Ah akhirnya nulis lagi..
Daripada nonton film Korea mulu, mending baring-baring cantik sambil buka notes. Daripada stalking2 medsos dari path ke ig, dari ig ke FB lalu ke twitter lalu ke ig mantan yang fotonya ga nambah-nambah, mending nulis pengalaman ngetrip wisata rohani ajah dah.. Hehe
Perjalanan ini dinikmati, Jumat, 19 Juni 2015. Sudah sangat telat menulisnya, tapi (lagi-lagi) daripada ga ditulis sama sekali dan tersimpan di otak, menguap ditelan waktu? Mending ikut waktunya Tuhan kapan ini diterbitkan.. *aiiiihmaaaak..
Ya udah, ini edisi serius.
Ini menjadi perjalanan spiritualku yang pertama kali saat berada di Kota Medan, kampung halaman tercinta setengah mateng . Selain tempat wisata surga kuliner, Kota Medan juga memiliki tempat wisata rohani (Penekanan pada: KOTA, please jangan meluas ke danau toba atau ke Karo Simalem. Ini khusus pusat ibu kota Provinsi Sumatera Utara), namanya Graha Maria Annai Velangkani yang beralamat di Taman Sakura Indah, Tanjung Selamat, Kota Medan.
Sebenarnya, sudah dan sangat cukup lama mengetahui tempat ini.. Tapi, saya percaya waktu Tuhan jugalah yang pada akhirnya menuntun langkah kanan saya baru bisa menjejakkan kaki pertama kalinya disini tepat di pertengahan 2015. Selalu bersyukur.
Menuju tempat ini, saya mengajak dua sepupu Lidia dan Obed. Mereka mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di kawasan Padang Bulan. "Lid, mari singgah ke Velangkani dulu," pintaku usai makan siang di salah satu restoran kawasan Ring Road.
"Oke kak," ujarnya lalu mengarahkan Obed kesana.. Brum brummmmm.. Kami pun tiba.
Memasuki tempat wisata yang juga tempat ibadah umat Katolik ini, seolah saya diajak memasuki kawasan Pura tempat umat Hindu bersembahyang di Bali. Ya, bentuk gerejanya unik seperti Pura, dan karena bentuknya itulah, tempat ini makin sering dipadati pengunjung lokal maupun manca negara.
Gereja Marian Shrine of Annai Velangkani dibangun dengan perpaduan unik arsitektur Indo-Mughal dari India Selatan yang mayoritas Hindu. Tak hanya itu, bangunan ini juga memadukan unsur berbagai agama dalam bentuknya, mulai dari Hindu yang dominan, Islam di kubahnya, hingga altar yang langit-langitnya penuh relief dan lukisan menyerupai interior gereja di Vatikan, Roma.
Dari pintu masuk, menikmati setiap sisi bangunannya, memperhatikan tulisan Doa Salam Maria dari berbagai bahasa mulai dari bahasa Batak (keseluruhan) hingga bahasa Arab, Armenia hingga Ibrani dan Rusia tertulis berjejer di dua sisi pintu masuk gereja yang melengkung.
Tak hanya itu, cat yang mewarnai gedung ini pun berbeda tiap lirisnya. Kubah gereja yang seperti kubah masjid berwarna kuning, liris biru di bawahnya berwarna biru. Liris Atap berwarna merah, dinding hijau, lantai berbatu warna abu-abu, serta taman berbentuk lingkaran yang di tengahnya berwarna hitam.
Apa artinya? Warna ini pasti memiliki arti. Tepat saya memikirkan hal tersebut, dari arah belakang gereja, terlihatlah seorang tua mengenakan kemeja putih khas kepastoran, mengenakan sarung warna senada ala India dan berjalan bertopang tongkat. Dia adalah Pastor James Bharataputra, seorang keturunan India pendiri gereja Bunda Penyembuh tersebut.
Mendekat ke arahnya usai menikmati air suci yang berasal dari mata air di bawah kaki Bunda Maria, ingin menyapanya, namun sekelompok pelajar tengah mengelilinginya memohon menjadi narasumber untuk tugas jurnalistik mereka dari sekolah. Saya pun mengurungkan niat. Pertanyaan makna warna itu saya simpan dalam hati.
Berkeliling dari sisi kiri, hingga sisi kanan gereja, pandangan dibuat menakjubkan dengan patung berbagai rasul Perjanjian baru, nats Alkitab mengenai ucapan Berbahagia, hingga taman kelahiran dan penyaliban Yesus. Seolah napak tilas ke zaman Alkitab perjanjian baru.
Usai dari bagian bawah, saya pun menaiki lantai dua gereja. Ini menjadi bangunan inti, karena di sanalah terletak altar utama gereja. Memasukinya, wajib membuka alas kaki.
Dari pintu masuk, sudah disambut patung Santo Fransiscus Xaverius, yang oleh umat Katolik menyebutnya sebagai Rasul bangsa Asia. Mengabadikannya lewat kamera, lalu saya melanjutkan masuk ke ruang utama. Beberapa pengunjung, baik sendiri maupun berpasangan, tua dan muda sudah duduk di kursi. Sebagian mereka bertelut, berdoa hingga menangis, sebagiannya lagi duduk sambil takjub akan ornamen dan desain interior yang indah (ini mah saya..hehe).
"Semua agama bebas masuk ke sini. Bisa berdoa menurut kepercayaannya. Kami tak membatasi, karena Tuhan itu esa dan segala bangsa berhak menyembahnya," ujar Local Guide Rudi.
Ia pria berusia 42 tahun, punya dua anak. Belakangan ia mengaku telah menjadi relawan gereja Velangkani ini sejak 3 tahun lalu. Ia bertugas menuntun para pendatang dan memberitahukan informasi mengenai gereja ini.
Melalui dia, saya pun bertanya mengenai apa arti dari warna cat yang berbeda di tiap liris bangunan gereja ini. Rudi menjawab warna tersebut memiliki urutan mulai dari hitam, abu-abu, putih, merah, biru, dan kuning emas. "Mulai dari bawah dalam figur manusia bersujud (bumi) sampai ke mahkota pada puncak menara Graha. Hitam berarti warna kegelapan dan dosa, abu-abu di lantai artinya pertobatan, putih berarti kemurnian dan kesucian, merah warna pengorbanan, hijau warna kehidupan, biru warna surga, dan kuning emas warna kemuliaan," ujarnya.
Dalam selebaran yang dibagi kepada setiap pengunjung, hal menakjubkan tentang warna dari Graha ini, dibutuhkan selama kurun waktu 7 tahun menemukan makna yang dimaksud oleh Allah, bahkan arsitek yang membuatnya pun tak menyadari urutan warna itu. "Ini menjadi mujizat kesekian kali yang terjadi di Annai Velangkani ini. Warna ini menunjukkan makna kejatuhan manusia ke dalam dosa, pertobatan, pengorbanan, adanya jalan hidup, hingga kemuliaan Allah," tambah Rudi.
Menurutnya, tak banyak pengunjung yang tersadar akan makna warna ini. "Ternyata kamu peka. Kebanyakan pengunjung lebih asyik melihat tata arsitektur dan desainnya. Jarang sekali bertanya makna warna," ujarnya.
Ia pun bercerita mengenai awal dibangunnya Shrine ini. Dibangun atas dana umat yang tak jadi dipakai untuk kunjungan ke Pulau Jawa, lantas disimpan dekat Alkitab di atas meja. Peristiwa terjadi, rumah itu kebakaran. Mujizat, Alkitab dan uang tersebut tak hangus. Hanya sedikit gosong di tiap pinggirnya. Alkitab itu sampai sekarang masih disimpan di atas altar gereja, sedangkan uang itu sudah digunakan sebagai dana awal membangun kapel shrine ini.
"Penggagasnya Bapa Pastor James Barathaputra, seorang Jesuit dari India," ujar Rudi.
Masih dari altar utama, Rudi menunjukkan patung Bunda Maria dalam balutan pakaian khas India zaman dahulu. Menurutnya, dalam pakaian tersebut, bunda Maria menampakkan diri pertama sekali kepada anak-anak di bawah pohon di desan Velangkani, India pada abad ke 17 silam. Ia juga sempat menyembuhkan seorang yang sakit.
"Karena bapa James berasal dari India,bangunan ini ia dedikasikan dan beri nama Grha Maria Annai Velangkani yang artinya Bunda Kami Bunda Maria Penyembuh," jelasnya.
Di samping kiri belakang gereja ini, terdapat kapel yang dibelakangnya ada beberapa kran air suci yang sumbernya berasal dari kaki patung Bunda Maria di altar utama. Disana, pengunjung antri untuk mendapatkan air tersebut. Sudah disediakan botol khusus dan kotak amal disana.
"Minumlah, itu air suci dan murni. Bisa dikonsumsi tanpa dimasak. Sudah ditest," ungkap Rudi. Yang awalnya ragu saat berkeliling pertama sekali bersama sepupu, kini saya pun kembali ke teras tempat mengambil air tersebut. Minum, dan benar tidak apa-apa, sakit perut pun tidak. Dan bahkan, banyak pengunjung yang malah mempercayainya sebagai air peneymbuh dan menjadikannya oleh-oleh dibawa pulang. ***
Warm Regards,
COS
Jumat, 19 Juni 2015
Diposting: Rabu, 12 Agustus 2015
Daripada nonton film Korea mulu, mending baring-baring cantik sambil buka notes. Daripada stalking2 medsos dari path ke ig, dari ig ke FB lalu ke twitter lalu ke ig mantan yang fotonya ga nambah-nambah, mending nulis pengalaman ngetrip wisata rohani ajah dah.. Hehe
Perjalanan ini dinikmati, Jumat, 19 Juni 2015. Sudah sangat telat menulisnya, tapi (lagi-lagi) daripada ga ditulis sama sekali dan tersimpan di otak, menguap ditelan waktu? Mending ikut waktunya Tuhan kapan ini diterbitkan.. *aiiiihmaaaak..
Ya udah, ini edisi serius.
Bangunan Utama Marian Shrine Annai Velangkani di Medan |
Sebenarnya, sudah dan sangat cukup lama mengetahui tempat ini.. Tapi, saya percaya waktu Tuhan jugalah yang pada akhirnya menuntun langkah kanan saya baru bisa menjejakkan kaki pertama kalinya disini tepat di pertengahan 2015. Selalu bersyukur.
Menuju tempat ini, saya mengajak dua sepupu Lidia dan Obed. Mereka mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di kawasan Padang Bulan. "Lid, mari singgah ke Velangkani dulu," pintaku usai makan siang di salah satu restoran kawasan Ring Road.
"Oke kak," ujarnya lalu mengarahkan Obed kesana.. Brum brummmmm.. Kami pun tiba.
Memasuki tempat wisata yang juga tempat ibadah umat Katolik ini, seolah saya diajak memasuki kawasan Pura tempat umat Hindu bersembahyang di Bali. Ya, bentuk gerejanya unik seperti Pura, dan karena bentuknya itulah, tempat ini makin sering dipadati pengunjung lokal maupun manca negara.
Gereja Marian Shrine of Annai Velangkani dibangun dengan perpaduan unik arsitektur Indo-Mughal dari India Selatan yang mayoritas Hindu. Tak hanya itu, bangunan ini juga memadukan unsur berbagai agama dalam bentuknya, mulai dari Hindu yang dominan, Islam di kubahnya, hingga altar yang langit-langitnya penuh relief dan lukisan menyerupai interior gereja di Vatikan, Roma.
Ruang utama dengan desain interior yang religius |
Dari pintu masuk, menikmati setiap sisi bangunannya, memperhatikan tulisan Doa Salam Maria dari berbagai bahasa mulai dari bahasa Batak (keseluruhan) hingga bahasa Arab, Armenia hingga Ibrani dan Rusia tertulis berjejer di dua sisi pintu masuk gereja yang melengkung.
Tak hanya itu, cat yang mewarnai gedung ini pun berbeda tiap lirisnya. Kubah gereja yang seperti kubah masjid berwarna kuning, liris biru di bawahnya berwarna biru. Liris Atap berwarna merah, dinding hijau, lantai berbatu warna abu-abu, serta taman berbentuk lingkaran yang di tengahnya berwarna hitam.
Apa artinya? Warna ini pasti memiliki arti. Tepat saya memikirkan hal tersebut, dari arah belakang gereja, terlihatlah seorang tua mengenakan kemeja putih khas kepastoran, mengenakan sarung warna senada ala India dan berjalan bertopang tongkat. Dia adalah Pastor James Bharataputra, seorang keturunan India pendiri gereja Bunda Penyembuh tersebut.
Mendekat ke arahnya usai menikmati air suci yang berasal dari mata air di bawah kaki Bunda Maria, ingin menyapanya, namun sekelompok pelajar tengah mengelilinginya memohon menjadi narasumber untuk tugas jurnalistik mereka dari sekolah. Saya pun mengurungkan niat. Pertanyaan makna warna itu saya simpan dalam hati.
Berkeliling dari sisi kiri, hingga sisi kanan gereja, pandangan dibuat menakjubkan dengan patung berbagai rasul Perjanjian baru, nats Alkitab mengenai ucapan Berbahagia, hingga taman kelahiran dan penyaliban Yesus. Seolah napak tilas ke zaman Alkitab perjanjian baru.
Usai dari bagian bawah, saya pun menaiki lantai dua gereja. Ini menjadi bangunan inti, karena di sanalah terletak altar utama gereja. Memasukinya, wajib membuka alas kaki.
Patung Santo Fransiskus Xaverius |
"Semua agama bebas masuk ke sini. Bisa berdoa menurut kepercayaannya. Kami tak membatasi, karena Tuhan itu esa dan segala bangsa berhak menyembahnya," ujar Local Guide Rudi.
Ia pria berusia 42 tahun, punya dua anak. Belakangan ia mengaku telah menjadi relawan gereja Velangkani ini sejak 3 tahun lalu. Ia bertugas menuntun para pendatang dan memberitahukan informasi mengenai gereja ini.
Melalui dia, saya pun bertanya mengenai apa arti dari warna cat yang berbeda di tiap liris bangunan gereja ini. Rudi menjawab warna tersebut memiliki urutan mulai dari hitam, abu-abu, putih, merah, biru, dan kuning emas. "Mulai dari bawah dalam figur manusia bersujud (bumi) sampai ke mahkota pada puncak menara Graha. Hitam berarti warna kegelapan dan dosa, abu-abu di lantai artinya pertobatan, putih berarti kemurnian dan kesucian, merah warna pengorbanan, hijau warna kehidupan, biru warna surga, dan kuning emas warna kemuliaan," ujarnya.
Kapel tempat aliran air suci |
Menurutnya, tak banyak pengunjung yang tersadar akan makna warna ini. "Ternyata kamu peka. Kebanyakan pengunjung lebih asyik melihat tata arsitektur dan desainnya. Jarang sekali bertanya makna warna," ujarnya.
Alkitab jadi saksi kuasa Allah yang tak ikut terbakar, kini disimpan di altar utama gereja |
"Penggagasnya Bapa Pastor James Barathaputra, seorang Jesuit dari India," ujar Rudi.
Patung Bunda Maria yang dibawa dari desa Velangkani, India. Di bawah patung ini, ada sumber mata air suci yang dialirkan ke kapel di samping gereja. |
"Karena bapa James berasal dari India,bangunan ini ia dedikasikan dan beri nama Grha Maria Annai Velangkani yang artinya Bunda Kami Bunda Maria Penyembuh," jelasnya.
Di samping kiri belakang gereja ini, terdapat kapel yang dibelakangnya ada beberapa kran air suci yang sumbernya berasal dari kaki patung Bunda Maria di altar utama. Disana, pengunjung antri untuk mendapatkan air tersebut. Sudah disediakan botol khusus dan kotak amal disana.
Menampung air suci dari keran di belakang kapel |
tampilan air suci dalam botol. Tidak diperjual belikan dan gratis |
Warm Regards,
COS
Jumat, 19 Juni 2015
Diposting: Rabu, 12 Agustus 2015
Post a Comment