Ini pertama kalinya menginjakkan kaki di pulau ini. Pulau Kubung menjadi salah satu bagian di gugusan pulau di Kepulaun Riau, Indonesia. Pulau ini membuatku percaya, betapa banyak pulau kecil yang indah di negaraku, Indonesia..Membuatku percaya, betapa negara ini masih timpang peduli atas warganya, dan membuatku maklum, betapa kemerataan itu sulit, karena kami terpisah oleh laut.
**Pulau Arti Kehidupan, Kubung
Perjalanan ke Pulau Kubung, salah satu gugusan pulau yang masuk ke pemerintahan administratif Kota Batam hanya 30 menit jarak tempuh dari Pelabuhan Pompong Telaga Punggur.
Bersama Yayasan muda-mudi Gereja Paradise HKBP Lubuk Baja, pertama kalinya mengikuti ibadah di gereja GPIB Pos pelayanan Pulau Kubung. Gereja ini berada di bawah naungan GPIB Nagoya Batam.
Menggunakan pompong atau Long Tail Boat bermesin solar, menjadi satu-satunya transportasi ke kawasan ini. Pulaunya sangat kecil dengan tekstur bukit yang banyak diisi pohon kayu putih, kelapa, nangka. Oh ya ada juga aneka pohon kecil yang ditanam para warga, seperti tebu, jambu biji, pepaya dan pohon buah seri.
Sebagian besar warga tinggal di pinggir pulau, dengan desain rumah panggung. Ada juga rumah pastoriat yang sudah permanen.
Sejauh mata memandang, pulau ini juga dibatasi air dan aneka pulau kecil berpohon hijau. Mereka saling memagari. Dari kejauhan dua kapal ferry penumpang melewati perairan berwarna hijau toska ini.
Ah, panasnya matahari yang menyengat kulit siang ini tak kuhiraukan, dua gelas air mineral botol juga tak cukup, ingin sekali rasanya loncat ke laut dan menikmati segarnya air asin yang menjadi bahan dasar garam ini.
Apa kelebihan di pulau ini? Waah, sebentar saya cari dulu warga............................................................................................................................
Dari pembicaraan saya dengan ibu Nani, kelebihan di pulau ini, dibagian belakang pulau, ada CV Fajar 88, perusahaan pemotongan daging babi. Dimana dagingnya disuplai ke Batam dan kawasan di Kepri lainnya. Hampir 30 persen penduduk laki-laki pulau ini bekerja di pemotongan daging dewa tersebut, mulai dari bersihin kandang, pembakaran hingga pengepakan dan pembersihan bagian dalam.
Cuma ini ajah chay kelebihannya? TIDAK, kelebihannya, menurutku mereka luar biasa, setiap musim utara atau masa gelombang tinggi dan angin kencang, mereka sudah menganggapnya biasa dan bahkan mengaku tidak takut. "Itu sudah biasa, sudah 6 tahun saya disini, jadi musim utara itu udah kami anggap sebagai tamu tahunan saja, tidak ada lagi rasa takut, kami ini nelayan. Jadi biasa saja," ujar ibu dua anak ini.
Wah, salut banget. Gue, tanggepin hujan deras saja udah takut banget, apalagi petir ditambah angin kencang? Buiiiiihhh, bisa sport jantung. Bukan masalah takut cuaca, bukan, takut kamar kosan gue bocor ajah ko, itu maksudnya.. Hehehe...
Back to reality, pulau ini dihuni sekitar 60 KK dari berbagai jenis suku di Indonesia, seperti Melayu Kepri, Tionghoa, Batak hingga Jawa.
Pulau ini, tidak ada fasilitas pasar dan jauh dari kesan hiburan. Kalau mereka mau membeli kebutuhan pokok, mereka harus naik pompong ke Punggur membayar Rp50 ribu ongkos untuk pulang-pergi. "Kami berbelanja di Punggur, biasanya seminggu sekali, tapi ada juga yang berangkat hampir tiap hari," jelas Nani.
Bagaimana dengan pendidikan? Disini, hanya satu sekolah saja, SD diperbantukan. Tidak ada PNS, hanya tenaga honorer. Menurut warga, hanya sesekali saja dalam sebulan, PNS Diknas turun ke kawasan ini, Bahkan kadang dua kali sebulan, atau kadang malah tak datang.
Adalagi yang menarik dari pulau ini, dari atas pompong, Gereja GPIB menjulang ramah dengan cat hijau bersih seolah menyambut dengan damai sejahtera, didepannya langsung rumah panggung warga. Disebelahnya ada rumah pastori, bercat ungu muda dan genteng merah. Disebelah kiri gereja, ada cemetery. Kuburan dengan pekuburan China, Kristen dan Muslim digabung dalam satu kawasan.
Menarik, saat kotbah, pendeta gereja ini mengatakan " Pulau ini menjadi contoh kehidupan. Dalam rumah ibadah, jemaat bisa menentukan kehidupan akhirnya kelak, mau ke rumah Tuhan (Pastori) atau berakhir dalam ruang bawah tanah" Hmm bener juga.
Sudah, cukup sudah..ini pengalaman pertamaku mengunjungi pulau ini.
Bahagia, senang bertemu dengan orang-orang baru dan makin bangga sebagai WNI, dengan negara kepulauan. KEREN.
Chya, Minggu 05062012
Regards, Happy sunday.
Thanks to Yamuger Paradise HKBP LubukBaja.
Pulau Kubung, Riau Island, Indonesia f by Chya |
**Pulau Arti Kehidupan, Kubung
Perjalanan ke Pulau Kubung, salah satu gugusan pulau yang masuk ke pemerintahan administratif Kota Batam hanya 30 menit jarak tempuh dari Pelabuhan Pompong Telaga Punggur.
Bersama Yayasan muda-mudi Gereja Paradise HKBP Lubuk Baja, pertama kalinya mengikuti ibadah di gereja GPIB Pos pelayanan Pulau Kubung. Gereja ini berada di bawah naungan GPIB Nagoya Batam.
Menggunakan pompong atau Long Tail Boat bermesin solar, menjadi satu-satunya transportasi ke kawasan ini. Pulaunya sangat kecil dengan tekstur bukit yang banyak diisi pohon kayu putih, kelapa, nangka. Oh ya ada juga aneka pohon kecil yang ditanam para warga, seperti tebu, jambu biji, pepaya dan pohon buah seri.
Sebagian besar warga tinggal di pinggir pulau, dengan desain rumah panggung. Ada juga rumah pastoriat yang sudah permanen.
Sejauh mata memandang, pulau ini juga dibatasi air dan aneka pulau kecil berpohon hijau. Mereka saling memagari. Dari kejauhan dua kapal ferry penumpang melewati perairan berwarna hijau toska ini.
Ah, panasnya matahari yang menyengat kulit siang ini tak kuhiraukan, dua gelas air mineral botol juga tak cukup, ingin sekali rasanya loncat ke laut dan menikmati segarnya air asin yang menjadi bahan dasar garam ini.
Apa kelebihan di pulau ini? Waah, sebentar saya cari dulu warga............................................................................................................................
Dari pembicaraan saya dengan ibu Nani, kelebihan di pulau ini, dibagian belakang pulau, ada CV Fajar 88, perusahaan pemotongan daging babi. Dimana dagingnya disuplai ke Batam dan kawasan di Kepri lainnya. Hampir 30 persen penduduk laki-laki pulau ini bekerja di pemotongan daging dewa tersebut, mulai dari bersihin kandang, pembakaran hingga pengepakan dan pembersihan bagian dalam.
Cuma ini ajah chay kelebihannya? TIDAK, kelebihannya, menurutku mereka luar biasa, setiap musim utara atau masa gelombang tinggi dan angin kencang, mereka sudah menganggapnya biasa dan bahkan mengaku tidak takut. "Itu sudah biasa, sudah 6 tahun saya disini, jadi musim utara itu udah kami anggap sebagai tamu tahunan saja, tidak ada lagi rasa takut, kami ini nelayan. Jadi biasa saja," ujar ibu dua anak ini.
Wah, salut banget. Gue, tanggepin hujan deras saja udah takut banget, apalagi petir ditambah angin kencang? Buiiiiihhh, bisa sport jantung. Bukan masalah takut cuaca, bukan, takut kamar kosan gue bocor ajah ko, itu maksudnya.. Hehehe...
Back to reality, pulau ini dihuni sekitar 60 KK dari berbagai jenis suku di Indonesia, seperti Melayu Kepri, Tionghoa, Batak hingga Jawa.
Pulau ini, tidak ada fasilitas pasar dan jauh dari kesan hiburan. Kalau mereka mau membeli kebutuhan pokok, mereka harus naik pompong ke Punggur membayar Rp50 ribu ongkos untuk pulang-pergi. "Kami berbelanja di Punggur, biasanya seminggu sekali, tapi ada juga yang berangkat hampir tiap hari," jelas Nani.
Bagaimana dengan pendidikan? Disini, hanya satu sekolah saja, SD diperbantukan. Tidak ada PNS, hanya tenaga honorer. Menurut warga, hanya sesekali saja dalam sebulan, PNS Diknas turun ke kawasan ini, Bahkan kadang dua kali sebulan, atau kadang malah tak datang.
Adalagi yang menarik dari pulau ini, dari atas pompong, Gereja GPIB menjulang ramah dengan cat hijau bersih seolah menyambut dengan damai sejahtera, didepannya langsung rumah panggung warga. Disebelahnya ada rumah pastori, bercat ungu muda dan genteng merah. Disebelah kiri gereja, ada cemetery. Kuburan dengan pekuburan China, Kristen dan Muslim digabung dalam satu kawasan.
Menarik, saat kotbah, pendeta gereja ini mengatakan " Pulau ini menjadi contoh kehidupan. Dalam rumah ibadah, jemaat bisa menentukan kehidupan akhirnya kelak, mau ke rumah Tuhan (Pastori) atau berakhir dalam ruang bawah tanah" Hmm bener juga.
Sudah, cukup sudah..ini pengalaman pertamaku mengunjungi pulau ini.
Bahagia, senang bertemu dengan orang-orang baru dan makin bangga sebagai WNI, dengan negara kepulauan. KEREN.
Chya, Minggu 05062012
Regards, Happy sunday.
Thanks to Yamuger Paradise HKBP LubukBaja.
No comments:
Post a Comment