Tadi..
Sepulang kantor, aku singgah dulu di salah satu apotik yang punya ratusan cabang di negara tercinta ini.
Membeli sejumlah suplemen vitamin C dan juga minyak telon.
Saat membayar di kasir, si kasir tersenyum sambil berucap "Buat apa minyak telon ini?" tersenyum mengejek atau senyum penasaran..
Lantas aku menjawab: "Itu buat saya, sudah kebiasaan sehabis mandi saya menggunakan minya telon atau minyak kayu putih ke tubuh, dengan begitu aku merasa nyaman dan bersih".
Lantas dia pun menjawab kembali "Biasanya hanya para ibu muda yang membeli ini disini,".
Aku hanya tersenyum, sambil dalam hati berujar "pliss deh".
Lalu saat keluar dari apotik itu, menyeberang, lantas menunggu angkot.
Lima menit menunggu, pria setengah baya pemilik warung kecil berjalan yang berada di pinggir jalan itu bertanya "Ojek!!".
Ya sudahlah, aku menetapkan langkah, naik ojek saja.
"Ya," jawabku, lantas dia pun hendak menuju motornya, namun seorang anak remaja kira-kira berusia 15 tahun itu menyela "Aku saja yah," ujarnya.
Lantas dia membawaku.
Diperjalanan aku menanyai anak itu,
Dia anak pertama bernama Novri, usianya benar 15 tahun, anak pertama dari anak bapak pemilik warung berjalan tadi.
Dia membantu ayahnya setiap malam menjual aneka barang dagangan dan minuman kepada supir angkot dan pengendara yang berminat membeli barang dagangan mereka.
Mengapa tidak di rumah, belajar karena besok harus sekolah? Dia menjawab putus sekolah hanya karena orang tuanya menyogok masuk sekolah ke SMP Negeri 43 Legenda Malaka. "Ayah bayar entah berapa juta ke pak Hartono, kepala bagian keuangan di sekolah itu, saya dimasukkan diam-diam, eh sehari masuk, kepsek memanggil saya dan langsung mengeluarkan saya," ujarnya.
Akhirnya dia pun putus sekolah, ayahnya menuntut uang sogok dikembalikan, namun setelah dua bulan aktif PBM berlangsung, baru uang itu dikembalikan, sehingga tidak memungkinkan bagi dia mendaftar sekolah lagi.
Dia harus menunggu waktu 365 hari lagi, setahun lagi supaya bisa mengenyam kembali pendidikan, meski harus masuk ke sekolah swasta, sekolah yang menurutnya akan membuat orang tuanya semakin tertatih mencari nafkah dan menyekolahkan dia dan adik-adiknya.
Tapi dengarkan,
Dia mengalami seperti itu, bukan kebetulan, garis tangan dan hukum alam, ketentuan dari Pemilik Segala Hal sudah menentukannya.
Aku bertemu mereka, kasir apotik, ayah pemilik warung dan anak itu, itu bukan kebetulan.
Aku harus bertemu mereka, supaya aku mampu berkomunikasi dan berinteraksi ke arah yang lebih baik..
Melatih kepekaanku terhadap sekitarku.
Ada begitu banyak kasus membelit, yang menurutku sederhana, dangkal dan dapat segera diselesaikan, namun menurut mereka itu sangat sulit dan cukup aneh kadang-kadang.
Tapi ya itu, dengan serentak aq dan anak itu berujar "Tidak ada yang kebetulan tante," ujarnya.
Pada saat bersamaan, aku juga berujar "Tidak ada yang kebetulan" aku melanjut sambil tertawa "ya tidak ada yang kebetulan, kamu tertunda sekolah selama setahun, dengan begitu kamu bisa membantu orang tuamu mencari nafkah, dengan begitu di sekolah kelak, kamu menyadari dan belajar yang baik supaya dikemudian kelak, kamu dpt bekerja buat mereka dan kamu sendiri," ujarku sambil menyerahkan ongkos ojek.
Dia pun hanya tersenyum sembari mengucapkan "baik tante, terimakasih," ujarnya lalu berlalu melajukan kendaraannya kembali ke warung ayahnya.
TIDAK ADA YANG KEBETULAN DALAM HIDUP, ITU PERTANDA DAN KEWAJIBAN BAHWA SETIAP DETIK KITA HARUS WAJIB BERSYUKUR APAPUN KEADAAN YANG KITA ALAMI..JANGAN TANYA SIAPA PUN MENGAPA ITU HARUS KITA ALAMI, TANYA DIRI SENDIRI, TAPI SEBELUM ITU BERDIAMLAH DAN RESAPI, DENGAN BEGITU TIDAK AKAN ADA KATA KEANGKUHAN LAGI DALAM DIRI, KARENA DUNIA SAMA, PASTI SAMA MESKI SEBAGIAN MANUSIA TAHU MEMBEDAKANNYA
My room, Greenland
9.53 pm
05112011
Sepulang kantor, aku singgah dulu di salah satu apotik yang punya ratusan cabang di negara tercinta ini.
Membeli sejumlah suplemen vitamin C dan juga minyak telon.
Saat membayar di kasir, si kasir tersenyum sambil berucap "Buat apa minyak telon ini?" tersenyum mengejek atau senyum penasaran..
Lantas aku menjawab: "Itu buat saya, sudah kebiasaan sehabis mandi saya menggunakan minya telon atau minyak kayu putih ke tubuh, dengan begitu aku merasa nyaman dan bersih".
Lantas dia pun menjawab kembali "Biasanya hanya para ibu muda yang membeli ini disini,".
Aku hanya tersenyum, sambil dalam hati berujar "pliss deh".
Lalu saat keluar dari apotik itu, menyeberang, lantas menunggu angkot.
Lima menit menunggu, pria setengah baya pemilik warung kecil berjalan yang berada di pinggir jalan itu bertanya "Ojek!!".
Ya sudahlah, aku menetapkan langkah, naik ojek saja.
"Ya," jawabku, lantas dia pun hendak menuju motornya, namun seorang anak remaja kira-kira berusia 15 tahun itu menyela "Aku saja yah," ujarnya.
Lantas dia membawaku.
Diperjalanan aku menanyai anak itu,
Dia anak pertama bernama Novri, usianya benar 15 tahun, anak pertama dari anak bapak pemilik warung berjalan tadi.
Dia membantu ayahnya setiap malam menjual aneka barang dagangan dan minuman kepada supir angkot dan pengendara yang berminat membeli barang dagangan mereka.
Mengapa tidak di rumah, belajar karena besok harus sekolah? Dia menjawab putus sekolah hanya karena orang tuanya menyogok masuk sekolah ke SMP Negeri 43 Legenda Malaka. "Ayah bayar entah berapa juta ke pak Hartono, kepala bagian keuangan di sekolah itu, saya dimasukkan diam-diam, eh sehari masuk, kepsek memanggil saya dan langsung mengeluarkan saya," ujarnya.
Akhirnya dia pun putus sekolah, ayahnya menuntut uang sogok dikembalikan, namun setelah dua bulan aktif PBM berlangsung, baru uang itu dikembalikan, sehingga tidak memungkinkan bagi dia mendaftar sekolah lagi.
Dia harus menunggu waktu 365 hari lagi, setahun lagi supaya bisa mengenyam kembali pendidikan, meski harus masuk ke sekolah swasta, sekolah yang menurutnya akan membuat orang tuanya semakin tertatih mencari nafkah dan menyekolahkan dia dan adik-adiknya.
Tapi dengarkan,
Dia mengalami seperti itu, bukan kebetulan, garis tangan dan hukum alam, ketentuan dari Pemilik Segala Hal sudah menentukannya.
Aku bertemu mereka, kasir apotik, ayah pemilik warung dan anak itu, itu bukan kebetulan.
Aku harus bertemu mereka, supaya aku mampu berkomunikasi dan berinteraksi ke arah yang lebih baik..
Melatih kepekaanku terhadap sekitarku.
Ada begitu banyak kasus membelit, yang menurutku sederhana, dangkal dan dapat segera diselesaikan, namun menurut mereka itu sangat sulit dan cukup aneh kadang-kadang.
Tapi ya itu, dengan serentak aq dan anak itu berujar "Tidak ada yang kebetulan tante," ujarnya.
Pada saat bersamaan, aku juga berujar "Tidak ada yang kebetulan" aku melanjut sambil tertawa "ya tidak ada yang kebetulan, kamu tertunda sekolah selama setahun, dengan begitu kamu bisa membantu orang tuamu mencari nafkah, dengan begitu di sekolah kelak, kamu menyadari dan belajar yang baik supaya dikemudian kelak, kamu dpt bekerja buat mereka dan kamu sendiri," ujarku sambil menyerahkan ongkos ojek.
Dia pun hanya tersenyum sembari mengucapkan "baik tante, terimakasih," ujarnya lalu berlalu melajukan kendaraannya kembali ke warung ayahnya.
TIDAK ADA YANG KEBETULAN DALAM HIDUP, ITU PERTANDA DAN KEWAJIBAN BAHWA SETIAP DETIK KITA HARUS WAJIB BERSYUKUR APAPUN KEADAAN YANG KITA ALAMI..JANGAN TANYA SIAPA PUN MENGAPA ITU HARUS KITA ALAMI, TANYA DIRI SENDIRI, TAPI SEBELUM ITU BERDIAMLAH DAN RESAPI, DENGAN BEGITU TIDAK AKAN ADA KATA KEANGKUHAN LAGI DALAM DIRI, KARENA DUNIA SAMA, PASTI SAMA MESKI SEBAGIAN MANUSIA TAHU MEMBEDAKANNYA
My room, Greenland
9.53 pm
05112011
No comments:
Post a Comment