20 menit menuju tempat ini, melewati dua kawasan bersejarah yakni Negeri Tulehu, sebuah desa yang sebagian besar warganya penikmat sepakbola hingga kawasan ini dijadikan sebagai lokasi syuting film Beta Maluku, dan Negeri Airsalobar.
Alur pantai Pintu Kota |
Apa yang dilihat di Pintu Kota? Kawasan ini memiliki pantai dimana di ujung tebingnya terdapat lubang besar yang menembus tebing karang. Jadi kalau dilihat dari dua sisi berbeda, tebingnya mempunyai ukuran yang sama di kedua sisinya. Memandang dari pantai sejajar ke tengah lubang tersebut, maka akan terhampar laut lepas perairan Ambon. Itulah makanya mengapa disebut Pantai Pintu Kota.
Sebenarnya, Pantai Pintu Kota ini merupakan teluk. Jangan harap ada pasir putih disana, melainkan pantai berkarang. Batu karangnya tajam bo!!!
Menuju tebing karang berlubang di Pintu Kota ini, dari parkiran dengan pemandangan nyiur melambai, turun dengan akses tangga yang agak curam lalu melewati batu karang sekitar 150 meter hingga sampai ke tebing tersebut.
Mengabadikan Pintu Kota dari atas pemondokan |
Meski di kawasan ini teduh dengan pepohonan yang rimbun dengan beberapa pemondokan sederhana, tapi tetap saja cuaca panas khas pesisir menyergap kulit. Tak lupa dong mengaplikasikan krim SPF 50 ke kulit. Tak lupa juga saya selalu menggunakan sunglass hitam untuk menangkal sinar matahari yang menyilaukan (Oh ya, kebetulan neh, e-commerce terkemuka, Zalora Indonesia sedang mengadakan promo untuk beberapa tipe sunglass Koleksi Oakley Terbaru. Yuuk mari dipilih sunglassnya sesuai dengan tipemu. Original lho, siapa tahu kamu bisa menikmati Pantai Pintu Kota di Ambon sambil mengenakan sunglass Oakley terkeren. Jangan lupa belinya di Oakley Original di ZALORA yak. hehe..) dalam setiap perjalananku, termasuk ke kawasan ini.
Di Pintu Kota ini, saya menikmati keindahan khas pesisirnya, mendengar lantunan sempurna suara alam perpaduan suara nyiur melambai dan deruan ombaknya. Ya, saya menyapa ombak, bercengkerama dengan alam, ciptaan Sang Khalik Maha Sempurna di Pintu Kota, di bumi Ambon Manise. ***
Lucky you, Chay... Udah bisa sampai Ambon dan menikmati keindahan alamnya. Aku belum kesampaian :(
ReplyDeleteMakasih mba Dian.. percaya saja suatu saat pasti kesana. hehe
DeleteAhhhh.... Pantai yg berlobang itu kerenn banget yak.... Duh kapan bisa kesanaaa
ReplyDeleteBanget Sad.. Yuk kita kesana..
Deleteambonn..kereen...indonesia timur mmg indah ya...pernah ke kupang..ada pantai dengan tebing tinggi persis di dekat rumah penduduk dan deburan ombak yang selalu menghempas bikin jantungan..tp orang disana biasa aja...jd nyesel kenapa dulu ga nulis hal beginian yach...hanya nulis ttg kegiatannya...btw..salam kenal ya mba
ReplyDeleteIyah mba.. Kawasan timur Indonesia, alam lautnya super duper keren.. aku jatuh cinta.. hahah
Deleteterimakasih sudah mampir mba Ana..
Salam kenal :)
Ambon, keren kak : moga bisa kesana
ReplyDeleteWahyu Budi Argo: Iya keren banget.. pasti bisa kesana.. semangat!!!
Deleteterimakasih sudah mampir yak
pemandangan pantai yang sangat indah..
ReplyDeletemantap, salam ambon manise
ReplyDelete