1. Kasus penangkapan tiga DKP Batam Indonesia oleh Polis Marine Diraja Malaysia (polisi perairan malaysia) terjadi Jumat, 14 Agustus 2010 lalu di perairan Tanjung Berakit, Bintan Kepulauan Riau.
2. Kericuhan persidangan di Jakarta Selatan, (Dua kasus ini hanya segelintir saja melukai hatiku yang kini lebih terluka lagi melihat fakta dari kejadian Tabrakan Kereta Api di Pemalang, Jawa Tengah yang mengakibatkan korban jiwa yang membuat para keluarga berduka, sekaligus menyingkap tabir betapa beratnya beban di pundak para masinis kereta api tua rewot salah satu tranportasi darat kebanggaan Bangsa ini.
"Apa-apa masinis yang salah, apa-apa selalu salah. Padahal kita itu menjalankan perintah sesuai jadwal keberangkatan kereta (KA)," ujar Slamet, mantan Masinis teladan bangsa yang kini tak dianggap dan dipecat lima tahun lalu itu akibat kecelakaan lokomotif yang dibawanya.
Siapa yang salah?? Pejabat tinggi bangsa yang memakai dinas dan mengenakan kacamata dan jam tangan bermerek mewah itu dengan lantang mengatakan "Ini murni kesalahan masinis". Benarkah begitu?? layakkah masinis selalu disalahkan?
Gangguan rel, lokomotif rusak, gaji masinis sedikit, sementara kereta ini yang paling banyak diandalkan warga sebagai alat transportasi di Ibu Kota negara dan provinsi tetangganya di pulau mewah bernama Jawa itu. Bukan saja disana, ada juga di Sumatera. Kembali pikiranku berkecamuk, ini bukan kali pertama terjadi, kenapa pemerintah tidak langsung serius menangani dan meminimalisir dengan memperbaiki sistem transportasi kereta ini? (sorry saya fokuskan kereta dulu, karena itu paling banyak digunakan warga menengah rendah ke bawah yang selalu termarginalkan), lagi-lagi penguasa dengan segala dalih mengatakan dana dan anggaran minim, tidak sanggup reformasi total, butuh waktu.
Ya, semua butuh waktu, siapa yang minta reformasi total? alangkah baiknya segala sesuatu di lapangan itu diperbaiki, yang berguna meminimalisir resiko maut. Tapi kembali, cuma omongan mulut doank bagi penguasa itu, berjanji, menggelar rapat mendadak bila sudah terjadi, yang ujung-ujungnya berkesimpulan HUMAN ERROR. Sebenarnya yang error siapa?? masiniskah? atau pemerintahkah??
Jangan pakai filosofi, intinya jalan keluar atas segala permasalahan ini adalah KORUPSI..ya, KORUPSI yang terjadi di tubuh penguasa itulah yang merusak moral, perbuatan, teknis bangsa sampai ke akar-akarnya. Rapat mendadak menarik kesimpulan bagi kalangan Eksekutif dan legislatif itu hanya merupakan topeng, kamuflase menarik rakyat kelas rendah seperti kami ini untuk diperhadapkan ke yudikatif hukum negeri ini yang menurutku juga bisu dan bisa dibeli dengan uang. ITU semua menutupi kenistaan dan kebejatan korupsi yang mereka lakukan.
Monkeys say Hear no Corrupt, see no corrupt and speak no corrupt |
Sorry, bukannya aku anti pemerintah, tapi kenyataan yang terjadi akhir-akhir ini, harga diri bangsa diinjak negara lain, Belanda kembali menampar Indonesia melalui kasus RMS, hingga kasus dalam negeri sendiri yang mengakibatkan korban nyawa dan jerit tangis. Akar pahit masalah ini kembali melingkupi gumpalan agar-agar di kepalaku itu atas negeri ini. akhirnya, APATIS ataukah YAKIN semua itu pasti berlalu dengan hasil baik?
Yang tak dapat
kumengerti, jeritan kami seolah tak terjawab. Belum habis satu timbul
lima, sungguh pergolakan ini bukan saja menimpa teras, tapi juga batang
lidi teladan yang kini tak dianggap itu. Pantaskah kami menyalahkan
siapa?? ataukah kami memang harus berkaca? menyesalkah kami menjadi
bagian dari negeri ini?Jadilah kehendakMu.
"KepadaMu kami pasrahkan seluruh jiwa dan raga.
Hidup dan mati ada di tanganmu, bahagia dan sedih ada di jarimu.
Cukup lama aku mencari, menembus peka dan menerjang kelam,
Menyusuri langkah yang semakin jauh,
Hanyalah firmanMU menjadi pemandu jalanku.
Batu gunung tetap tegak tegang, meski angin geram menerpa.
Batu karang tak hendak terhempas, meski ombak menerjang terjang.
Rindu keteguhan iman kami.
Tetap jadikanlah kami percaya akan Engkau. " ( sebagai sumber keselamatan dan sumber pengharapan kami)---->Ebiet G Ade
(Efek komplikasi masalah korban sosial, kerusakan moral bangsaku yang akhirnya mengakibatkan rugi nyawa, materi dan rugi harga diri. Jerita tangis itu, bukan hanya air mata yang mengalir, melainkan lengkupan hati mencoba mencari keselamatan demi hidup bangsa tentram. Tuhan jadilah kehendakMU).
we want peacefull in Indonesia..we need it |
Chya, Greenland
11.55 pm
Wed,1062010
Post a Comment