Banyak orang memanggilku Chay, sebagian memanggilku Chya, Chaya.
Terserah mereka. Namun, sebenarnya, namaku Cahaya Simanjuntak. Itu di
Surat Baptis, tapi entah kesalahan apa, jadilah nama itu berubah menjadi
7 huruf, dengan emblem 'h' menjadi huruf kedua, menggeser huruf 'a'
setelah 'C'. Ya, CHahaya Simanjuntak. Kesalahan penulisan yang bermula
dari data di raport SD itu, menjadi sesuatu yang disahkan, dilegalkan
dan akan terus mengikuti kisahku dalam berbagai perjumpaan di masa
dewasa ini.
Nama itu, telah menjadi nama sebenarnya di berbagai ijazahku, mulai dari Ijazah SD, SMP, SMA bahkan sampai ijazah Perguruan Tinggi. Adalagi, bahkan dalam ijazah non formalku sekalipun, dan terpaksa, melamar kerja pun aku menggunakan nama itu. Dan bahkan di surat undangan pernikahan dan surat nikah pun akan tersemat nama itu nantinya, atau sampai di batu nisan kelak, bisa jadi itu akan terukir. Aku menyebutnya kesalahan penulisan manusia yang disetujui semesta.
Ah, apalah arti sebuah nama.. Benar yang dikatakan pujangga Inggris legendaris si William Shakespare itu.Nama tak berarti apa-apa kalau dilihat secara biasa tanpa perenungan.
Namun, menilik ke masa lalu, ketika bayi mungil ini lahir di 27 Oktober, 27 tahun silam, dua bulan setelahnya, papa dan mamanya telah memilihkan nama kepadanya. Menyematkannya menjadi tanda pengenal: CAHAYA.
Apa artinya mae? Tanya anak itu: kamu akan menjadi orang sukses, marsinondang (bersinar), bercahaya. Rezeki dan perbuatanmu akan menghasilkan cahaya yang terang.
Anak kecil itu hanya mengangguk, oh itu artinya, ya sudah. Lalu dia berlalu, berlari kembali ke halaman rumah, bagian alam maha luas, berkumpul dan bermain bersama bocah-bocah sepermainannya.
Anak kecil yang dulu itu, kini telah dewasa. Dialah aku. Hari ini baru aku mengerti akan namaku. Mengingat kembali percakapanku dengan omaeku, mamaku, mengenai arti nama itu. Berat, tapi bersinggungan dengan kebahagiaan akan hasil yang bersinar, megah dengan kilauan bak berlian.
Nama itu, harapan
Nama itu, makna arti berbagi
Nama itu, dibuat bukan asal jadi. Lihat saja, ada orang yang sampai sakit, karena katanya, namanya tak sesuai, terlalu berat makna atau namanya tak sesuai dengan perangai.
Nama itu, doa. Bukan asal jadi, untuk tampil indah diucapkan mulut dan didengar telinga.
Nama itu, adalah pantulannya sejak dijadikan, hari ini dan di masa mendatang.
Cahaya, Chahaya, ah sama saja, masih Cahaya yang bercahaya. Semoga saja.
Di balik keteguhan sebuah nama nan indah,
Terimakasih atas persetujuan Tangan tak terlihat,
Tuntunan Jiwa dunia yang bersayap,
Doa atas nama dua mahluk mulia Tuhan yang terlihat,
Memberikanku nama yang indah, Cahaya, yang dulu kubenci karena menurutku jelek, dan ingin menggantinya sendiri sebagai identitas baru, tapi kini, aku Cahaya.
warms regards,
Graha Pena, Monday, June 3-2013
Nama itu, telah menjadi nama sebenarnya di berbagai ijazahku, mulai dari Ijazah SD, SMP, SMA bahkan sampai ijazah Perguruan Tinggi. Adalagi, bahkan dalam ijazah non formalku sekalipun, dan terpaksa, melamar kerja pun aku menggunakan nama itu. Dan bahkan di surat undangan pernikahan dan surat nikah pun akan tersemat nama itu nantinya, atau sampai di batu nisan kelak, bisa jadi itu akan terukir. Aku menyebutnya kesalahan penulisan manusia yang disetujui semesta.
Ah, apalah arti sebuah nama.. Benar yang dikatakan pujangga Inggris legendaris si William Shakespare itu.Nama tak berarti apa-apa kalau dilihat secara biasa tanpa perenungan.
Namun, menilik ke masa lalu, ketika bayi mungil ini lahir di 27 Oktober, 27 tahun silam, dua bulan setelahnya, papa dan mamanya telah memilihkan nama kepadanya. Menyematkannya menjadi tanda pengenal: CAHAYA.
Apa artinya mae? Tanya anak itu: kamu akan menjadi orang sukses, marsinondang (bersinar), bercahaya. Rezeki dan perbuatanmu akan menghasilkan cahaya yang terang.
Anak kecil itu hanya mengangguk, oh itu artinya, ya sudah. Lalu dia berlalu, berlari kembali ke halaman rumah, bagian alam maha luas, berkumpul dan bermain bersama bocah-bocah sepermainannya.
Anak kecil yang dulu itu, kini telah dewasa. Dialah aku. Hari ini baru aku mengerti akan namaku. Mengingat kembali percakapanku dengan omaeku, mamaku, mengenai arti nama itu. Berat, tapi bersinggungan dengan kebahagiaan akan hasil yang bersinar, megah dengan kilauan bak berlian.
Nama itu, harapan
Nama itu, makna arti berbagi
Nama itu, dibuat bukan asal jadi. Lihat saja, ada orang yang sampai sakit, karena katanya, namanya tak sesuai, terlalu berat makna atau namanya tak sesuai dengan perangai.
Nama itu, doa. Bukan asal jadi, untuk tampil indah diucapkan mulut dan didengar telinga.
Nama itu, adalah pantulannya sejak dijadikan, hari ini dan di masa mendatang.
Cahaya, Chahaya, ah sama saja, masih Cahaya yang bercahaya. Semoga saja.
Di balik keteguhan sebuah nama nan indah,
Terimakasih atas persetujuan Tangan tak terlihat,
Tuntunan Jiwa dunia yang bersayap,
Doa atas nama dua mahluk mulia Tuhan yang terlihat,
Memberikanku nama yang indah, Cahaya, yang dulu kubenci karena menurutku jelek, dan ingin menggantinya sendiri sebagai identitas baru, tapi kini, aku Cahaya.
warms regards,
Graha Pena, Monday, June 3-2013
Post a Comment