02.25 pagi. Sudah dua jam, 25 menit aku menjalani tahun 2014 ini. Mengawalinya, kumpul bersama keluarga, doa dan perenungan 2013 dengan berbagai pengalaman manis, suka duka, ada yang datang, ada yang pergi, ada yang hilang dan ada yang dapat. Saling mengingatkan dan menguatkan dari masing-masing anggota keluarga, minus tiga saudara yang tak bisa hadir karena halangan baik.
2014, ada 365 kertas yang harus aku isi. Themanya? Biarkan saja hari-hari itu menciptakan kisahnya sendiri, untuk dituliskan di setiap kertas yang tersedia itu.
Doa perenungan akhir tahun, menyambut 2014, bapaku berpesan " anak-anakku, aku tak mendoakan kalian supaya kaya dalam menjalani hidup kalian, tapi aku berdoa supaya kalian hikmat dan bijaksana menjalani hidup, khususnya dalam berkeluarga kelak, aku tak berharap menantuku kaya, tapi kalian bisa saling memberikan pengertian, memahami, serta saling menikmati keadaan". Dalam!!! Aku menangis, disaat orang tua lain mendoakan para anaknya supaya sukses dan bahagia, tapi bapaku malah mendoakan kami anak-anaknya bisa menikmati kebahagiaan dalam kekurangan dan keberadaan. Ini air mata pertamaku di 2014, air mata bahagia karena kebijaksanaan seorang bapa, yang dulu selalu kutentang, tapi kini aku mengaguminya sebagai panutan di dunia.
Mamaku berpesan " Chaya, boruku. Kau adalah salah satu dari lima boruku, nomor 4 dari semua. Mama tahu sifatmu sejak lahir. Kamu keras, segala keinginanmu harus selalu terpenuhi, tidak boleh begitu, karena segala sesuatu ada waktunya dan biasakan menunggu untuk waktu yang tepat dan pasti hasilnya baik. ini, mama hanya berpesan, jangan terpengaruh arus globalisasi, jangan mudah emosi, selalu terima keadaan. Biarkan orang lain menganggapmu bodoh, biarkan orang lain memanfaatkanmu, tapi jangan biarkan mereka menguasai emosimu. Belajarlah. Segala sesuatu tidak ada yang kebetulan. Kecerdasan adalah bagian dari kebijaksanaan, hikmatlah, kamu berharga bagi kami. Mamakuuuuuu, maksdnya itu apa? Aku tak mengerti, tapi hatiku menerimanya dan rasa sesakku makin menjadi. Lagi, air mata yang sangat susah kukeluarkan itu pun tumpah.
Inilah page pertama yang dalam lembaran hidupku. Pesan mendalam dari kedua orang tuaku. Dua orang yang berjuang dan rela mati bagiku, bagi kami anak-anaknya. Yang rela bangkrut demi memperjuangkan biaya sekolah kami tanpa mengharapkan imbalan. "Kalian adalah berkat bagi kami, kalian berharga pemberian Tuhan anak-anakku. Meski berbagai sifat dan sikap, baik buruk, ya itulah manusia" i always remember that dad, mom.
Ah ya, masih ada 364 blank page lagi. Isinya? Biarkan semesta menuntun. Masa depan, jodoh,realisasi cita-cita dan harapan, jalan ke berbagai negara, aaah biarkan hari-hari ini menentukan waktunya. Aku berserah, tapi bukan pasrah.
Siapa aku manusia yang berhak menjudge bakal seperti ini hidupku? Itu hanya bagian dari harapanku, usahaku. realisasinya? Biarkan pemilik segala hal yang mengatur. Karena apa yang kita butuhkan, Dia sediakan dan tidak akan tertukar, dan itu akan tertulis dalam lembaran-lembaran resolusi dan harapan tahun ini. Selamat datang 2014, be nice to me.
Only hope
Chaycya
No comments:
Post a Comment