SEMPAT terbersit rasa khawatir saat mengunjungi kawasan baru? Apalagi mengadakan kunjungan sendiri atau lebih banyak dihabiskan jalan sendiri saat sudah tiba di negara tujuan? Rasa khawatir ini pernah saya alami saat pertama kali mengunjungi Vietnam di 2013 lalu. Apalagi, wanti-wanti dari emak "Ngapain kesana? negara yang masih berkonflik lho itu. Komunis. Kalau diculik gimana?"
Ada lagi. Membaca informasi, terkait pengalaman scam, bahkan jambret di kawasan wisata.
Namun, perjalanan adalah sebuah perjalanan. Saya tetap melakukan perjalanan itu. seorang diri. Dan apa yang terjadi? justru saya bertemu dengan apa yang namanya 'keramahan' dari warga lokal yang ditemui.
Setelah perjalanan ke Vietnam ini, saya pun makin suka jalan sendiri. Entah itu di Indonesia atau pun di luar negeri. Rasa aman yang tertanam di dalam pikiran membuatku semakin ketagihan. Hal inilah yang terjadi saat perjalanan pertamaku ke Jepang, akhir Oktober hingga November lalu.
Tidak ada lagi rasa khawatir. Apalagi, perjalanan kesana kali ini tidak sepenuhnya sendiri. Ada rekan, Eric yang lebih banyak menghabiskan jalan bersama dengan mengikuti rencana perjalanan (itinerary) yang saya susun. Saya janji temu dengannya di Bandara KLIA,Kuala Lumpur, Malaysia. Jadi dari Indonesia ke Singapura saya berangkat sendiri.
Jepang, yang dikenal dengan politik industri dumpingnya membuat negara ini menjadi salah satu negara super sibuk di dunia. Ini bisa dilihat dari kesibukan ribuan manusia di berbagai stasiunnya. Tak hanya itu, bisa juga dilihat dari kondisi masyarakatnya yang selalu jalan cepat seolah-oleh diburu sesuatu, wajah flat, fokus sama tujuan rute. Meski begitu, mereka sangat sopan sekali. Misalkan tersenggol nih, Mereka akan menyempatkan waktu menunduk, mengucapkan maaf. "Sumimasen," ujar seorang pria lantas menunduk saat saya salah rute yang harusnya menuju line shinkansen Nozomi N700, malah berlari menaiki tangga ke JR Nara line di Osaka. Saya pun menunduk lagi membalas permintaan maafnya sambil berujar "Oh its oke, i'm so sorry," (Seharusnya saya yang minta maaf mas Shincan, backpack saya yang 55 liter itulah yang menyenggol Anda.. hiks).
Berbuat baiklah selama perjalanan, dan keramahan akan mengikutimu. Bertindaklah seolah kamu itu warga lokal, dan kamu akan dianggap, Ini salah satu ruh perjalanan yang saya yakini hingga sekarang. Yep!!! taste like a local.
Keramahan pertama sudah mengikutiku saat pertama tiba di bandara Haneda, Tokyo. "Hello..sumimasen madam," ujarku sambil menyerahkan pasporku. Si ibu pun menjawab ramah "Hai', open your pasport cover please," pintanya. (Ini penting, jadi di Jepang itu, seluruh cover tambahan di paspor kita wajib dibuka saat menyerahkannya ke petugas imigrasi. Ini yang saya alami saat pertama tiba dan pulang. Kalau di Indonesia dan Singapura-kan enggak diminta yak? begitu keadaan paspor ya begitu deh.. hehe). Lantas ia membolak-balik pasporku, mencocokkan wajah, lalu dengan ramah ia mengarahkanku untuk difoto, lalu digital sidik jari. Kelar urusan, chop paspor, lalu mempersilahkan pergi. Tak lupa kuucapkan terimakasih. Tak sampai lima menit proses itu.
Edo obaa-chan datang berkunjung bersama anjingnya yang lucu, chiko. (model diperankan: Topan, nenek Edo, Chaycya dan chiko) |
Demikian juga di penginapan Kita-Shinagawa. Pemilik rumah berkonsep rumah tradisional dengan tatami itu adalah seorang nenek, Edo Saryo namanya. Usianya kuprediksi sudah lebih dari 70 tahun. Sambil menggendong anjingnya yang lucu bernama chiko, ia menyapa ramah dan menanyakan apakah kami akan memperpanjang waktu menginap di rumahnya tersebut? kalau tidak, besok pagi ia akan langsung datang membersihkan.
Edo obaa-chan (f.chaycya) |
Keesokan paginya, kami pun pamit ke Edo Obaa-chan. Dia selalu tertawa, ngobrol panjang. Meski kami tak mengerti, kami jawab saja "Hai'. hehe.. hai..hehe.. sayonara obaa-chan," (Mungkin maksud dari nenek Edo itu begini :Mengapa sih kalian cepat pergi? Nginap saja dulu. Lumayan tambah penghasilan. Atau.. Kalian sudah mau pergi ya? Tidak bawa kabur selimut, bantal dan perlengkapan mandi di dalamkan? - ini cuma hasil translate-an imajiner yang kesahihannya tidak bener 100 persen..haha)
Hari pertama petualangan pun dimulai dengan langsung kehilangan kontak dengan dua teman di kawasan Shibuya menuju Harajuku. Daripada berputar-putar, bolak balik melihat persimpangan di kawasan Tokyu Hands Shibuya Store, saya pun memilih menyeberang dari Koen-dori (street) menuju jalan arah Fukutosin Line.
Mengapa kami terpisah? Begini ceritanya. Saat di pertengahan lampu merah Shibuya Center-Gai, saya memutuskan bertanya kepada sepasang warga Jepang yang kebetulan sama-sama menunggu lampu merah. Saat itu Hana masih di belakangku sibuk memainkan kamera gopro-nya, sedangkan Eric sudah duluan menyeberang. Usai bertanya, saya melihat mereka sudah tidak ada lagi. Bolak-balik lihat kawasan hampir 10 menit, sampai si pasangan Jepang yang baik hati itu menyeberang menemuiku dan mengatakan "Everything is oke?" (Dalam bahasa Jepang tentunya.. Dugaanku itu artinya wkwk). Saya jawab Ya. Mereka pun bilang Sayonara, dan saya melambaikan tangan ke mereka. Meski begitu mereka masih bolak balik melihatku lho.. khawatir kali ya.
Setelah perpisahan itu, saya memutuskan ke pusat perbelanjaan Oi Citi yang masih di kawasan Shibuya. Berjalan dari kawasan itu, bukannya takut tersesat karena kehilangan, eh malah menikmati "ketersesatan" ini. Menelusuri jalan-jalan sempit Tokyo, enak banget lho. Bersih banget, banyak toko-toko unik dan menarik, hingga toko-toko bermerek seperti Lumine, Samantha Tavasa, Jack and Jill, Jill Stuart dan ratusan toko lainnya. Menikmati sekali, hingga akhirnya bertemu dengan toko yang unik, yang mendesain bagian depan dan dalam ruangannya dengan nuansa halloween. Mereka menyambut Halloween yang jatuh pada 31 Oktober dengan berbagai desain dan dekorasi menarik.
Puluhan pumpkin dihias, dengan lampu. Ada juga lampion yang cute. Meski halloween terkesan horor, tapi Jepang mampu membuatnya menjadi cute. Dan tahu apa nama gedung itu? Shidax Karaoke.
Akhirnya, saya pun bertemu jalan besar di Fire-dori. Di sana, saya bertemu dengan seorang perempuan bernama Nanami-chan,21. Dia seorang mahasiswa jurusan seni musik di Tokyo College. Kepadanya saya bertanya berapa lama waktu menuju kawasan Harajuku dan Meiji-Jingumae Shrine. Awalnya dia bilang cuma 5 menit. Eh tak dinyana itu cuma Meiji-Jingu station. Saya pun bertimakasih padanya. Bukannya pergi, dia malah berbaik hati mengantarkanku ke Meiji-Jingumae Shrine. Duh Nanami-chan kamu baik banget deh.
Selfie bersama Nanami-chan di persimpangan Harajuku Station, Tokyo. (f.doc.pribadi) |
Tibalah kami di perempatan Harajuku Station, setelah berpamitan dengannya, melihatnya menghilang di kejauhan. Dia sangat ramah sekali. Saking ramahnya, dia itu ya sedikit-sedikit berbalik, tersenyum lalu membungkukkan badan. Saya pun lagi-lagi melambaikan tangan, lantas berteriak dan mengucap sekali lagi, "Arigatou gozaimasu Nanami-chan, sayonaraaaaaa!!!" Lah dia berbungkuk lagi dan dadah-dadah lagi trus bilang hai.. Wkwk begitu aja terussss.
Saya pun melanjutkan perjalanan.. finally!!! i'm in Meiji Jingu now.. Kerennnn banget. Ini taman hutan sekaligus tempat ibadah kaum Shinto di Jepang. Melewati torii, gerbang kayu berukuran raksasanya, tak terasa saya terharu banget. Akhirnya saya berada di tempat ini, gambar yang awalnya hanya bisa kunikmati dari internet dan buku-buku perjalanan.. I thank God.
Tak hanya itu, saat hendak berangkat dari Shinjuku-Tokyo menuju Osaka menggunakan Willer bus, para staf willer pun sangat membantu. Dengan sabar dan ramah, mereka membantu membooking tiket dua rekan, memberi saran transit. Saya masih ingat salah satu nama stafnya yang sangat ramah dan cantik. Hampir ke setiap penumpang Willer, ia senyum. Namanya Yoshioka Yuki-chan.
Nah sementara di Osaka, ada barangkali lima orang yang saya tanya. Kebanyakan kasusnya di stasiun. Dan dengan suka rela, mereka membantu. Misalkan, saat membeli tiket dari Osaka Station ke Shin-imamiya station, warga Jepang akan baik hati membantu membelikan tiket dari vending machine.
Demikian juga di Kyoto. Ini menjadi kota di Jepang yang sangat saya sukai. Suasana 'Jepang'nya masih terasa. Baru di Kyoto saya merasakan bahwa seorang www.catatantraveler.com benar-benar sedang berada di Jepang. Mengapa demikian? Nanti yak saya bahas di tema yang baru lagi..ehehe (kalau saya tak kelupaan).
Nah, di kota ini, daripada lelah mencari makanan halal, apalagi cuaca malam itu sangat dingin dan berangin, sepulang dari Kyomizudera temple, rekan Eric mengajak mending kami mencari restoran cepat saji, seperti KFC saja. It's OK nevermind, lets go!!!..Dari penginapan menuju stasiun Kyoto, mengunjungi beberapa mall di sekitarnya, melihat peta, hingga akhirnya blank, lalu memutuskan bertanya ke pasangan yang lewat.
Bersama Yoko-shan dan Masamo-chan di Kyoto. (f.doc.pribadi) |
Belakangan saya tahu namanya adalah Yoko dan Masamo. Mereka berasal dari Fukui, dan sedang berkunjung ke Kyoto. Itu artinya, mereka pun masih blank mengenai kawasan Kyoto. Namun, meski mereka ke rute yang berbeda, sembari membuka ponselnya, mencari lokasi KFC dari Google Map, menemani kami mencari mall, dan akhirnya memilih KFC di AEON Mall. Berjalan sekitar 30 menit, pasangan itu mengantarkan hingga ke depan KFC. Oh my God, orang Jepang ramahnya gila-gilaan yak.
Ada banyak keramahan yang saya temukan selama di Jepang. Selama di sana, saya mengambil kesimpulan rata-rata warga Jepang itu sangat, sangat, dan sangat ramah. Meski pun mereka jalan terburu-buru, sapa saja saat Anda mau menanyakan rute, atau alamat. Mereka pasti akan berhenti untuk membantumu. Tak peduli kaum muda atau pun tua, kaum kantoran atau pun polisi, anak-anak atau pun dewasa. Mereka ramah. (Setidaknya yang saya temui)
Lantas bagaimana dengan bahasa? Keterbatasan bahasa tidak membuat mereka enggan membantumu, bahkan ia akan dengan senang hati mengantarkanmu ke lokasi yang Anda tuju.
JADI, kalau traveling ke Jepang, TERSESAT BAKAL BANYAK TEMAN BARU. Jepang, negara paling timur di dunia yang sangat ramah bagi Anda, penikmat solo traveler seperti saya. Jangan takut mengeksplorasi kawasan baru, tersesatlah, nikmati ritme perjalanmu, dan kamu akan menemukan pengalaman-pengalaman luar biasa yang tak akan terlupakan. hehe. ***
Warm Regards,
COS
Fukui to Tokyo, November 1, 2015
Liat misa-chan, tiba2 pengen tersesat di jepang.. Hahaha
ReplyDeletemas Iqbal: hahaha...ingat bini masssss.. ingat bini di rumah..
DeleteKangen jepang euy, seneng disana bersih lingkungannya :)
ReplyDeleteCheers,
Dee - heydeerahma.com